Biasanya, kecanduan seks atau hiperseks (hypersexuality) sering diidentikan dengan kaum Adam. Nyatanya hiperseks pada wanita juga kerap terjadi.
Berbicara masalah dorongan seksual, setiap individu tentu saja memiliki kadar yang berbeda-beda. Ada yang dorongan seksualnya rendah, sehingga frekswensi bercintanya sangat jarang, ada juga yang gairah atau dorongan seksualnya sangat tinggi.
Kepada theAsianparent Indonesia, Riri mengaku bahwa dirinya termasuk perempuan yang memiliki dorongan seksual yang sangat tinggi. Bahkan dirinya mengaku sudah hiperseks.
“Setiap hari, saya dan suami memang harus berkali-kali melakukan aktivitas seksual. Paling nggak, ya, 3 kali. Seperti minum obat. Kalau nggak, saya bisa cranky,” ujarnya.
Apa yang dirasakan Riri, sebenarnya bisa menjadi salah satu bukti bahwa kecanduan seks tidak hanya dirasakan lelaki, perempuan pun bisa mengalaminya.
Apa itu hiperseks atau kecanduan seks?
Dilansir dari Depression Alliance, Hypersexual disorder atau gangguan hiperseks, lebih dari sekadar dorongan seks yang tinggi, atau yang dianggap semacam kecanduan. Hiperseks cenderung menyebabkan perasaan tertekan pada orang yang mengalaminya.
Hal ini bahkan melibatkan perilaku seksual yang “berlebihan” atau kompulsif. Namun sayangnya, belum ada bukti empiris untuk mendiagnosis hiperseks pada wanita, sebab definisi “berlebihan” sulit diukur dan bersifat lebih objektif. Selain itu, hiperseks juga sering dipengaruhi oleh sudut pandang subjektif, seperti budaya dan masyarakat tertentu.
Namun, Dr Gerard Paat, MPH, konsultan seksologi di Biro Konsultasi Kesejahteraan Keluarga RS St. Carolus, Jakarta mengatakan bahwa hiperseks bisa diukur dari aktivitas seksual yang dilakukan.
Umumnya, pasangan suami istri akan melakukan hubungan seksual 3 kali dalam seminggu. Sementara bagi yang kecanduan seks, frekuensinya tentu saja melebihi ukuran normal. Misalnya 3-4 kali sehari atau rata-rata 20 kali per minggu. Penderitanya tentu saja bisa pria, ataupun perempuan.
Gejala hiperseks pada wanita
Seperti yang dituliskan dalam laman Kompas, Dr Gerard memaparkan kalau hiperseks pada wanita disebut nymphomania. Penyebabnya yaitu:
1. Faktor psikis yang dialami sejak usia dini
Misalnya, salah satu akarnya karena pernah mengalami penyimpangan seksual, atau sering kali terpapar dengan kekerasan seksual yang dilakukan ayah terhadap ibunya.
Pengalaman buruk inilah, yang akhirnya akan membentuk citra yang salah ketika tumbuh dewasa. Umumnya, ia akan merasa butuh pendamping yang berbeda atau lebih baik dari ayahnya.
2. Penyebab hiperseks pada wanita belum diketahui secara jelas
Sedangkan Psychology Today mengatakan kalau penyebab perilaku hiperseksual tidak didiketahui dengan jelas. Hiperseksualitas menjadi masalah saat menyebabkan tekanan signifikan pada seorang individu, atau menempatkan mereka pada risiko melukai diri sendiri atau orang lain.
Namun memang, beberapa anak atau remaja mungkin terlibat dalam perilaku seksual yang meningkat atau tidak sesuai perkembangan sebagai akibat dari pengalaman traumatis, stres, atau penyakit mental.
Diketahui, anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dapat menunjukkan peningkatan perilaku seksual dan perilaku seksual berisiko tinggi dikaitkan dengan faktor sosiodemografi seperti disfungsi keluarga dan stres sosial.
Bagaimana dengan gejalanya?
Menurut Livescience, wanita yang mengalami hiperseks bisa ditandai dengan tingginya tingkat masturbasi dan sering menonton film porno. Menurut penelitian terbaru, mereka juga cenderung berfantasi akan seks.
Sementara penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine juga mengungkapkan kalau jumlah pasangan seksual yang lebih tinggi juga memiliki kaitan dengan dengan skor hiperseksualitas yang tinggi.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kriteria ini adalah cara yang valid dan dapat diandalkan untuk mengidentifikasi hiperseksualitas.
Artikel terkait: 8 Posisi seks untuk ibu hamil, buat aktivitas bercinta semakin bergairah!
Meskipun begitu, gejala yang telah disebutkan di atas, tentu saja memerlukan observasi mendalam untuk memastikan apakah benar perempuan tersebuyh hiperseks atau tidak.
Ada pun beberapa penilaian yang harus dilihat dalam jangka waktu setidaknya enam bulan adalah:
- Seorang individu mengalami fantasi seksual yang berulang dan intens, dorongan seksual, atau perilaku seksual
- Waktu yang dihabiskan untuk terlibat dalam fantasi, dorongan, atau perilaku seksual secara konsisten mengganggu kegiatan dan kewajiban penting lainnya
- Fantasi seksual, dorongan, atau perilaku terjadi sebagai respons terhadap keadaan mood dysphoric (kecemasan, depresi, kebosanan, lekas marah) atau peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
- Seorang individu tidak berhasil mengendalikan atau mengurangi fantasi, dorongan, atau perilaku seksual mereka
- Seorang individu terlibat dalam perilaku seksual tapi mengabaikan potensi bahaya fisik atau emosional untuk diri sendiri atau orang lain
- Frekuensi atau intensitas fantasi, dorongan, atau perilaku seksual menyebabkan tekanan atau gangguan pribadi yang signifikan
Pengobatan
Jika seseorang mengalami kecanduan seks yang hingga mengganggu aktivitas, sangat dianjurkan untuk bisa mengikuti konseling khusus. Perawatan mungkin melibatkan hal-hal berikut ini:
- Membangun kembali hubungan dengan pasangan
- Mengelola stres
- Identifikasi pemicu untuk pemikiran seksual atau perilaku seksual kompulsif
- Menemukan perilaku alternatif yang kurang merusak
Bila Anda merasa ciri-ciri atau gejala di atas dirasakan, sebaiknya terbuka terhadap pasangan dan mencari bantuan pada ahli atau psikolog yang berpengalaman.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Referensi: Psychology Today, Livescience, Depressionalliance.org
Baca juga:
Miris! Setelah Lakukan Seks Oral, Perempuan Ini Alami Stroke dan Hampir Meninggal
Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan Perempuan untuk Orgasme? Ini Jawabannya!
Jika Melihat Ciri-Ciri Ini, Bisa Jadi Pasangan Anda Sudah Kecanduan Seks!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.