Kimberly Martines (23), ditangkap polisi pada Selasa (2/8) lalu setelah dokter menyatakan anak perempuannya yang berusia 17 bulan meninggal karena keracunan garam. Ibu ini diduga meracuni anaknya dengan garam.
Pada senin pagi, sang anak dilarikan ke rumah sakit karena kejang-kejang. Ia sempat koma sampai dinyatakan meninggal karena hypernatremia, kondisi di mana terlalu banyak sodium dalam aliran darahnya.
Sodium atau natrium memang penting untuk kesehatan, namun jika dikonsumsi terlalu banyak justru dapat menjadi racun, terutama bagi anak kecil.
Hipernatremia menyebabkan air di dalam sel-sel tubuh keluar secara cepat. Kehilangan cairan dalam jumlah banyak ini dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, terutama sel-sel otak.
Sel yang kekurangan cairan akan menyusut dan terlepas dari lokasi normal mereka. Pembuluh darah juga akan robek sehingga menyebabkan kejang, cairan masuk ke paru-paru hingga kerusakan ginjal.
Keracunan natrium dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian.
Hipernatremia paling sering terjadi ketika orang tidak minum cukup air. Sedangkan bayi sangat rentan karena ginjal mereka terlalu muda untuk bisa memproses garam, bahkan jika ditambahkan dalam makanan mereka.
Baca: Mengapa Bayi di Bawah 1 Tahun Tidak Boleh Diberi Gula dan Garam?
Ibu meracuni anaknya dengan garam agar suami kembali
Ketika diwawancara oleh penyidik kasus, Kimberly mengaku memberikan satu sendok teh garam kepada anaknya.
Di pengadilan, pengacara Barry Barnette mengatakan kepada hakim bahwa Kimberly meracuni anaknya dengan garam agar suaminya, ayah sang anak, mau kembali ke kehidupan mereka.
“Ada banyak hal yang terjadi dalam hidupnya yang orang-orang tidak mengerti. Tidak ada yang dapat menghakiminya,” kata adik Kimberly, Tiffany Lazar, kepada WYFF News.
Setelah kematian Peyton, anaknya, Kimberly terancam hukuman 20 tahun penjara.
Setiap orangtua pastilah mencintai anaknya dan rela untuk memberikan segalanya demi anak. Namun seroang ibu ini justru meracuni anaknya dengan menggunakan garam. Diduga kelakuan sang ibu ini bertujuan supaya suami bisa kembali dan menjalani hari hari bersama sebagaimana mestinya. Mari simak kisah tragis ibu yang meracuni anaknya dengan garam berikut ini.
Kronologi Kejadian Ibu Meracuni Anaknya
Pada hari senin pagi, sang anak yang masih berusia 17 bulan ini meninggal karena keracunan garam. Pada jam yang sama, sang anak kemudian dilarikan ke rumah sakit karena kejang kejang. Ia bahkan sempar koma sampai dinyatakan meninggal karena hypernatremia. Kondisi ini adalah kondisi dimana anak terlalu banyak sodium dalam aliran darahnya.
Seperti diketahui jika sodium atau natrium memang sangat penting untuk kesehatan. Namun apabila terlalu banyak dikonsumsi justru bisa meracuni seseorang terutama bagi anak kecil. Hypernatremina sendiri menyebabkan air dalam sel sel tubuh keluar secara cepat. Kehilangan cairan dalam jumlah banyak ini dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, termasuk sel sel otak.
Sel yang kekurangan cairan akan menyusut dan terlepas dari lokasi normal mereka. Selain itu pembuluh darah juga akan robek sehingga akan menyebabkan kejang, cairan masuk ke paru paru hingga kerusakan ginjal. Sementara keracunan natrium juga dapat menyebabkan kerjang, koma dan kematian.
Hipernatremia paling sering terjadi ketika seseorang tidak minum cukup air. Sedangkan bayi yang sangat rentan karena ginjalnya terlalu muda untuk memproses garam. Untuk itulah seorang bayi tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi garam dalam makanan yang akan diberikan. Pada umumnya bayi hanya akan membutuhkan ASI sebagai sumber nutrisi si kecil.
Meracuni Anaknya Agar Suami Kembali
Ketika diwawancara oleh penyidik kasus, sang ibu yang beranama Kimberley ini mengaku memberikan satu sendok teh garam kepada anaknya. Saat sidang pengadilan, pengacara Barry Barnette mengatakan kepada hakim bahwa Kimberly tega meracuni anaknya dengan menambahkan garam agar suaminya kembali.
Dalam hal ini ayah dari sag anak ini telah meninggalkan mereka dan tidak mengurus kehidupan mereka. Sehingga Kimberly pun sengaja meracuni anaknya dengan garam untuk menarik simpati dari sang ayah dan kembali ke kehidupan mereka. Menurut adiknya Kimberly, Tiffany Lazar ia menuturkan bahwa ada banyak sekali kejadian yang terjadi dalam hidupnya dan tidak ada yang mengerti dan tidak ada yang dapat menghakimi Kimberly.
Apa yang dilakukan oleh Kimberly tentu tidak bisa dibenarkan. Meskipun merasa depresi akan kehidupan yang dijalaninya namun harusnya ia menghubungi kerabat atau saudara untuk meminta bantuan. Sebagaimana diketahui menjaga anak adalah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua. Jangan jadikan anak sebagai pelampiasan atas kekesalan yang terjadi dalam kehidupan sehari hari karena sejatinya anak tidak mengerti apapun masalah yang dihadapi orangtuanya.