“Ibuuu, gigi ku sakit banget, ngga bisa makan apa-apa, sakit bu,” aku berteriak pada ibuku kala itu. Ya, sedari dulu saya sering berurusan dengan dokter gigi. Bukan karena ingin merawat, justru karena saya memiliki gigi susu berlubang yang cukup banyak.
Duh, kalau mengingat masa-masa itu, masih terasa sekali gimana rasa takut menyusuri seluruh tubuh. Apalagi pikiran tentang dokter gigi, aroma alat bor yang menusuk hidung, semuanya membuat saya cemas. Rasanya saya nggak mau lagi sakit gigi, dan mau berhenti makan permen seumur hidup.
Masalah gigi susu berlubang masih tinggi di Indonesia
Ternyata saya baru tahu kalau sampai saat ini, masalah gigi berlubang seperti yang saya alami dulu masih sangat tinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 sebanyak 88,8% masyarakat Indonesia memiliki masalah gigi berlubang. Bahkan permasalahan ini juga dialami oleh 92,6% anak Indonesia berumur 5 tahun.
Wah, nggak nyangka kalau anak-anak di Indonesia masih terbelenggu dengan masalah gigi susu berlubang. Padahal gigi susu sangat memengaruhi kondisi dan struktur gigi permanen di masa depan, lho.
Kemarin, di Acara Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2019”: 10 Tahun Komitmen Pepsodent Ciptakan Senyum Sehat Keluarga Indonesia saya sempat bertemu juga dengan drg. Stella Lesmana, Sp,KGA.
Perempuan ini juga dikenal sebagai “Pahlawan Senyum” dari komunitas KEJORA (Kesehatan untuk Junior Indonesia). Nah, menurut drg. Stella, pasiennya masih banyak yang mengalami gigi berlubang. Rata-rata baru tertangani ketika gigi pasien sudah banyak yang berlubang.
“Banyak sekali anak-anak yang datang ke saya itu giginya berlubang dan lubang itu kalau masih kecil orangtuanya tidak akan melihat secara kasat mata. Belum terasa sakit oleh anaknya, tapi semakin didiamkan semakin meluas dan mendalam lubangnya,” katanya.
Artikel terkait: 3 Kondisi yang Menyebabkan Gigi Susu Perlu Dicabut
Seberapa penting menambal gigi susu anak yang berlubang?
Kalau dulu, orang tua saya baru benar-benar membawa ke dokter gigi saat saya mengeluh sakit, bahkan sampai tidak bisa makan. Walhasil, gigi saya harus segera ditambal karena lubangnya memang sudah besar.
Mungkin orangtua saya pikir, pun gigi susu nantinya akan tanggal juga. Jadi saat keluhan saya belum parah, ibu hanya menyuruh saya untuk kumur-kumur dengan air garam.
Setelah berbincang dengan drg. Stella, ia juga mengatakan kalau orangtua masih banyak menyimpan salah kaprah terhadap gigi susu yang berlubang. Masih banyak yang menganggap kalau gigi susu berlubang tak perlu ditambal. Padahal gigi berlubang juga berisiko bila tak segera ditambal.
“Perlu, itu sebenarnya yang masih salah kaprah di antara orangtua. Jadi mereka menganggap gigi susu itu akan berganti, jadi ngga usah di rawat. Padahal sebenarnya tidak seperti itu,” jelas drg. Stella.
Gigi susu juga sama pentingnya dengan gigi permanen. Fungsinya sama, digunakan untuk mengunyah makanan, untuk nilai estetis dan untuk kemampuan berbicara juga.
Risiko bila gigi susu berlubang tidak segera di tambal
Dijelaskan juga oleh drg. Stella kalau misalnya anak sakit gigi dia jadi malas makan, sedangkan ia sedang membutuhkan asupan gizi untuk berkembang. Nah, bukan tidak mungkin kecukupan gizi si kecil akan berkurang. Hal ini pasti akan mengganggu keseluruhan aktivitas tumbuh kembang si kecil.
Adakah risiko lain bila gigi susu berlubang tidak segera ditambal?
“Yang jelas, lubang yang tidak ditambal pasti akan terus meluas dan mendalam, jadi menyebabkan sakit, gusinya bengkak, pipinya bengkak, demam, dan kalau misalnya rusaknya sudah parah harus dicabut,” drg. Stella menjelaskan.
Kalau gigi susu sudah banyak dicabut akibat lubangnya sudah parah, akhirnya akan mengganggu pertumbuhan gigi permanennya juga. Drg. Stella menambahkan kalau gigi permanen akan tumbuh sesuai usianya. Misalnya pada gigi geraham yang tumbuh pada usia 10 tahun.
“Bila di usia 5 tahun, giginya sudah banyak yang berlubang dan dicabut, akan muncul masalah baru. 5 tahun itu kosong itu gigi sebelahnya bisa bergeser, nanti gigi tetapnya tidak bisa tumbuh di tempat seharusnya. jadi bisa gingsul atau giginya berantakan,” tukas drg. Stella.
Supaya risiko buruk ini tidak terjadi pada si kecil, drg. Stella mengatakan agar orangtua wajib memperhatikan kesehatan gigi si kecil. Mulailah untuk rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali, juga ajak si kecil rajin menyikat gigi setelah mengonsumsi makanan atau minuman manis.
Selain itu penting untuk memperhatikan penggunaan pasta gigi anak tanpa deterjen SLS serta memiliki rasa yang disukai anak. Gunakan PUREKIDS Toothpaste yang diperkaya Xylitol yang berasal dari beech trees asal Finlandia yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies serta mencegah terjadinya gigi berlubang pada anak.
PUREKIDS Toothpaste dengan Food grade formula dan tanpa detergent SLS sehingga tidak apa-apa jika tidak sengaja tertelan khususnya untuk si kecil yang belum bisa berkumur.. Karena PUREKIDS Toothpaste Tanpa detergent SLS (Sodium Lauryl Sulfat) sehingga tidak beresiko mengiritasi mulut dan menurunkan sensitivitas rasa.PUREKIDS Toothpaste dengan 2 varian rasa yang disukai si kecil yaitu strawberry dan pisang. PUREKIDS Toothpaste tidak meninggalkan sensasi dingin dan pedas. Pembentuk gel transparant pada PUREKIDS Toothpaste berasal dari rumput laut, tanpa pemanis dan pewarna sintetis
Semoga informasi ini bermanfaat.
***