Foto bocah laki-laki yang menyiramkan oli bekas ke badannya sendiri sebagai hukuman bagi anak tengah beredar viral di media sosial. Rupanya sang anak ketahuan mencuri onderdil sepeda di sebuah bengkel di Sleman, Yogyakarta.
Postingan ini pertama kali dibagikan oleh akun Facebook Masy Hadi Urc dengan caption:
Meski sudah terlambat kami datang untukmu. Nak, maafkan kami. Kami baru tahu ketika kejadian berselang hari. Saya menangis melihatmu pasrah mengguyurkan oli bekas ke kepalamu, tak setahumu kamu terpaksa membahayakan kedua matamu, mungkin oli juga masuk ke telingamu, bahkan sangat mungkin terjilat dan terminum olehmu. Kamu nampak sangat tidak berdaya melakukan penolakan. Dan nalar ke-anak-anakanmu belum cukup untuk melakukan alasan perlawanan dan pembelaan diri.
Bocah mandi oli bekas sebagai hukuman bagi anak
Peristiwa bocah dipaksa mandi oli bekas ini terjadi di Kecamatan Turi, Dusun Sangurejo, Desa Wonokerto, Kabupaten Sleman.
“Kejadiannya Senin 23 April. Jadi ada dua bocah ke bengkel milik Pak Alif, mau servis sepeda rantainya putus. Tapi satu bocah ini ternyata mencuri di bengkel,” ujar Kepala Dukuh Sangurejo, Sehadi Utomo kepada Detik.
Setelah itu, pemilik bengkel meminta kedua bocah untuk menyiram oli bekas ke kepala mereka. Tujuan memberi hukuman bagi anak adalah agar mereka jera dan tak mengulangi lagi perbuatannya.
Bocah tersebut ternyata duduk di kelas 2 SMP. Ia merupakan anak yatim piatu.
“Kita klarifikasi ke sekolahnya. Guru datang ke bengkel. Hasil klarifikasi kita dapat penjelasan ternyata anak itu tidak ada orangtuanya, yatim piatu,” kata Sehadi Utomo.
Mengetahui bahwa sang bocah adalah seorang anak yatim piatu, sang pemilik bengkel mengaku terkejut. “Saya minta maaf sudah melakukan yang mungkin tidak benar untuk anak. Dari hati saya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya,” ujar Arif Alfian, pemilik bengkel.
Arif menegaskan bahwa hukuman bagi anak bukanlah ia yang meminta. Awalnya, ia meminta sang bocah membawa orangtuanya ke bengkel tetapi ia tidak mau.
“Saya suruh panggil orangtuanya tidak mau. Saya bawa ke Pak Dukuh tidak mau. Saya tanya kamu mau apa untuk bertanggung jawab. Dia jawab apalah yang penting tidak dilaporkan ke orangtua. Lalu, saya suruh mandi oli. Dia ambil oli guyur sendiri,” kata Arif.
Hukuman bagi anak yang mencuri
Artikel terkait: Penelitian: Menghukum anak dengan pukulan memengaruhi perilakunya hingga dewasa
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di PubMed, hukuman fisik yang keras pada anak dengan tujuan mendisiplinkan bisa memiliki dampak buruk. Anak akan memiliki gangguan kepribadian, seperti rasa cemas dan tidak berdaya.
Oleh karena itu, kekerasan fisik sebagai hukuman bagi anak yang mencuri bukanlah solusi. Cara paling tepat agar anak tak mengulangi kesalahannya adalah dengan mendisiplinkan anak.
Berbeda dari menghukum anak, mendisiplinkan anak akan membantunya mengakui kesalahan sekaligus mengajarinya dalam mengambil keputusan bijak di masa depan.
Agar tindakan pendisiplinan tetap efektif, maka penting bagi Anda untuk mengingat hal berikut ini:
- Tetap tenang, jangan reaktif. Wajar jika Anda marah saat seorang anak ketahuan mencuri. Namun, fokuslah pada tindakan apa yang akan diambil selanjutnya untuk mendisiplinkan anak.
- Ketahui faktanya. Dengarkan penjelasan anak kenapa ia sampai melakukan perbuatan mencuri.
- Pertimbangkan perasaannya. Anak harus tahu bahwa perbuatannya itu yang salah, bukan dirinya yang buruk. Jangan sampai hukuman bagi anak membuatnya merasa tak layak menjadi orang baik.
- Pastikan anak belajar dari kesalahannya.
Sebagai orang dewasa, kita harus menyadari bahwa hukuman fisik tidak akan pernah membuat anak menjadi disiplin. Justru malah berdampak negatif bagi perkembangannya.
Pilihlah cara mendisiplinkan yang lebih baik tanpa perlu melibatkan hukuman fisik.
Referensi: Detik
Baca juga:
Kejam! Ibu ini mengikat dan menyeret anaknya pakai motor sebagai hukuman mencuri