Tingginya harga properti di China membuat pasangan yang bercerai terpaksa untuk terus hidup bersama. Seperti yang terjadi pada Yuan dan mantan istrinya Lu, keduanya berusia 32 dan tinggal di Shanghai. Keduanya merupakan penduduk asli provinsi Jiangsu. Keduanya menikah sekitar menikah lima tahun lalu, dan bercerai pada bulan Oktober 2018.
Saat menikah, Yuan dan Lu tinggal di sebuah apartemen di daerah Changning. Nilai apartemen tersebut sekitar 8 juta yuan. Setelah bercerai, keduanya kesulitan untuk berpisah. Karena masih-masing dari mereka tidak punya uang untuk membayar setengah harga apartemen tersebut kepada mantan pasangannya. Ataupun uang untuk menyewa apartemen baru.
“Tidak ada di antara kita yang mampu membeli setengahnya. Sementara kita juga tidak ada yang mau pindah untuk menyewa apartemen kecil, kumuh atau jauh, yang akan mengganggu kualitas hidup,” kata Yuan.
Dia menambahkan bahwa dia tidak mampu mengidentifikasi secara pasti alasan mengapa pernikahannya gagal.
“Dia bilang aku tidak cukup perhatian padanya. Mungkin aku menghabiskan terlalu banyak waktu untuk olahraga dan teman-teman,” ujarnya.
Karena harga properti terlalu mahal, banyak pasangan bercerai tetap tinggal satu atap di China
Yuan dan Lu bukan satu-satunya pasangan yang terpaksa tinggal serumah walau sudah bercerai. Fenomena ini menimpa banyak pasangan di China. Harga properti yang terus naik setiap tahun, membuat mereka kesulitan untuk membeli atau bahkan menyewa apartemen untuk tempat tinggal.
Konselor hubungan suami istri dan pengacara perceraian mengatakan bahwa sejak 2016 banyak mantan pasangan – biasanya berusia 30 hingga 40 tahun – terpaksa untuk terus hidup bersama karena harga properti yang tinggi. Hal ini terjadi di kota-kota besar seperti; Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, dan Guangdong.
“Beberapa orang berpikir harga rumah sedang mengalami sedikit penurunan dan sedang menunggu putaran harga berikutnya. Sementara yang lain tidak bisa menyetujui berapa harga yang layak untuk melepas apartemen mereka ke pembeli. Faktor-faktor seperti itu akhirnya membuat mereka terus hidup bersama,” kata Shu Xin, direktur Weiqing Group, sebuah agen konseling hubungan di Shanghai yang telah beroperasi selama 18 tahun.
Tidak hanya harga properti, tingginya biaya pernikahan juga meningkatkan angka perceraian
Statistik yang dirilis oleh Departemen Urusan Sipil di China pada bulan Agustus lalu, menunjukkan bahwa lebih dari 4,3 juta pasangan bercerai pada tahun 2017, dan tingkat perceraian ini terus meningkat selama bertahun-tahun.
Pada tahun 1987, 0,55 persen dari semua pasangan menikah bercerai, tetapi pada 2017 proporsinya meningkat menjadi 3,2 persen. Sementara itu, 10,6 juta pasangan terdaftar untuk menikah pada tahun 2017, penurunan 7 persen dari tahun sebelumnya dan jumlah terendah sejak 2013.
“Sama seperti perceraian, penurunan tingkat perkawinan berkaitan erat dengan meningkatnya biaya menikah. Terutama tingginya harga rumah di beberapa kota besar,” kata Li Jianmin, seorang profesor demografi di Institut Kependudukan dan Pembangunan di Universitas Nankai di Tianjin.
“Pernikahan dan perceraian telah menjadi masalah ekonomi sekaligus sosial,” jelasnya.
Artikel terkait: Penelitian: Pernikahan Mewah Membuat Pasangan Rentan Bercerai
Tinggal bersama pasangan setelah bercerai bisa memicu banyak masalah
“Hari ini, harga rumah di distrik-distrik dalam Jalan Lingkar Tengah Shanghai tetap pada tingkat tinggi yang sama seperti pada paruh kedua 2016. Kami sama-sama bekerja keras, mengumpulkan tabungan untuk bisa membayar setengah dari harga rumah ini sehingga salah satu dari kami bisa pindah,” kata Yuan.
Sementara itu, beberapa pengacara mengatakan bahwa melanjutkan hidup bersama setelah perceraian dapat memicu banyak masalah. Diantaranya, berbagi biaya hidup yang membuat beberapa orang merasa mereka belum bercerai. Hal ini akan menyulitkan mereka membuka lembaran hidup baru.
Pengacara spesialis perceraian Cao Ziyan, mengatakan, “Jika mantan pasangan hidup bersama, sulit bagi orang tua yang memiliki hak asuh anak mendapatkan dukungan di pengadilan untuk klaim nafkah anak pada mantan pasangannya.”
Kepala pengacara untuk Kantor Hukum Jiali di Beijing, ini juga mengatakan, “Orangtua yang tidak tinggal dengan anak wajib membayar biaya pengasuhan anak.”
“Tetapi jika orang tua tinggal bersama, sulit untuk membuktikan bahwa mantan pasangan tidak mengurus anak atau membayar biaya hidup dan pendidikannya,” paparnya.
Cao mengatakan orang harus mempertimbangkan dengan seksama sebelum mereka menikah, tetapi mereka harus menentukan jika mereka memutuskan untuk berpisah.
***
Bagaimana dengan Anda? Sanggupkah membayangkan tinggal bersama mantan suami setelah bercerai?
Baca juga:
Penelitian: Ini 7 hal yang sering menjadi penyebab perceraian
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.