Ibu bunuh diri karena depresi pasca melahirkan seringkali terjadi. Kondisi kesehatan mental ini seringkali dianggap sepele, bahkan masyarakat menganggap seorang perempuan gagal menjadi ibu jika ia tidak bisa menghadapi hari penuh kerepotan setelah melahirkan.
Stigma inilah, yang membuat Allison Goldstein harus berjuang sendirian melawan depresi. Memendamnya karena merasa malu akan kondisinya, takut akan tanggapan orang lain atas kondisi emosional yang ia alami sejak melahirkan.
Sekilas, Allison Goldstein, terlihat memiliki segalanya. Suami tentara yang baik hati dan mencintainya, seorang bayi perempuan lucu bernama Ainsley yang melengkapi kehidupan mereka, serta keluarga dan teman-teman yang memuja kebaikan Allison.
Siapa sangka, Allison memendam masalah besar yang tidak ia ceritakan pada siapapun. Meski ia memiliki karir yang bagus sebagai guru taman kanak-kanak, keluarga yang sempurna, namun jauh di lubuk hatinya, ia mengalami penderitaan luar biasa.
Allison yang dikenal ramah dan periang itu kalah dalam melawan depresi pasca melahirkan pada 28 Juni 2016. Dia meninggalkan suami tercinta, bayi umur 4,5 bulan, dan keluarga serta teman-teman yang mencintainya.
Dikutip dari laman Babble, diketahui Allison menulis sebuah surat perpisahan untuk keluarganya, yang berbunyi:
Aku benar-benar minta maaf, karena aku tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan rasa sakit ini pada kalian atau pun mencari pertolongan.
Kemudian, Allison menitipkan bayinya di daycare, mengemudi di tempat yang sepi dan mengakhiri hidupnya sendiri. Baik orangtua, saudara, maupun suami dan teman-teman Allison tidak menyangka bahwa dirinya tengah berjuang melawan depresi, hingga semuanya terlambat.
Pihak keluarga juga meyakini Allison sendiri tidak menyadari bahwa dirinya mengalami depresi. Dalam surat terakhirnya ia menyatakan tidak tahu bagaimana cara meminta tolong, sebab ia sendiri tak mengerti dengan kondisi yang ia alami.
Hal inilah yang menyebabkan Allison tetap diam menyembunyikan derita psikis yang ia alami. Allison tetap tersenyum kepada semua orang, bersikap ramah dan menampakkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Tak ada seorang pun yang bisa melihat bahwa dirinya sedang berjuang melawan depresi.
David, ayah Allison mengatakan, “Beberapa hari sebelum kepergiannya, putriku adalah orang yang paling bahagia. Dia tersenyum, dan tidak menunjukkan tanda apa pun bahwa dia sedang mengalami masalah emosi.”
Keluarga Allison membagikan kisah ini sebagai bahan pelajaran agar depresi pasca melahirkan tidak lagi dianggap remeh dan para ibu bisa segera mencari pertolongan.
Seringkali, ibu depresi menyembunyikan kondisinya karena merasa hal tersebut memalukan. Padahal, tidak perlu merasa malu.
Proses adaptasi terhadap kehidupan sebagai ibu, ditambah kondisi hormon yang naik turun setelah melahirkan, bisa sangat berat untuk ditanggung. Ibu tidak seharusnya menghadapi itu sendirian.
Tidak setiap ibu yang baru melahirkan menjalani hidup yang bahagia dan menyenangkan. Kadang, menjadi ibu bisa sangat menakutkan, kesepian, merana, dan tidak menentu serta rasa bersalah yang sering dibebankan oleh masyarakat bisa membuat ibu kewalahan.
Biasanya ibu yang tidak bahagia setelah memiliki anak dianggap tidak bersyukur, sehingga dia merasa malu dan terasing, karena perasaan yang ia alami dianggap aneh. Tapi kondisi ini bisa disembuhkan, mintalah pertolongan orang terdekat jika Bunda mengalaminya.
Ibu yang mengalami PPD bukanlah ibu yang buruk, karena depresi membuat pikiran-pikiran buruk terus bermunculan dan membuat ibu semakin terpuruk. Semoga kisah Allison menjadi pelajaran bagi semua orang untuk tidak lagi menganggap remeh depresi pasca melahirkan.
Jangan sampai ada lagi, kasus ibu bunuh diri karena depresi pasca melahirkan yang tidak bisa ditangani.
Baca juga:
Seorang Ibu Bunuh Diri Bersama Bayinya Karena Depresi Pasca-Melahirkan