Berkeringat merupakan salah satu fungsi alami tubuh dalam membantu mengatur suhu inti tubuh. Proses ini umumnya dipicu oleh aktivitas fisik, suhu lingkungan yang panas, atau kala cemas, gugup serta mengalami stres psikologis. Namun, bagaimana jika seseorang mengalami keringat yang berlebihan atau hiperhidrosis?
Pada dasarnya, saat berkeringat, tubuh mengeluarkan cairan mengandung garam dari kelenjar keringat yang terletak di bawah kulit. Area tubuh yang paling sering berkeringat antara lain lipat ketiak, wajah, telapak tangan, dan telapak kaki.
Salah satu gangguan pada proses berkeringat yakni keluarnya keringat yang berlebihan atau disebut hiperhidrosis. Kelainan ini biasanya muncul pada situasi yang tidak biasa, seperti kala udara sejuk atau tanpa pemicu sama sekali.
Keringat dapat keluar begitu banyak hingga membasahi pakaian atau menetes dari tangan. Meski umumnya tidak berdampak negatif secara fisik, hiperhidrosis membuat penderitanya tidak nyaman dan kerap merasa malu.
Gejala Hiperhidrosis
Gejala hiperhidrosis antara lain:
- Keringat berlebihan yang terjadi paling sedikit satu kali seminggu selama enam bulan tanpa penyebab yang jelas. Keluarnya keringat di waktu bangun/terjaga.
- Keringat yang keluar berlebihan saat aktifivas fisik ringan atau saat suhu lingkungan sekitar sejuk atau dingin.
- Keringat yang keluar berlebihan saat tidur malam.
- Keringat yang muncul pada kedua sisi tubuh dengan jumlah yang kurang lebih sama.
- Keringat yang keluar berlebihan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan hubungan interpersonal.
- Keringat berlebihan yang mulai muncul sebelum usia 25 tahun.
Kapan Kondisi Perlu Diwaspadai?
Bila keringat sering keluar secara berlebihan, sebaiknya segera temui dokter apabila:
- Disertai dengan penurunan berat badan.
- Sering berkeringat di malam hari tanpa sebab yang jelas.
- Terjadi di seluruh tubuh dan mengganggu aktivitas.
- Menyebabkan stres emosional hingga menarik diri dari pergaulan sosial
- Pola keluarnya keringat tidak simetris atau hanya berasal dari salah satu sisi tubuh (misalnya dari satu sisi ketiak saja).
- Timbul mendadak atau secara tiba-tiba.
Penyebab Seseorang Alami Keringat Berlebihan
Berdasarkan penyebabnya, hiperhidrosis digolongkan menjadi dua macam:
1. Hiperhidrosis fokal primer
Ini merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. Pada tipe ini, saraf-saraf yang bertanggung jawab memberikan sinyal pada kelenjar keringat menjadi hiperaktif meski tidak dipicu oleh aktivitas fisik atau peningkatan suhu tubuh. Adanya stres atau kecemasan dapat memperbanyak keluarnya keringat. Tipe ini memiliki ciri sebagai berikut:
- Mulai dialami saat masa kanak-kanak atau remaja.
- Dapat menetap seumur hidup atau sebaliknya, membaik seiring dengan bertambahnya usia.
- Dapat bersifat diturunkan dalam keluarga.
- Berkeringat utamanya di lipat ketiak, telapak tangan dan/atau kaki secara simetris.
- Keringat umumnya berkurang di malam hari dan menghilang kala tidur.
2. Hiperhidrosis sekunder
Tipe ini lebih jarang ditemukan ketimbang hiperhidrosis primer dan memiliki ciri sebagai berikut:
-
- Sebaran area yang berkeringat dapat bersifat unilateral (hanya di satu sisi tubuh) dan asimetris maupun generalisata (di seluruh tubuh).
- Keringat dapat keluar di malam hari atau selama tidur.
- Disebabkan oleh kondisi medis lain seperti obesitas, diabetes, menopause, hipertiroid, hipoglikemia, kanker tertentu seperti limfoma Hodgkin, serangan jantung, kelainan saraf seperti penyakit Parkinson, infeksi, serta konsumsi alkohol, kafein, dan obat-obatan seperti kortikosteroid, obat antidepresi, dan obat narkotika opium.
Cara Mendiagnosis
Untuk menentukan penyebab hiperhidrosis, dokter akan melakukan wawancara medis secara mendalam dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang berikut mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab dari hiperhidrosis:
- Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah dan urin. Pemeriksaan ini dapat mengetahui apakah hiperhidrosis disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti hipertiroid atau diabetes.
- Tes keringat. Tes ini dilakukan untuk mengetahui area tubuh yang mengeluarkan keringat dan keparahannya. Beberapa jenis tes keringat yang tersedia antara lain iodine-starch test, skin conductance dan thermoregulatory sweat test.
Pengobatan yang Bisa Dilakukan
Bila hiperhidrosis disebabkan oleh penyakit lain, maka akar masalahnya harus diobati terlebih dulu. Sebagai contoh, hiperhidrosis yang disebabkan oleh diabetes akan teratasi dengan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan kadar gula darah.
Bila tidak ditemukan penyebab yang jelas, maka pengobatan bertujuan untuk mengendalikan keluarnya keringat yang berlebihan. Ada kalanya diperlukan kombinasi dari beberapa jenis pengobatan. Dan perlu diketahui bahwa hiperhidrosis yang telah membaik dengan pengobatan dapat kambuh kembali.
Pilihan pengobatan hiperhidrosis mencakup:
- Obat resep antiperspiran. Ini kerap menjadi langkah pertama dalam mengobati hiperhidrosis. Untuk mengatasi hiperhidrosis, dokter akan meresepkan antiperspiran yang mengandung aluminium klorida. Antiperspiran jenis ini lebih kuat dalam menahan keluarnya keringat ketimbang dengan yang tersedia secara komersil. Produk ini dioleskan pada kulit sebelum tidur.
- Krim yang mengandung glycopyrrolate dapat membantu mengatasi hiperhidrosis pada wajah dan area kepala.
- Iontophoresis. Prosedur ini menggunakan alat yang mengirimkan arus listrik derajat rendah saat seseorang terendam air. Arus listrik diberikan ke area tangan, kaki, atau ketiak dengan tujuan menghambat fungsi kelenjar keringat untuk sementara waktu.
- Obat antikolinergik. Obat-obatan dari golongan ini dapat mengurangi intensitas berkeringat yang terjadi di seluruh tubuh dengan cara mencegah kerja asetilkolin. Asetilkolin merupakan zat kimia dalam tubuh yang menstimulasi kerja kelenjar keringat. Obat-obatan ini memerlukan waktu sekitar 2 minggu untuk mulai bekerja dan dapat menyebabkan efek samping seperti konstipasi dan rasa melayang.
- Suntikan botox (botulinum toxin). Suntikan ini ditujukan untuk hiperhidrosis yang berat. Kandungannya akan menghambat saraf-saraf yang menstimulasi kelenjar keringat. Biasanya, diperlukan beberapa kali suntikan agar pengobatan efektif. Efeknya dapat bertahan hingga 6-12 bulan, dan perlu diulang setelahnya.
- Pengangkatan kelenjar keringat. Prosedur ini dilakukan bila hiperhidrosis hanya terjadi di satu area tertentu, misalnya di area ketiak.
- Pembedahan saraf (simpatektomi). Pada prosedur ini, saraf yang mengendalikan keluarnya keringat dipotong, dibakar, atau dijepit. Pembedahan tipe ini hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu, dan merupakan pilihan terakhir bila pilihan pengobatan lain tidak berhasil.
Dalam jangka panjang, kondisi hiperhidrosis membuat seseorang lebih rentan mengalami infeksi kulit. Oleh sebab itu, selain menjalani pengobatan, penderitanya disarankan untuk:
- Menggunakan antiperspiran komersil secara rutin.
- Rutin mandi dua kali sehari untuk membersihkan kuman pada tubuh.
- Menggunakan kaos kaki dan sepatu yang terbuat dari bahan-bahan alami
- Menggunakan alas kaki yang memungkinkan pertukaran udara.
- Sering mengganti kaos kaki.
Hiperhidrosis juga berdampak negatif pada kepercayaan diri dan situasi emosional penderita. Oleh sebab itu, kondisi ini tidak boleh diabaikan. Segera berkonsultasi dengan dokter agar dapat dievaluasi penyebabnya. Pada umumnya, hiperhidrosis primer akan membaik seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan hiperhidrosis sekunder dapat membaik atau bahkan menghilang bila penyebabnya teratasi.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.