Di antara beragam jenis kanker, kanker paru ditengarai menjadi pembunuh terbesar di Indonesia. Jumlah penderitanya yang terus meningkat membuat dunia kesehatan terus berinovasi, salah satunya imunoterapi untuk kanker sebagai terapi penyembuhan terkini.
Lantas, sejauh apa efektivitas terapi ini untuk pasien?
Apa Itu Imunoterapi untuk Kanker?
Imunoterapi merupakan jenis pengobatan yang mendorong kinerja sistem kekebalan tubuh agar efektif melawan penyakit, termasuk kanker. Terapi jenis ini dapat memperlambat, menghentikan perkembangan sel kanker, dan mencegah penyebarannya ke organ tubuh lain. Beragam jenis kanker, misalnya kanker paru dapat ditangani dengan pengobatan ini.
“Indonesia adalah negara dengan prevalensi kanker paru tertinggi karena jumlah perokok yang masif, penyakit inilah yang menjadi penyebab kematian nomor satu utamanya bagi kaum pria,” ungkap Dr. Erlang Samoedro, Sp.P, Sekretaris Umum PDPI dalam sharing session *#LUNGTalk: Membuka Harapan Hidup yang Lebih Baik bagi Pasien Kanker Paru dengan Pengobatan Inovatif* beberapa waktu lalu.
Sejauh ini pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi dikenal sebagai pengobatan kanker. Namun, ada kalanya sel kanker sulit ditangani akibat sistem imun tubuh tidak mampu mengenali sel tersebut sebagai benda asing. Bahkan, beberapa sel kanker sangat mirip dengan sel normal sehingga imun tubuh tidak menyerang.
“Kanker ini sangat pintar. Ia memiliki kemampuan untuk lari dari radar sistem imun tubuh kita dan penginderaan imunitas tubuh, sehingga sering tidak terdeteksi oleh sistem imun. Konsep imunoterapi adalah membuat sel-sel imun tubuh kembali mampu mengenali sel kanker dan menjadi aktif menyerang,” imbuh Dr. Sita Laksmi Andarini, PhD, Sp.P(K), Wakil Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PDPI dalam kesempatan yang sama.
Mengutip WebMD, pemilihan imunoterapi sebagai penanganan kanker karena alasan berikut:
- Lebih efektif dibandingkan pengobatan kanker jenis lain, seperti radiasi atau kemoterapi
- Kinerja imunoterapi lebih cepat dan membantu efektivitas pengobatan lain
- Efek samping lebih kecil dibanding pengobatan jenis lain
- Meminimalkan munculnya kanker di masa mendatang, karena imunoterapi memicu kemampuan imun mengingat sel kanker
Artikel terkait: Kanker nasofaring sering terjadi pada perokok, waspadai gejalanya!
Lantas, apa saja hal yang harus diperhatikan perihal pasien yang ingin menjalani pengobatan imunoterapi?
“Imunoterapi ini efektif untuk diberikan pada pasien kanker paru yang sel tumornya menunjukkan ekspresi PD-L1 lebih dari 50%. Artinya, pasien wajib melakukan pemeriksaan biomarker PDL-1. Kalau kurang dari itu, biasanya dokter akan mengombinasikan dengan kemoterapi yang mana secara keseluruhan memperbaiki kualitas hidup pasien,” ujar Dr. Sita.
Lebih lanjut, Dr. Sita menerangkan bahwa respon lebih baik akan ditunjukkan bergantung jenis kanker yang diderita pasien. “Yang masuk kriteria itu kanker paru dan melanoma, sel merespon lebih baik dengan terapi ini,” tegas Dr. Sita.
Pengalaman Pasien Kanker Paru
Ida Gultom, salah satu pasien kanker paru membagikan pengalanan saat dirinya menderita penyakit kanker yang sama sekali tak diduganya.
Berawal pada 2019 saat Ida mengalami batuk yang tak kunjung sembuh. Saat memeriksakan diri, dokter menyarankan untuk foto thoraks dan hasilnya ia menderita pneumonia.
“Saat mengetahui hasilnya, dokter mengharuskan saya untuk konsumsi obat TBC selama 2 bulan tetapi tidak ada perubahan padahal sudah kontrol rutin. Akhirnya saya coba ke negeri orang dan biopsi, diketahui saya adenocarcinoma paru lalu disuruh kemo. Tetapi saya memutuskan untuk mencari second opinion,” jelas Ida.
Setelah menemui beberapa dokter, salah satu dokter menyarankan Ida untuk melakukan imunoterapi. Dokter saat itu juga mendorong Ida melakukan MRI disebabkan keluhan sakit kepala yang ia rasakan. Tak diduga, terdapat nodul sebesar 5,3 cm di paru sebelah kanan. Bahkan terdapat belasan sel kanker di otaknya saat hasil MRI nya keluar.
“Saya memutuskan untuk menjalani terapi imuno dan minum 3 macam obat waktu itu, mulai 17 Februari hingga April 2020 itu obat diminum per 3 minggu. Saya ikuti semua perkataan dokter. Puji Tuhan, saat pet scan lagi nodul paru saya mengecil 3 cm dan sel kanker di otak saya sudah bersih.
Bahkan, kemarin akhir Juli saya scan toraks lagi nodulnya sudah mengecil jadi 1,5 cm. Waktu itu memang efek sampingnya kecil di saya, cuma rambut rontok sedikit. Akhirnya, saya ikuti anjuran dokter untuk imunoterapi 2 tahun untuk hasil yang optimal,” urai Ida lagi.
Artikel terkait: 7 Selebriti perempuan penyintas kanker dan tumor payudara, kenali gejalanya ya Bun!
Tak ketinggalan, Ida menyemangati pasien yang tengah berjuang melawan kanker agar tetap semangat dan tidak banyak pikiran. Tak lupa, Ida mengingatkan pentingnya pasien agar proaktif bertanya pada dokter karena kondisi pasien sangat menentukan treatment selanjutnya.
Kendati dinilai lebih cepat memberangus sel kanker, setiap orang tentu memiliki kondisi tubuh yang berbeda. Dengan demikan, penting untuk mendiskusikan dahulu dengan dokter sebelum melakukan imunoterapi untuk kanker paru merupkan langkah yang bijak.
Parents, semoga informasi ini bermanfaat!
Baca juga:
Penelitian: Suplemen vitamin berdampak negatif terhadap pasien kanker payudara