Hari Kebangkitan Nasional tahun 2020 mengusung semangat kebangkitan Indonesia untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Presiden Joko Widodo mengajak segenap bangsa Indonesia untuk mewujudkan solidaritas sosial dan persaudaraan sejati mengatasi pandemi.
“Lebih seabad lalu, rakyat berjuang mewujudkan suatu bangsa yang besar, kuat, dan bersatu, yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo. Hari ini, 112 tahun kemudian, kita kembali ditantang untuk mewujudkan solidaritas sosial dan persaudaraan sejati mengatasi pandemi COVID-19,” ungkap Jokowi di akun Twitter resminya @jokowi.
Sekilas Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
dr. Wahidin Soedirohoesodo, ialah seorang dokter yang giat usahanya dalam memajukan pendidikan pada masa itu. Pada tahun 1908, Wahidin berkeliling Jawa mencari dukungan moril dan materil dari para petinggi pemerintah untuk membantu pelajar yang pandai tapi kurang mampu.
Masa itu, kesempatan belajar baca dan berhitung tidak dapat dimiliki semua orang. Dalam perjalanannya, Wahidin bertemu dengan 3 orang mahasiswa sekolah kedokteran Stovia.
Mereka adalah Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, dan Suraji. Diskusi mereka menerbitkan semangat supaya semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik. Mereka lalu mendirikan organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 di Yogyakarta.
Kejadian ini yang melatarbelakangi peringatan hari Kebangkitan Nasional. Tidak lepas juga dari momen kebangkitan Indonesia untuk maju dan bangkit menjadi bangsa yang merdeka dengan jalan pendidikan.
Kondisi Dunia Pendidikan di Tengah Pandemi COVID-19
Kini, 112 tahun berlalu. Cita-cita pendahulu Budi Utomo terwujud sudah. Kesempatan mengenyam pendidikan sudah dapat dirasakan oleh hampir seluruh anak Indonesia. Namun, kali ini situasi berubah karena pandemi COVID-19.
Pandemi COVID-19 mengubah kegiatan belajar mengajar (KBM) yang biasanya dilakukan di kelas, beralih ke platform digital. Beragam permasalahan pun muncul dari perubahan ini.
Menurut Amanda Witdarmono, Chief di Zenius Education, teknologi memang jadi isu dalam pembelajaran jarak jauh. Belajar jarak jauh tidak sesederhana memindahkan kegiatan belajar mengajar di kelas, lalu dialihkan ke berbagai platform digital.
“Pada kegiatan belajar mengajar biasa, guru menjelaskan, memberi tugas untuk mengafirmasi pemahaman anak. Dan ketika pandemi terjadi, proses KBM di kelas dicopy paste, dialihkan ke paltform digital,” jelasnya.
Hasilnya, anak-anak yang tidak terbiasa dengan kondisi belajar yang ‘tidak normal’ seperti saat ini cenderung jenuh dan jadi beban bagi mereka. Sedangkan orangtua, mereka kebingungan, karena perlu banyak penyesuaian.
Di satu sisi, Amanda tidak memungkiri bahwa teknologi tidak dapat menggantikan fungsi guru. Dalam belajar jarak jauh, guru tetap berperan memfasilitasi pembelajaran, tidak sekedar memberikan tugas saja.
Amanda menngungkapkan bahwa dalam proses belajar secara offline maupun online, rasa bosan wajar terjadi. Namun menurutnya, di kondisi ini belajar harus mengaitkan apa yang dipelajari dengan minat anak dan pengalaman sehari-hari, supaya mereka tidak bosan.
“Pembelajaran yang menarik adalah ketika kita ilmu yang dipelajari dialami sendiri, diutak atik sendiri, ada kepuasan dari proses pembelajaran supaya nggak bosan,” pungkasnya.
Tetapkan Tujuan yang Lebih Fokus di Hari Kebangkitan Nasional 2020
Amanda memberikan contoh negara Vietnam yang ranking kemampuan siswanya menurut standar PISA selalu menaik tahun ke tahun. Sebab, mereka menetapkan tujuan di bidang pendidikan yang fokus setelah masa-masa perang.
“Mereka bangun ekonomi karena situasi rakyat yang merana setelah perang, sambil mereka menyiapkan untuk 10 hingga 20 tahun ke depan dari sisi pendidikan,” ujarnya.
Vietnam menekankan fokus pendidikannya ke litreasi, numerasi, pendidikan karakter, dan hal-hal yang penting yang harus dikuasai dalam kehidupan seorang manusia.
Di Indonesia sendiri, pendidikan nasional memiliki banyak tujuan. Misalnya, ada tujuan ekonomi, supaya seseorang bisa keluar sekolah dengan ijazah dipakai untuk mencari kerja, dan memiliki penghasilan.
“Pendidikan juga tak luput dari tujuan ideologi, bagaimana supaya nilai-nilai kebangsaan ada ke dalam sistem pendidikan,” ujar Amanda.
Ia berpendapat bahwa di momen kebangkitan nasional ini, mesti ditetapkan tujuan pendidikan nasional yang lebih fokus, yang relevan dengan kondisi daerah setempat.
“Perlu tujuan yang clear dalam sistem pendidikan, tujuan yang secara skil relevan dengan siswa. Contohnya, saat belajar sumber karbohidrat, beda konsep karbohidrat di Jawa dengan di Papua,” jelasnya.
Harus Mengutamakan Kearifan Lokal
Oleh karena itu, pembelajaran yang berisi muatan lokal harus dimasukkan dalam sistem pendidikan. Pendidikan yang ada seharusnya menyesuaikan dengan isu dan konteks yang ada di setiap daerah.
Ia memberi contoh, siswa di Bali belajar bahasa Inggrisnya lebih diarahkan untuk turisme, karena sesuai dengan kondisi daerah mereka.
“Pandemi jadi wake up call untuk dunia pendidikan. Kita sit back and reflect untuk sama-sama memikirkan tujuan, ingin berubah ke arah mana di bidang pendidikan,” jelasnya.
Demikian informasi tentang hari Kebangkitan Nasional. Semoga Indonesia segera bangkit dan maju dalam segala bidang.
Baca juga :
4 Tips agar kegiatan belajar anak di rumah lebih efektif, wajib tahu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.