Banjir Jakarta Februari ini menyisakan cerita mengharukan. Salah satunya adalah kisah anggota Badan Amil Zakat (Baznaz) bernama Taufiq yang selamatkan bayi pada saat satu keluarga terjebak banjir di kawasan Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Kejadian yang terjadi pada Selasa (21/02/2017) itu terjadi pada pagi hari. Saat itu ia dan teman-temannya di Baznaz menyusuri jalan Masjid Nurul Iman dengan perahu.
Menurut informasi, di lokasi tersebut ada banyak orang tua dan anak-anak yang perlu diselamatkan. Sehingga ia dan tim berusaha menyusuri daerah tersebut.
Menurut pengakuannya pada BBC Indonesia, banjir yang terjadi saat itu berlangsung dengan sangat cepat, “Selesai salat Subuh, air naik, tinggi sekali bahkan ada yang sampai dua meter.”
Saat melakukan penyisiran ke lokasi itulah, ada seorang ibu yang berteriak pada tim Baznaz bahwa ada bayi yang terjebak di dalam rumah. Ibu itu menjelaskan bahwa satu keluarga belum bergerak ke pengungsian untuk menyelamatkan diri karena bingung bagaimana caranya membawa bayi mereka.
Taufiq dan seorang relawan lainnya langsung bergegas ke rumah yang dimaksud. Ternyata, jalan menuju rumah tersebut adalah gang kecil yang tidak memungkinkan untuk dilalui oleh perahu.
Akhirnya, ia turun dari perahunya dan berjalan di tengah derasnya arus banjir. Demi keamanan, tubuhnya harus diikat tambang dari perahu yang dijaga oleh tim Baznaz yang lain. Ketinggian air yang sangat mengerikan dan gelapnya subuh itu memang membuat siapapun akan gentar untuk menerjangnya, apalagi jika sambil membawa bayi.
Semakin dekat, relawan bernama lengkap Taufiq Hidayat ini makin jelas mendengar jerit tangis seorang bayi dari dalam rumah. Ia terhenyak mendapati bahwa di dalam rumah pada lantai dua tersebut ada Sundari, Rizki, dan seorang nenek yang merupakan nenek Riki.
“Kondisi rumah sudah sangat berantakan, air tinggi. Pas saya naik ke lantai dua, salah satu anak tangga bahkan patah,” tuturnya.
Bersama dengan rekannya tersebut, ia berusaha memasuki rumah. Beberapa kali arus bajir menghempaskan mereka ke sisi rumah lainnya. Jawa Pos memberitakan bahwa beberapa kali mereka berpegangan pada kusen jendela. Bukannya tertahan, kusen jendela itu malah rusak.
Ia mencari cara untuk membawa bayi bernama Rizki itu keluar rumah. Sebuah ide muncul di kepalanya. Ia memutuskan untuk membawa bayi usia 6 bulan tersebut dengan menggunakan ember.
“Sebelumnya, saya alasi ember itu pakai kain dan bantai kering dulu biar nyaman,” tutupnya mengakhir pembicaraan.]
Setelah membawa bayi Rizki ke perahu dengan aman, Taufiq harus kembali menyusuri gang kecil nan gelap tersebut untuk menjemput sang nenek. Ia harus merapat pada tembok berkali-kali agar tak sampai terbawa arus.
Foto yang ditangkap oleh wartawan Jawa Pos tersebut jadi viral di sosial media. Taufik jadi pahlawan di tengah ganasnya banjir Jakarta.
Parents juga perlu waspada saat banjir, sebab banjir bisa mendaatangkan beberapa penyakit seperti tipus, kolera, leptospirosis dan hepatitis A. Banjir juga bisa menjadi penularan penyakit dari hewan, seperti malaria dan demam berdarah.
WHO menyebutkan, ada peningkatan risiko infeksi penyakit yang ditularkan melalui air dan kontak langsung dengan air yang tercemar, seperti infeksi dermatitis, konjungtivitis, infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan. Namun, penyakit ini tidak rentan terhadap epidemi.
Banjir secara tidak langsung dapat menyebabkan peningkatan penyakit yang ditularkan melalui hewan. Air meluap dan kemudian menggenang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, dan karenanya meningkatkan potensi demam berdarah dan malaria.
Epidemi malaria setelah banjir adalah fenomena terkenal di daerah endemis malaria di seluruh dunia. Sebagai contoh, gempa bumi dan banjir di wilayah Kosta Rika pada tahun 1991 dan banjir di Republik Dominika pada tahun 2004 yang menyebabkan wabah malaria.
Satu-satunya infeksi yang dapat ditularkan langsung dari air yang terkontaminasi adalah leptospirosis, penyakit karena bakteri zoonosis. Penularan terjadi melalui kontak kulit dan selaput lendir dengan air, tanah lembab, tumbuh-tumbuhan, atau lumpur yang terkontaminasi dengan urin hewan pengerat.
Terjadinya banjir setelah hujan deras memudahkan penyebaran leptospira dalam urine tikus. Wabah leptospirosis terjadi di Brasil (1983, 1988 dan 1996), di Nikaragua (1995), wilayah Krasnodar, Federasi Rusia (1997), Santa Fe, AS (1998) Orissa, India (1999) dan Thailand (2000). Kemungkinan perubahan lingkungan meningkatkan populasi vektor (hewan pengerat) yang memfasilitasi transmisi bakteri.
Risiko kesehatan lain yang bisa muncul karena banjir
Beberapa risiko lain yang bisa terjadi saat banjir adalah tenggelam dan cedera atau trauma. Hipotermia juga bisa menjadi masalah, terutama pada anak-anak. Hipotermia bisa terjadi jika anak-anak berada di dalam air banjir untuk waktu yang lama. Mungkin juga ada peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan karena berada di luar rumah dan tempat pengungsian.
Pemadaman listrik yang berkaitan dengan banjir dapat mengganggu pengolahan air dan meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air seperti dijelaskan di atas tetapi juga dapat mempengaruhi berfungsinya fasilitas kesehatan.
Punya tips lain mengamankan anak dari banjir? Share di kolom komentar ya, Parents.
Baca juga: