Catherine dan Greg Hughes berduka karena bayi mereka yang bernama Riley dinyatakan meninggal karena batuk rejan yang terjadi terus menerus akibat virus Rubella saat hamil. Setelah kematian anaknya, mereka berdua kerap berkampanye soal pentingnya vaksin agar tidak ada orangtua lainnya yang mengalami hal sama.
Namun sayangnya, meski banyak yang mendukung, ia dan suami juga dibully habis-habisan oleh kaum anti vaksin.
Belum sampai 24 jam sejak kematian baby Riley, Catherine dan Greg dicerca habis-habisan oleh kaum anti vaksin karena dituduh mengada-ada soal kematian Riley. Bagi kaum anti vaksin itu, Baby Riley meninggal karena orangtuanya tidak membalurkan essential oil dan memberikan vitamin.
Artikel terkait: Benarkah anak Oki Setiana Dewi kena campak karena ia anti vaksin?
Tuduhan lain yang diterima Catherine dan Greg adalah, mereka berdua adalah bagian dari industri farmasi yang diuntungkan oleh konsumsi vaksin. Bahkan, sampai-sampai ada yang menuduh bahwa mereka berdua sebenarnya sengaja membunuh anaknya sendiri dan membuat alasan seputar Rubella.
“Saya sangat takut dengana adanya ancaman lewat pesan Facebook, internet, dan berbagai website soal kematian anak kami. Aku ingin menghapusnya, namun penguasaan media mereka lebih kuat,” aku Catherine pada Herald Sun.
Catherine bercerita bahwa dirinya terkena Rubella saat sedang hamil karena ia tak tahu pentingnya vaksin sebelum maupun selama kehamilan. Kedua anaknya yang lain memang divaksin, namun cakupan vaksin yang ada di daerahnya sangat rendah sehingga ketika hamil, ia rentan terkena Rubella dari lingkungannya.
“Kaum anti vaksin tidak menyadari betapa berbahaya Rubella bagi ibu hamil. Jadi mereka justru menuduh kami yang tidak-tidak,” sesal Greg.
Bahkan, setelah 2 tahun kematian Riley, para anti vaksin masih kerap membully keluarga mereka. Selain itu mereka berdua juga dipaksa untuk menghadiri undangan-undangan seputar gerakan anti vaksin.
Dalam acara anti vaksin, ada berbagai tuduhan yang dialamatkan kepada program vaksin. Diantaranya adalah tentang tuduhan bahwa vaksin MMR (Measles, Mumps, and Rubella) adalah konspirasi dunia farmasi sampai dituduh sebagai penyebab utama terjadinya autisme pada anak.
Kampanye anti vaksin memang ada di seluruh dunia dengan berbagai alasannya masing-masing. Jadi, jika siapa tahu Anda diserang oleh kaum anti vaksin, maka berikan jawaban jitu ini ke mereka:
1. Soal kehalalan vaksin
Anti vaksin: Vaksin mengandung zat yang ada pada babi.
Jawaban: MUI dan para ulama di kementerian agama sudah meneliti dan mendukung program vaksin dari pemerintah. Mereka lah yang harus didengar jawabannya daripada sekedar broadcast WhatsApp dan di media sosial lain.
2. Soal penyebab autis
Anti vaksin: Vaksin menyebabkan anak autis.
Jawaban: Belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori ini. Bahkan, kasus nyata yang terjadi, banyak anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan hanya karena ibunya belum tahu kalau Rubella yang menyerang saat kehamilan dapat mempengaruhi organ tubuh maupun kognisi anak nantinya.
3. Soal konspirasi perusahaan obat
Anti vaksin: Konspirasi dunia kesehatan dan perusahaan obat agar produk mereka laku.
Jawaban: Kalau bicara teori konspirasi, ada yang bilang bahwa pakaian seksi adalah konspirasi industri fashion, namun pakaian gamis panjang itu adalah konspirasi perusahaan kain agar kainnya cepat terjual dengan banyak.
Kalau kita mikir ada banyak konspirasi di dunia ini, ya akhirnya hanya akan lelah dan gampang takut dengan segala sesuatu. Belum lagi teori konspirasi PKI, iluminati, Yahudi, Amerika, dan sebagainya. Bisa-bisa konsentrasi kita pecah saat mengasuh anak hanya karena mengurusi teori konspirasi yang tak ada ujungnya.
4. Daya tahan tubuh anak
Anti vaksin: Masing-masing manusia sudah memiliki daya tahan tubuh masing-masing. Vaksin cuma akan merusaknya.
Jawaban: Benar bahwa masing-masing anak punya kekebalan tubuh alami di dalam dirinya. Namun, kita tak tahu sedahsyat apa penyakit yang akan menyerang anak kita.
Vaksin itu bagai perisai yang memperkuat diri kita. Petarung tangguh pun pakai perisai kan untuk melindungi tubuhnya dari serangan musuh di dalam film perang. Masak anak-anak tak boleh pakai perisai padahal ada penyakit di mana-mana.
5. Vaksin dan kesehatan
Anti vaksin: Alhamdulillah, anak saya tidak vaksin tapi tetap sehat kok. Tetangga vaksin tapi malah sakit-sakitan.
Jawaban: Jika cakupan vaksin di sebuah daerah sangat banyak, maka anak yang tidak vaksin pun ikut terlindungi oleh anak yang vaksin dari penyakit berbahaya. Begitu pun para ibu hamilnya.
Jika cakupan vaksin di sebuah daerah itu kecil alias jarang ada anak yang divaksin, maka anak-anak yang divaksin pun akan tetap terancam oleh berbagai penyakit karena lingkungannya tak punya perisai vaksin.
Selengkapnya: Penelitian: Manfaat Vaksin tak Hanya dirasakan Individu, Melainkan juga Komunitas
6. Hak orangtua atau anak
Anti vaksin: Katanya suruh menghargai pilihan cara mengasuh masing-masing orangtua. Kok malah nyalah-nyalahin saya sih karena tidak vaksin. Kan ini anak saya, hak saya dong dia mau dikasih apa.
Jawaban: Anda keliru. Vaksin bukan hak orangtua. Melainkan hak anak untuk memperoleh akses kesehatan terbaik melalui perawatan dari orangtua, lingkungan, dan negara. Jadi kalau ada orangtua dan sekolah yang tidak mau memberi vaksin pada anaknya, maka ia sama saja melanggar hak asasi anak yang sudah diatur dalam kovenan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan undang-undang perlindungan anak.
7. Produk herbal vs kimia
Anti vaksin: Saya tidak mau anak saya dimasuki benda-benda kimiawi buatan industri farmasi. Saya maunya produk herbal saja yang dijamin aman untuk anak.
Jawaban: Di jaman sekarang, susah untuk menghindari produk kimiawi. Bahkan, proses manusia bernafas pun adalah proses kimiawi di dalam tubuh antara O2 dan Co2. Air putih yang biasa kita minum pun nama kimiawinya H2O. Jadi bagaimana kita bisa bebas kimia apabila kita sendiri adalah produk kimiawi?
Kalau mau coba obat herbal, obat herbal pun memiliki nama ilmiah yang biasa dimasukkan dalam berbagai racikan obat yang biasa dijual industri farmasi. Anak yang divaksin pun masih bisa dirawat dengan segala sesuatu yang herbal dan organik agar sehat.
Jika anak vaksin juga diberi produk herbal dan organik sedangkan anak anti vaksin hanya dapat herbal dan organik, saat ada penyakit wabah menyerang, daya tahan tubuhnya boleh diadu. Bukankah ada banyak penyakit jaman dulu yang hilang karena adanya vaksin?
Itulah cara menjawab pertanyaan para anti vaksin. Semoga perdebatan soal ini tak hanya berujung pada bully-an, tapi kesadaran orangtua untuk memberikan hak asasi anaknya seputar kesehatan.
Baca juga:
Vaksin MR tidak ada logo halal, bagaimana solusinya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.