Ini kehamilan keduaku setelah kemarin sempat keguguran di usia 8 minggu. Sama seperti kehamilan sebelumnya aku termasuk beruntung karena tidak mengalami mual muntah yang umumnya dirasakan ibu hamil di trimester pertama. Bisa dikatakan aku hamil kebo, hamil tapi tidak seperti orang hamil.
Bisa makan apa saja, tidak masalah dengan bau-bauan, tidak ngidam. Kadang aku juga sering bertanya sama diri sendiri, "Apa benar sekarang aku lagi hamil?" Hanya dengan melihat perutku yang semakin hari semakin buncit cukup membuatku yakin kalau aku memang sedang hamil. Aku beruntung hamil kebo karena posisiku saat itu juga sedang ada diperantauan berdua ditemani suami. Trimester pertama aku jalani di sana di sebuah desa terpencil dalam keadaan apa-apa lumayan sulit untuk di dapatkan.
Trimester pertama aku lebih sering merasa kelelahan terlebih semua kegiatan seperti mencuci, memasak dan bersih-bersih harus dikerjakan. Beruntung suamiku sigap membantu karena kali ini kami lebih berhati-hati dalam menjaga kehamilanku.
Aku tetap bekerja seperti biasa, tapi bahkan aktivitas sedikit saja sudah sangat melelahkan bagiku. Aku juga jadi lebih cepat lapar, ingin terus makan sesuatu. Namun keadaan di sekitar kos tidak memungkinkan beda dengan di kota semua serba ada. Pernah sekali aku tidur dalam keadaan lapar. Aku juga tidak bisa terlalu sering mengonsumsi mie instan. Makananku setiap hari kurang gizi untuk janinku. Aku sering menangis memikirkan janin yang ada di dalam perutku.
Aku bertahan di sana selama usia kehamilanku 4 bulan. Aku terpaksa pulang dengan suami karena tiba-tiba dapat kabar kalau mertuaku sakit dan sempat tidak sadarkan diri dan harus cuci darah. Aku meminta izin di tempatku bekerja dan pulang. Akhirnya ada kesempatan untukku pulang.
Namun di perjalanan pulang sangat jauh, aku harus naik mobil dulu selama hampir 8 jam. Kami berangkat malam dan harus nginap di mobil supaya sampai di bandara pagi-pagi. Padahal aku sendiri orangnya mabuk parah jika naik mobil. Selama ini aku hamil tidak merasakan hal seperti itu tapi saat naik mobil sampai ditujuan aku tidak berhenti muntah. Sampai-sampai rasanya tenggorokanku pahit, rasanya sudah tidak ada lagi yang bisa keluar namun perutku masih kram.
Aku menangis disepanjang jalan meraba perutku, aku tidur dipangkuan suamiku di kursi tengah mengingat janinku di dalam sana terguncang-guncang di jalanan yang rusak dan naik turun gunung itu. Aku tidak bisa makan apapun dan hanya bisa minum air. Khawatir aku baru saja merasakan keguguran kemarin, aku takut terjadi apa-apa dengan janinku. Tapi aku pun sangat lemah dan tidak berdaya. Aku pasrah kepada Tuhan. Di satu sisi aku percaya janin di dalam perutku pasti kuat.
Akhirnya sesampai di bandara aku bisa memulihkan tenagaku sejenak dan berangkat saat itu juga. Aku senang bisa pulang tapi sedih juga karena kepulanganku karena mertuaku sedang sakit, aku tahu suamiku pasti sedih dan kepikiran hanya saja dia tidak memperlihatkannya.
Bulan demi bulan aku jalani dengan baik sambil mengambil cuti di rumah, aku sempat USG sampai 3 kali dan mengetahui perkiraan jenis kelamin anakku adalah laki-laki. Dia adalah anak yang kuat aku percaya pada calon bayiku. Buktinya tidak ada masalah apapun saat aku periksa ke dokter. Aku mulai makan semua makanan yang ingin aku makan. Tapi tentu saja yang bergizi sayur, buah, dan susu hamil. Aku rutin mengonsumsinya semua masuk tanpa ada masalah di perutku. Semua ini untuk anakku.
Berat badanku naik sampai 10 kg dari yang awalnya 40 kg menjadi 50 kg hingga melahirkan. Banyak orang bilang perutku kecil tidak kelihatan hamil jadi calon bayiku juga kecil. Padahal aku memang orangnya tinggi kurus dan ini kehamilan pertamaku yang sampai di usia 7 bulan ini. Aku juga mendownload aplikasi pemantau kehamilan dan banyak membaca informasi yang bisa dipercaya dibandingkan omongan orang lain. Jadi aku sama sekali tidak khawatir dengan omongan mereka. Yang penting aku rutin makan makanan yang bergizi dan rutin periksa itu sudah cukup bagiku.
Ternyata pas USG terakhir perkiraan berat badan janinku sudah 3 kg lebih, itu sudah normal. Dan ternyata betul saat anakku lahir beratnya 3 kg pas. Berat badan yang ideal menurutku. Jadi, memang sudah sewajarnya kita tidak perlu banyak memikirkan perkataan-perkataan orang lain yang hanya bisa merusak mood ibu hamil. Apalagi kalau sudah menyangkut mitos.
Di jaman sekarang teknologi dan pengetahuan makin maju. Banyak informasi-informasi yang bisa di cari di internet yang bisa dipercaya kebenarannya. Jadilah ibu yang smart untuk diri sendiri dan keluarga.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.