Asupan Gula untuk Si Buah Hati, Baik atau Buruk?
Ini aturan asupan gula Si Buah Hati yang perlu Bunda ketahui.
Banyak orang tua yang sering kali tidak memperhatikan soal batas atau takaran asupan gula untuk Si Buah Hati, termasuk gula dalam susu.
Apakah Bunda sudah mengatur asupan gula yang tepat untuk Si Buah Hati? Bagaimana dampaknya jika Si Buah Hati terlalu banyak konsumsi gula?
Untuk mengetahuinya, Bunda harus memeprhatikan jumlah nutrisi yang dikonsumsi anak usia dini sehari-hari, termasuk kandungan gula dalam susu pertumbuhan untuk Si Buah Hati.
Kenali Jenis Gula yang Dikonsumsi
Gula merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dalam nutrisi yang diperlukan Si Buah Hati.
Dalam prosesnya, gula akan digunakan tubuh sebagai sumber energi dalam melakukan berbagai aktivitas.
Ada beberapa jenis gula yang sering ditemui pada makanan yang kita konsumsi, yaitu Glukosa, Sukrosa, Fruktosa, dan Laktosa.
Keempatnya memiliki rasa manis, namun kemanisannya berbeda dan tubuh kita pun memiliki cara yang berbeda dalam mengolah masing-masing jenis gula tersebut.
Makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan memiliki kalori ekstra dan memiliki nutrisi yang lebih sedikit.
Sejumlah ilmuwan percaya bahwa asupan gula tambahan yang terlalu banyak di awal kehidupan seorang anak sangat berkaitan dengan risiko obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes tipe 2.
Selain itu, risiko terkena penyakit jantung juga sangat tinggi.
Terlalu banyak asupan gula juga dapat menyebabkan gigi berlubang jika Si Buah Hati tidak menyikat gigi secara teratur.
Selain itu, terlalu banyak makanan manis juga membuat Si Buah Hati lebih sedikit mengonsumsi makanan sehat, seperti buah-buahan dan sayuran.
Laktosa dan Sukrosa
Meski kedua jenis gula ini mirip dalam banyak hal, tubuh Si Buah Hati akan mencernanya secara berbeda.
Drs. Reginald Garrett dan Charles Grisham menjelaskan, Laktosa sendiri adalah sejenis gula yang merupakan subtipe karbohidrat.
Biasanya, Laktosa menjadi gula alami yang terdapat dalam susu sapi. Sementara, sukrosa merupakan gula tambahan atau gula pasir.
Perbedaan utama antara keduanya adalah rasa manisnya.
Sukrosa secara signifikan diketahui lebih manis dari laktosa yang bisa menjadi penyebab utama karies gigi.
Takaran Gula Anak Usia Dini
Dilansir dari Cleveland Clinic, seorang dokter anak Dr Edward Gaydos, DO, merekomendasikan agar gula tambahan tidak dikonsumsi oleh anak-anak berusia di bawah 2 tahun.
Untuk anak usia 2 hingga 18 tahun, American Heart Association (AHA) menetapkan bahwa asupan gula harus kurang dari 25 gram (6 sendok teh) per harinya.
Svetlana Pomeranets, MD, dari Cleveland Clinic juga menyarankan para orang tua untuk selalu membaca label makanan dan menghitung takaran gula yang dikonsumsi Si Buah Hati.
Selain itu, Bunda juga perlu mengingat bahwa asupan gula tambahan yang sebaiknya dibatasi adalah sumber gula dari dalam makanan dan minuman olahan, permen, cake, dan jus buah.
Mengatur Nutrisi Anak di Usia Dini
Pilihan menu makanan sehat dengan gizi seimbang tetap menjadi cara utama untuk membatasi asupan gula Si Buah Hati.
Berikan protein, sayuran dan buah pada menu utama makan mereka, selain karbohidrat.
Sebenarnya, Si Buah Hati memiliki kemampuan untuk menyesuaikan pola makan sesuai dengan asupan energi yang mereka butuhkan.
Mereka memiliki ‘sinyal’ yang dapat mengatur sendiri ketika mereka kekurangan dan butuh protein, lemak, atau karbohidrat. Hal ini ditunjukkan melalui ‘rasa lapar’.
Hal yang paling penting diperhatikan Bunda dan Ayah juga adalah kemampuan Si Buah Hati untuk meniru.
Si Buah Hati sudah pasti akan meniru bagaimana kebiasaan dan pola orantuanya, termasuk saat makan.
Jadi, berikan contoh pada Si Buah Hati untuk membiasakan pola makan sehat dan bernutrisi ya, Bunda.
Misalnya, biasakan untuk mengonsumsi sayuran dan buah setiap harinya.
***
Demikianlah informasi tentang gula dan susu.
Semoga penjelasan ini bermanfaat, Parents.
***
Baca Juga: