Kasih sayang tak terbendung untuk si kecil memang seringkali kita ungkapkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah ciuman yang kita daratkan di pipi hingga bibir si kecil. Namun, taukah Anda bahwa mencium si kecil terutama pada mulut dan wajahnya dapat membawa risiko kesehatan yang berbahaya bagi mereka? Salah satunya herpes pada balita.
Herpes pada balita akibat ciuman dari ibu?
Baru-baru ini, seorang ibu memeringatkan para orangtua lainnya melalui sebuah postingan di akun Facebook, tentang risiko mencium bayi dan balita Anda yang bisa mengakibatkan bahaya infeksi pada si kecil.
Ciuman yang didaratkan seorang ibu untuk anaknya ternyata telah mengembangkan gejala infeksi virus herpes simplex.
Menurut cerita Rachel Faith Badong-Sebastian, putrinya yang berusia 21 bulan, Sky, mengalami demam pada Senin malam. Sehari setelahnya, sang putri masih tampak normal, gembira, dan ceria. Namun, malamnya ia kembali alami demam.
Rachel memberi putrinya tablet parasetamol. Untungnya, obat itu berhasil menurunkan demam anaknya. Namun beberapa saat, demamnya kembali tinggi.
Melihat hal itu, Rachel kemudian memutuskan untuk bertanya kepada dokter anak langganannya melalui sebuah pesan singkat. Dokter menyarankan Sky untuk menjalani tes urin dan tes darah lengkap, untuk mendiagnosis adanya kemungkinan infeksi.
Benarkah infeksi ini disebabkan karena mencium si kecil?
Menyadari hal tersebut, kedua orangtua Sky membawanya ke unit gawat darurat di rumah sakit. Awalnya, tim medis mendiagnosa Sky dengan penyakit Hand Foot and Mouth Disease (HFMD). Diagnosis tersebut disimpulkan dari tanda luka yang ada di telapak tangan Sky, yang menyerupai gejala HFMD.
Namun ketika dipantau lagi, ternyata ruam tidak menyebar. Dokter kemudian memberikan diagnosis sebuah penyakit yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Diagnosis terakhir, Sky dinyatakan terkena virus herpes simpleks. Dokter juga menjelaskan bahwa virus tersebut ternyata dapat ditularkan dari air liur ketika seseorang mencium anak tersebut.
Sang dokter anak juga menambahkan bahwa orang dewasa mungkin saja bisa terinfeksi penyakit ini, tetapi mereka mungkin tidak akan menunjukkan gejala infeksi virus tersebut karena sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.
Sebaliknya, sistem kekebalan tubuh anak-anak yang belum sempurna, membuat mereka dapat dengan mudah terinfeksi herpes pada balita.
Mengalami herpes pada balita, Sky akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Ia juga diketahui mengalami rehidrasi karena berat badannya turun dengan cepat.
Sang ibu, Rachel mengingatkan para orangtua lain di postingan Facebook-nya tentang alur kejadian yang ia alami.
“Saya mendapat pelajaran dari peristiwa ini. Ketika Sky masih di dalam kandungan, saya pernah membaca tentang penyakit yang ditularkan ke bayi, itu sebabnya saya sangat berhati-hati agar tidak membiarkan orang lain mencium bayi saya. Tapi ternyata, saya malah tidak berhati-hati seperti yang saya duga. Efek dari virus ini memiliki dampak yang parah pada anak-anak,”.
Ia menambahkan, “Hal ini bisa menjadi pengingat untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan sebelum menyentuh bayi. Selain itu, jangan biarkan orang mencium wajah anak Anda. Kecuali hanya ciuman pada rambut, punggung, atau kaki si kecil,”.
Artikel terkait: Gingivostomatitis – Penyakit mulut akibat virus seperti sariawan bayi
Gejala virus herpes pada balita
Ada banyak penyakit yang bisa menular akibat ciuman, salah satunya virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1).
Berikut ini adalah gejala virus herpes simpleks tipe 1 yang perlu Anda waspadai:
- Ruam yang tersebar di bibir, mulut, dan gusi.
- Demam
- Kelenjar getah bening yang membengkak.
- Sakit tenggorokan
- Anak rewel atau mudah marah.
- Anak terlihat kelelahan dan lesu.
Perlu diingat, tidak semua gejala ini akan muncul. Terkadang, bisa muncul dalam bentuk yang lebih ringan.
Penting untuk berhati-hati dalam mengamati gejala yang dialami si kecil untuk diagnosis yang lebih akurat, terutama jika anak berusia kurang dari 6 bulan, karena sistem kekebalan tubuhnya belum matang. Gejala virus herpes simpleks biasanya muncul 2 hingga 12 hari setelah infeksi awal terjadi.
Dilansir dari artikel Kevin Wijaya Oey di theAsianparent Singapura
Baca juga:
Bayi 17 bulan meninggal karena Virus HFMD, waspadai bahayanya!