Selama dua dekade terakhir ini, Indonesia telah berhasil meraih kemajuan yang signifikan dalam penyelamatan nyawa bayi baru lahir. Indonesia juga sedang berjuang untuk penyelamatan Ibu saat melahirkan. Seperti laporan yang telah dilansir oleh The Jakarta Globe (10/5).
Laporan tahunan yang dirilis oleh organisasi Save the Children, menyatakan bahwa Indonesia berhasil mengurangi angka kematian bayi sebesar 48 persen antara tahun 1990 dan 2011. Laporan tersebut juga melaporkan Indeks Resiko Kelahiran Bayi di 186 negara. Dimana, sekitar 23.000 bayi Indonesia yang meninggal saat baru lahir, indeksnya terhitung melebihi dari sepertiga dari semua angka kematian bayi baru lahir.
Tiga penyebab utama dari angka kematian bayi baru lahir diantaranya adalah: kelahiran prematur, infeksi berat, dan komplikasi selama kelahiran. Ketiga penyebab utama ini yang bisa teridentifikasi dalam laporan rekam medik. Penyebab-penyebab tersebut merupakan 80 persen faktor utama dari semua angka kematian bayi.
“Indonesia telah melakukan pengurangan yang dramatis dalam tingkat kematian bayi baru lahir selama dua dekade terakhir. Namun, masih menjadi salah satu dari 10 negara dengan angka kematian tertinggi dengan indeks dua pertiga dari tiga juta angka kematian bayi yang terjadi secara global per tahun. Hal ini terjadi karena memang populasi di Indonesia juga besar” demikian diungkapkan oleh Ricardo Caivano, country director untuk Save the Children di Indonesia.
Artikel terkait: Waspadai Kematian Mendadak pada Bayi
Namun, Indonesia menempati urutan 106 dari 176 negara sebagai lingkungan terbaik bagi Ibu. Berdasarkan Program PBB mengenai indeks pengembangan gender, angka kematian Ibu di Indonesia saat ini dari tiap 100.000 kelahiran terjadi sekitar 228 kematian Ibu. Dan angka ini masih menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara.
Angka kematian Ibu melahirkan di Indonesia diharapkan bisa turun sekitar 55% pada tahun 2015, sebagaimana telah ditetapkan dalam Millenium Development Program (MDG). Namun, para ahli telah memperkirakan Indonesia tidak akan mampu memenuhi target tersebut.
Selain itu, berdasarkan sumber yang masih dirahasiakan, sebuah survei tentang demografi kesehatan tahun 2012 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, mengungkapkan bahwa angka kematian Ibu di Indonesia sebenarnya mengalami peningkatan sekitar 37%.
“Departemen Kesehatan telah berusaha menekan lonjakan angka kematian Ibu melahirkan,” kata sebuah sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
“Perempuan Indonesia sangat progresif dalam menyelamatkan nyawa anak-anak mereka, itulah sebabnya angka kematian bayi telah menurun drastis selama dua dekade terakhir. Namun, sayangnya, para Ibu juga tidak berdaya untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri, terutama saat melahirkan, “kata Kartono Muhammad, seorang ahli kesehatan dan mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia kepada The Jakarta Globe.
“Sementara orang tua di Indonesia umumnya sangat protektif terhadap kesehatan anak-anak mereka. Namun para Ibu ini terkendala oleh budaya yang mencegah perempuan membuat keputusan sendiri untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri,” ungkap Kartono.
“Wanita akan disalahkan jika anak-anak mereka sakit, itulah sebabnya mereka ekstra hati-hati dalam memberikan kebutuhan anak-anak mereka. Tetapi perempuan tidak memiliki kuasa untuk membuat keputusan tentang kesehatan mereka sendiri, “katanya.
Misalnya, untuk sekedar memeriksakan kehamilannya, wanita harus ijin kepada suami, ayah, atau bahkan ayah mertuanya.
“Seorang wanita harus berkonsultasi dahulu dengan keluarganya untuk memutuskan apakah dia perlu dirawat atau tidak,” imbuhnya.
Kartono menambahkan bahwa interpretasi sesat tentang nilai-nilai agama dan budaya kadang-kadang juga menempatkan hidup perempuan dalam bahaya.
“Ini bukan agama yang menempatkan perempuan dalam bahaya, itu orang-orang yang salah dalam menginterpretasikan sebuah nilai. Mereka berpikir perempuan harus bergantung pada laki-laki untuk membuat setiap keputusan, termasuk melahirkan, “katanya.
Menurut laporan tersebut, Save the Children menyerukan para pemimpin Indonesia untuk berinvestasi dalam solusi murah yang dapat secara dramatis mengurangi angka kematian bayi baru lahir, seperti perawatan tali pusat yang tepat dan obat-obatan untuk perawatan proses pre dan pasca kelahiran (pediatrik antibiotik).
Organisasi ini juga mendorong pemberian ASI eksklusif dan perawatan Ibu setelah melahirkan. Karena pengasuhan dengan metode ini tidak memerlukan biaya, namun dapat menolong ratusan ribu nyawa bayi setiap tahun.
Artikel pendukung: Relaksasi Melancarkan ASI
Sebuah studi di tahun 2007 menemukan bahwa hanya 32 persen Ibu Indonesia memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan.
Pada tahun 2011, angka itu naik menjadi 42 persen, tetapi prosentase ini masih lebih rendah negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Kartono menyarankan bahwa Indonesia harus mengintensifkan program keluarga berencana untuk memperlambat tingkat kelahiran di Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengakui bahwa program Keluarga Berencana di Indonesia telah gagal karena masih tidak mampu mengendalikan tingkat kesuburan.
Seperti disebutkan dalam MDG, Indonesia bertujuan untuk mengurangi tingkat kesuburan menjadi 2,1 pada tahun 2014. Namun, pada tahun 2012, tingkat kesuburan di Indonesia masih terjebak di angka 2,6.
Sumber: The Jakarta Globe
Share on Facebook atau G+ jika Anda merasa artkel ini bermanfaat. Join Komunitas Keluarga Indonesia di G+ untuk mengikuti update info dari kami dan berdiskusi dengan para Keluarga Indonesia