Kekebalan kelompok atau dikenal dengan istilah herd immunity Corona menjadi frasa yang banyak dicari masyarakat dunia beberapa waktu belakangan. Praktik ini bahkan diwacanakan banyak negara karena ditengarai ampuh menekan laju penyebaran pandemi Corona. Lantas, seberapa efektif jika opsi ini diterapkan di Indonesia?
Berdamai dengan COVID-19 menjadi pilihan
Mengimbau masyarakat untuk beraktivitas di rumah saja menjadi ultimatum hampir semua negara dalam menyikapi pandemi Corona. Hal ini barang tentu berdampak signifikan pada roda perekonomian, sebut saja pekerja yang berjuang mencari nafkah dalam sektor informal. Kurva Corona yang menanjak tak ayal membuat dunia usaha sepi, sehingga tinggal di rumah tak bisa selamanya diterapkan demi keseimbangan ekonomi.
Terbaru, pemerintah mengizinkan mereka yang berusia di bawah 45 tahun untuk kembali beraktivitas di luar rumah. Sekolah mulai dibuka kembali pada Juli mendatang. Satu sisi, virus masih tersebar masif di tengah masyarakat dan vaksin belum juga ditemukan. Hal ini memunculkan implementasi terbaru: kehidupan the new normal tentunya dengan memerhatikan protokol kesehatan yang dianjurkan.
Baru-baru ini dalam akun instagramnya, Presiden Jokowi menginstruksikan bahwa kita harus berdamai dengan Virus Corona selama beberapa waktu ke depan hingga vaksin penawar ditemukan.
“Beberapa waktu lalu saya menyampaikan bahwa kita harus berdamai dengan COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan bahwa kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19.
Mengapa? Karena ada potensi bahwa virus ini tidak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat.
Berdampingan bukan berarti menyerah, tapi menyesuaikan diri. Kita lawan keberadaan virus ini dengan mengedepankan dan mewajibkan protokol kesehatan yang ketat. Pemerintah terus melakukan pemantauan berdasarkan data dan fakta di lapangan untuk menentukan periode terbaik bagi masyarakat agar kembali produktif namun tetap aman dari COVID-19. Keselamatan masyarakat tetap harus menjadi prioritas.
COVID-19 ini penyakit berbahaya, tapi kita bisa mencegah dan menghindarinya asal disiplin menjaga jarak aman, cuci tangan setelah beraktivitas, dan memakai masker. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal life atau tatanan kehidupan normal yang baru.”, ungkap orang nomor satu di tanah air ini.
Artikel terkait: Kena PHK akibat pandemi Corona, ini 5 nasihat penting perencana keuangan
Herd immunity Corona, solusi terbaik membasmi COVID-19?
Herd immunity sendiri sebenarnya bukan barang baru di dunia medis, namun memang belum diketahui masyarakat awam. Kekebalan kelompok merupakan suatu kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok memiliki kekebalan terhadap penyakit menjadi benteng bagi orang lain yang rentan akan penyakit. Dengan kata lain, semakin banyak orang yang kebal, maka penyakit akan sulit menular pada orang lain.
Sebagai contah saat sebanyak 95% populasi masyarakat mendapatkan vaksinasi campak, maka populasi ini harus cukup melindungi kalangan lain yang tidak mendapat vaksin, diibaratkan bayi baru lahir yang belum mencapai usia ideal untuk dapat diimunisasi.
Selain dengan vaksin, kekebalan tubuh bisa didapatkan secara alami oleh orang-orang yang berhasil sembuh dari penyakit infeksi tertentu. Setelah pulih dari suatu penyakit infeksi, tubuh memiliki antibodi untuk melawan kuman penyebab infeksi bila suatu saat kuman ini menyerang kembali. Kendati begitu, herd immunity Corona sejatinya baru akan terbentuk setelah ada sekitar 70% manusia yang terinfeksi dan berhasil sembuh, sehingga membutuhkan waktu cukup lama dan risiko cukup besar.
Menyikapi hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan dengan gamblang: “tidak ada yang aman sampai semua manusia aman, berbahaya untuk sebuah negara berpikir bahwa mereka akan mencapai kekebalan kelompok dalam waktu singkat.”
Hal ini diamini oleh Dr Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO saat mengikuti konferensi pers di Jenewa: “Manusia bukan hewan ternak, dengan begitu konsep kekebalan kawanan umumnya dicadangkan untuk menghitung berapa banyak orang yang perlu divaksinasi untuk menghasilkan efek itu. Ini adalah penyakit serius, ini adalah musuh publik nomor satu, kami telah mengatakannya berulang kali,” tegasnya.
Hingga vaksin belum ditemukan, konsep sejenis herd immunity ditengarai sebagai perhitungan matematika yang berbahaya sehingga kecil kemungkinannya menghasilkan dampak yang diinginkan.
Artikel terkait: Ilmuwan prediksi pandemi Corona hingga September 2020, ini penjelasannya!
Efektivitas Herd immunity Corona tekan laju penyebaran virus di Indonesia
Setali tiga uang, Dr Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis tanggap COVID-19 WHO menuturkan pihaknya belum mengetahui secara persis seberapa banyak jumlah populasi yang dibutuhkan dalam skema ini. “Apa yang ditunjukkan oleh studi sero-epidemiologis kepada kami adalah bahwa ada sebagian besar populasi yang tetap rentan,” terangnya.
Bagi suatu negara padat penduduk seperti Indonesia, konsep ini bukanlah cara yang bijak. Akan dibutuhkan waktu lama untuk menciptakan lingkaran populasi yang dibutuhkan. Banyaknya golongan orang yang rentan terhadap infeksi Corona seperti lanjut usia dan orang dengan penyakit kronis di negeri ini membuat konsep ini dapat berakibat fatal jika diterapkan tanpa pertimbangan yang matang.
Dengan belum ditemukannya vaksin, melakukan protokol kesehatan yang sudah disusun pemerintah adalah cara terbaik agar sistem kekebalan tubuh kita tetap terjaga. Terapkan physical distancing saat sedang berada di tempat umum, membiasakan hidup sehat, dan membatasi diri pergi keluar rumah jika tidak ada kepentingan mendesak.
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan protokol kesehatan bagi masyarakat umum, antara lain sebagai berikut:
- Jaga kebersihan tangan, gunakan hand sanitizer atau sabun lalu cuci dengan air yang mengalir;
- Jangan sentuh wajah, terutama mata, hidung, dan mulut sebagai pintu masuk virus ke dalam tubuh, selama tangan belum dicuci;
- Terapkan etika ketika batuk dan bersin, tutup dengan tisu atau lengan atas bagian dalam agar virus tidak menulari orang lain;
- Gunakan masker selama keluar rumah atau mengunjungi tempat umum;
- Jaga jarak aman antar satu dengan yang lainnya, setidaknya 1 meter untuk menghindari terjadinya penyebaran virus dari manusia ke manusia;
- Lakukan isolasi mandiri kapan pun Anda merasa tidak sehat, khususnya jika mengalami demam, batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak napas; dan
- Jaga kesehatan dengan konsumsi makanan bergizi seimbang, menjemur badan di bawah sinar matahari pagi, istirahat cukup, dan berolahraga.
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Parents.
Sumber: Kompas, Telegraph
Baca juga :
Pemerintah izinkan warga usia di bawah 45 tahun kembali kerja, ini syaratnya!