Tak Perlu Bingung, Ini 4 Tips Menjelaskan Invasi Rusia pada Anak

Anak mendadak bertanya tentang konflik di Rusia, orangtua harus apa?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dimulainya invasi Rusia membuat anak-anak terpapar gambar dan video yang mengganggu di TV dan media sosial. Tak menutup kemungkinan, anak turut mendengar rumor tentang Perang Dunia III.

Sebagai orang tua, Parents mungkin bertanya-tanya bagaimana membantu anak-anak memproses situasi tersebut?

Dilansir dari Very Well Mind, Nick Koontz , MS, LMFT, terapis pernikahan dan keluarga dan direktur program kesehatan di Boys & Girls Clubs di LA, mengatakan keadaan dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dengan anak-anak. Menurutnya, proses ini bisa menjadi jembatan untuk membangun bonding antara anak-anak dan orang tua.

Koontz mencatat bahwa anak-anak yang memiliki rasa harga diri, kepercayaan diri, dan keterampilan komunikasi efektif biasanya tumbuh di lingkungan dengan orang tua yang terbuka. Oleh karena itu, membangun komunikasi terbuka melalui topik ini menjadi cukup penting.

Akan tetapi, sebelum membahas mengenai invasi Rusia terhadap Ukraina, Parents harus mempertimbangkan beberapa hal berikut.

Artikel terkait: 10 Tips Berkomunikasi Dengan Anak yang Harus Diketahui Setiap Orangtua

4 Tips Membahas Invasi Rusia pada Anak

1. Berikan Ruang untuk Mengekspresikan Perasaan

Memberi tahu anak-anak bahwa invasi Rusia sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan malah menyebabkan tertutupnya jalur komunikasi antara anak dan orang tua di masa depan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Alih-alih mendesak mereka untuk menyimpan perasaan mereka atau mengelolanya sendiri, Parents malah seharusnya memberi izin untuk mengekspresikan perasaan yang mereka rasakan. Selain itu, akui bahwa tidak apa-apa untuk takut dengan apa yang terjadi di Ukraina.

“Memberikan izin kepada anak-anak untuk merasakan sesuatu adalah langkah pertama mereka mengungkapkan apa yang sedang terjadi. Tidak semua anak akan terpengaruh secara negatif.

Anda dapat mengatakan, 'Aku tahu kamu mendengar tentang ini di TV atau mendengarnya di sekolah,'. Cermati reaksi anak, selanjutnya Anda tahu bagaimana harus bertindak sebagai orang tua,” jelas Koontz.

Senada, Parker L. Huston, PhD, psikolog pediatrik dan pemilik Central Ohio Pediatric Behavioral Health menyebutkan hal yang sama.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dia menyarankan agar Anda meluangkan waktu untuk memproses apa yang akan dibicarakan. Kemudian mulailah menanyakan kepada anak apa yang mereka ketahui atau telah mereka lihat/dengar tentang perang tersebut.

“Jangan terlalu cepat untuk mengoreksi informasi yang salah, biarkan mereka untuk sepenuhnya berbagi. Bersiaplah untuk mendengarkan dan tidak mengabaikan apa yang mereka katakan kepada Anda. Berempati dengan keprihatinan mereka, bahkan untuk sesuatu yang sebenarnya tidak benar,” saran Huston.

Selain itu, Huston menyarankan orang tua untuk berbagi perasaan dan emosi mereka tentang Ukraina dengan cara yang tepat dan tidak berlebihan.

"Cobalah untuk tidak mengatakan bahwa Anda ketakutan atau ngeri, bahkan jika memang itu yang Anda rasakan saat ini," lanjutnya. Sebagai gantinya, Huston menyarankan orang tua menggunakan ungkapan seperti:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Aku merasa sangat sedih sekarang
  • Aku khawatir dengan orang-orang yang terkena dampak konflik
  • Aku juga takut

Artikel terkait: Ketika Anak Terlalu Banyak Bertanya, Bagaimana Anda Menghadapinya?

2. Bagikan Informasi Tentang Perang

Cari tahu informasi mengenai invasi Rusia terhadap Ukraina dan bagikan pengetahuan tersebut kepada anak-anak. Cara ini dapat meredakan kebingungan yang mungkin dialami oleh anak-anak.

Tnjukkan kepada mereka peta dunia, fakta tentang Ukraina dan Rusia, serta budaya mereka dapat mengungkap konflik tersebut.

“Sesuaikan dengan usia anak, Anda dapat berbicara tentang sejarah masing-masing negara dan gambaran umum mengapa kedua negara berkonflik,” kata Huston.

Dengan berbagi informasi yang akurat dengan anak-anak, Koontz mengatakan bahwa Parents dapat membantu meringankan kecemasan mereka.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Kcemasan berasal dari kurangnya kontrol diri. Cara untuk memeranginya adalah dengan informasi. Dengan demikian kecemasan bisa berkurang,” ujar Koontz.

Meskipun Parents mungkin tidak tahu semua jawabannya, Koontz menyarankan bahwa Parents bisa mengakui kepada anak bahwa Parents tidak tahu.

Lalu, usahakan untuk mencari informasi bersama-sama dengan anak. Cara ini dapat menciptakan ikatan saling percaya dan menunjukkan kepada anak bahwa mereka dapat mengandalkan Parents.

“Ini adalah kesempatan yang baik bagi orang tua untuk menjadi sumber kredibel ketika ada masalah di masa mendatang. Perang adalah suatu hal yang besar dan jika mereka tahu orangtua paham, mereka akan berpikir bahwa orangtuanya bisa diandalkan untuk masalah lain," sambung Koontz.

Selain itu, Huston juga menyarankan agar Parents menghindari memojokkan golongan tertentu seperti kelompok politik, negara, dan ideologi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Anak-anak kecil adalah pemikir, mereka akan menganggap generalisasi seperti ini dengan serius,” katanya.

Alih-alih, bantulah anak memhami konteks peristiwa yang bisa saja dilakukan oleh pihak tertentu, bukan semua orang. Biarkan diskusi mengalir dengan mengajukan pertanyaan seperti:

  • Bagaimana perasaanmu tentang itu?
  • Apa yang membuatmu berpikir tentang itu?
  • Apakah kamu memiliki pertanyaan tentang apa yang terjadi?

Artikel terkait: 6 Pertanyaan yang Perlu Rutin Anda Tanyakan pada Si Kecil

3. Ajari Anak untuk Mengambil Tindakan

Orang tua dapat menemukan cara bagi anak-anak untuk menjadi penolong selama krisis dengan menyumbang demi tujuan kemanusiaan atau membantu anak yang terkena dampaknya.

Koontz mengatakan bahwa melakukan hal itu dapat memberi anak-anak kontrol diri dan ingin kontribusi. Cara ini dapat meredakan kecemasan yang mereka alami.

“Ketika seseorang mengalami kecemasan, kita harus mengevaluasi apa yang ada dan apa yang tidak ada dalam kendali mereka.

Dalam hal ini, seorang anak berusia 12 tahun tidak dapat banyak berkontribusi secara langsung. Namun, hal itu tidak membuat empati mereka hilang,” katanya.

Membantu mereka menyumbang ke organisasi dunia seperti Palang Merah, Amnesty International, dan Save the Children dapat membuat mereka merasa terlibat.

“Ketika seorang anak menyumbang 5 dolar dan mengajak keluarga melakukan hal yang sama maka dapat mengusir emosi negatif yang ada,” kata Koontz.

4. Lakukan Filter Informasi

Sementara berbicara tentang invasi Rusia terhadap Ukraina dapat membantu anak-anak Parents memproses tentang apa yang terjadi, keterlibatan Parents penting dalam mengolah sumber informasi yang ada.

Baik anak maupun dewasa, sangat mudah untuk seseorang menelan mentah-mentah informasi yang ada tanpa mencaritahu kebenarannya.

“Anak-anak menelan semua yang mereka dengar, baik maupun buruk. Sebagai orangtua, penting untuk Anda memfilter sumber informasi yang ada. Hati-hatilah menyajikan berita ketika anak sedang menonton televisi," pungkas Koontz.

Demikian cara memberitahu anak mengenai invasi Rusia terhadap Ukraina yang hingga kini masih berlangsung. Semoga bisa membuka wawasan kita semua.

Baca juga: 

id.theasianparent.com/ketika-anak-bertanya-tentang-allah

id.theasianparent.com/anak-cerewet

id.theasianparent.com/cara-menjelaskan-asal-usul-bayi-pada-anak