Mengenal Kain Lurik dan Makna Motifnya, untuk Tolak Bala hingga Busana Prajurit Keraton

Kerap digunakan pula di acara tingkeban atau mitoni

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kain lurik merupakan salah satu jenis kain tradisional yang berasal dari pulau Jawa. Salah satu daerah penghasil lurik adalah Yogyakarta. Lurik merupakan salah satu pakaian khas Yogyakarta selain kain batik. Kata lurik berasal dari bahasa Jawa yaitu “lorek” yang berarti garis-garis.

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) lurik adalah suatu kain hasil tenunan benang yang berasal dari daerah Jawa Tengah dengan motif dasar garis-garis atau kotak-kotak dengan warna-warna suram yang pada umumnya diselingi aneka warna benang. Kata lurik berasal dari akar kata "rik" yang artinya garis atau parit yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya.

Artikel Terkait: Jalani Protokol Kesehatan, Ini 5 Rekomendasi Masker Kain yang Berkualitas

Sejarah Kain Lurik

Berdasarkan Ensiklopedia Nasional Indonesia, kain lurik diperkirakan berasal dari daerah pedesaan di Jawa. Kain lurik ini tidak hanya dipakai oleh masyarakat pedesaan saja, melainkan dipergunakan pula di dalam lingkungan keraton. Tentu saja, motif lurik yang dipergunakan untuk kalangan bangsawan berbeda dengan yang dipakai oleh rakyat jelata. Begitu pula motif yang dipakai untuk upacara adat, kain yang dikenakan juga disesuaikan dengan waktu serta tujuan upacara tersebut.

Pada awal mula pembuatannya, kain lurik dibuat dalam bentuk selendang dipakai untuk kemben ataupun alat untuk menggendong. Motifnya pun cukup sederhana berbentuk garis-garis dengan warna hitam dan putih ataupun perpaduan di antaranya. Dari beberapa situs peninggalan sejarah, kain lurik bahkan sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Relief pada Candi Borobudur pun menggambarkan keberadaan penenun kain lurik dengan alat tenun gendong.

Seiring perkembangan zaman, kain lurik pun mulai dijadikan pakaian untuk pria atau dikenal dengan beskap dan digunakan sebagai jarik atau kebaya pada wanita. Pada saat ini, kain lurik bahkan dijadikan busana sehari-hari di beberapa daerah.

Artikel Terkait: Bangga! Dior Gunakan Kain Endek Bali untuk Koleksi Fashion Teranyar

Makna Kain Lurik

Dalam kehidupan masyarakat Jawa, tenun lurik merupakan salah satu wujud kekayaan budaya tradisional yang telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kain tenun lurik memiliki kekhasan tersendiri. Kain tenun lurik merupakan kain dengan susunan unsur garis dan bidang yang bervariasi. Unsur garis dan bidang tersebut bukan semata bertujuan untuk keindahan secara visual atau fisioplastis, namun juga memiliki keindahan secara filosofis.

Bahan dasar yang dibutuhkan dalam pembuatan tenun lurik berupa benang yang terdiri dari dua macam, yaitu benang lungsi yang biasa digunakan dalam wujud cones yang kemudian diolah dan dipersiapkan melalui proses penyetrengan, pencelupan, pencelupan, pengelosan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tenun lurik juga penuh dengan makna. Bermacam corak dengan variasi berbeda mengandung makna yang telah digariskan menjadi sebuah patron corak. Patron-patron dalam masyarakat Jawa dianggap mempunyai kekuatan mistis sehingga penggunaanya terbatas pada waktu dan kepentingan tertentu. Seperti corak liwatan, tumbar pecah, kembenan, dan nyampingan yang dipakai untuk upacara selamatan tujuh bulanan. Atau corak pletek jarak yang khusus dipakai oleh para bangsawan yang dianggap menambah kewibawaan pemakainya.

Motif lurik memang didominasi dengan garis-garis. Garis searah panjang kain disebut lajuran dan yang searah lebar kain disebut pakan malang. Adapun corak kotak-kotak disebut dengan istilah cacahan. Ketiga corak tersebut dikenal dengan istilah “lurik” di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Artikel Terkait: Kain Ulos, Si Penghangat Tubuh yang Menjadi Benda Sakral dalam Adat

Beberapa motif lurik dan makna yang terkandung di dalamnya:

1. Motif Kluwung

Motif Kluwung (Fitinline)

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kluwung adalah pelangi yang merupakan keajaiban alam dan tanda kebesaran Tuhan Sang Pencipta. Oleh sebab itu lurik corak kluwung dianggap sakral serta mempunyai tuah sebagai tolak bala. Secara simbolis, corak kluwung dilukiskan dengan garis-garis lebar beraneka warna bagaikan warna pelangi.

2. Motif Tuluh Watu

Motif Tuluh Watu. (Neliti)

Tuluh Watu berarti ‘batu yang bersinar’ dan dianggap bertuah sebagai penolak bala. Motif ini biasanya dipergunakan pada upacara Ruwatan Sukerta dan sebagai pelengkap sesajen upacara Labuhan. Tuluh dapat berarti pula kuat atau perkasa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Motif Tumbar Pecah

Motif Tumbar Pecah. (Neliti)

Motif Tumbar Pecah diibaratkan orang memecah ketumbar dan seharum aroma ketumbar. Motif ini digunakan untuk upacara tingkeban atau mitoni dengan maksud agar kelahiran berjalan dengan lancar semudah memecah ketumbar, ibu dan anak dalam keadaan selamat dan kelak anak menjadi anak yang berguna dan harum namanya.

4. Motif Sapit Urang

Motif Sapit Urang. (Dibyo Lurik)

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Motif sapit urang yang berarti jepit udang adalah ungkapan simbolis suatu siasat perang, yaitu musuh dikelilingi atau dikepung dari samping dengan kekuatan komando serangan berpusat di tengah. Motif ini umumnya dipakai sebagai busana prajurit keraton.

5. Motif Udan Liris

Motif Udan Liris. (Astin Soekanto)

Motif udan liris artinya hujan gerimis. Karena hujan mengandung konotasi mendatangkan kesuburan, maka motif ini merupakan lambang kesuburan dan kesejahteraan.

Meskipun motif dasar kain tenun lurik hanya berupa garis-garis, namun kain tersebut menjadi kekayaan budaya yang penting bagi masyarakat Jawa. Kain lurik dan pesan yang terdapat di dalamnya diharapkan lestari hingga generasi mendatang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca Juga: