Tak bisa dipungkiri bahwa masih ada orangtua yang abai saat gigi anak rusak anak, bahkan cenderung mengganggap enten.
Umumnya, masih ada anggapan keliru seperti, “Ah gigi susu juga nantinya tanggal dan digantikan gigi permanen. Jadi kalau sekarang rusak atau berlubang ya biarkan saja.”
Apakah Parents juga mempunyai pemikiran yang sama? Memang gigi susu pada akhirnya akan digantikan oleh gigi permanen. Akan tetapi, gigi susu yang rusak dapat berdampak pada tumbuh kembang anak dan kesehatan gigi permanen di kemudian hari.
Artikel terkait: Tahapan Tumbuh Kembang Rahang dan Gigi Anak Berdasarkan Usianya, Parents Jangan Abai!
Penyebab Gigi Anak Rusak
Kerusakan gigi anak paling sering terjadi akibat karies dentis atau dikenal dengan gigi berlubang. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penumpukan plak gigi akibat sisa makanan dan bakteri di dalam rongga mulut.
Bakteri penyebabnya, yakni Streptococcus mutans, hinggap pada plak gigi dan mengubah gula menjadi asam. Akibatnya, terjadi demineralisasi gigi dan penurunan derajat keasaman (pH) rongga mulut, yang selanjutnya mempermudah terjadinya lubang gigi.
Pada anak kecil, kondisi gigi yang rusak sering kali disebabkan karena kebiasan yang buruk. Misalnya, gigi berlubang terjadi karena anak terbiasa minum susu dengan botol dot kala tidur. Kondisi ini, yang disebut dengan nursing bottle syndrome, membuat hampir semua gigi dalam mulut anak rusak akibat lubang gigi.
Gejala yang Dirasakan Anak Kala Gigi Rusak
Secara umum, gigi terbagi menjadi 3 lapisan dari yang paling luar hingga paling dalam. Ketiga lapisan ini, yaitu enamel, dentin dan pulpa. Anak dapat merasakan gejala yang berbeda, sesuai kedalaman lubang pada gigi.
-
Lubang pada enamel gigi
Enamel adalah bagian terluar gigi yang strukturnya paling keras. Bila lubang terjadi pada enamel gigi, rata-rata anak tidak akan merasakan nyeri atau keluhan lain.
-
Lubang hingga mengenai dentin gigi
Keluhan nyeri mulai timbul saat lubang meluas hingga ke area dentin. Rasa nyeri pun akan semakin berat dan sering bila lubang semakin dalam menembus dentin hingga mendekati pulpa.
-
Lubang hingga mengenai pulpa gigi
Pulpa adalah bagian terdalam gigi yang kaya akan saraf dan pembuluhh darah. Oleh sebab itu, bila lubang gigi mencapai area ini, anak akan tampak sangat kesakitan.
Perlu diketahui bahwa struktur gigi susu sedikit berbeda dengan gigi permanen. Pada gigi susu, bagian ruang pulpa cukup tinggi sehingga struktur enamel dan dentin lebih tipis. Ini sebabnya lubang pada gigi anak lebih berpotensi mengenai saraf gigi.
Pada sebagian kasus, setelah lubang gigi meluas hingga pulpa terjadi pembengkakan pada gusi berisi pus (nanah) yang diproduksi oleh bakteri.
Cara Mengobati Gigi Anak yang Rusak
Anak kerap kali abai akan rasa nyeri pada gigi bila tidak terlalu mengganggu. Karena itu pula, orang tua tidak menyadari sehingga tidak segera memeriksakan gigi anak. Padahal, lubang gigi yang semakin cepat ditangani, hasilnya pun lebih baik.
Bila memang terdapat lubang gigi, maka harus dilakukan penambalan. Untuk lubang gigi yang sebatas bagian enamel atau dentin, tindakan penambalan sederhana sudah cukup. Namun, untuk lubang yang sudah sampai ke pulpa, perlu dilakukan perawatan endodontik atau perawatan saluran akar. Jadi, diperlukan kunjungan berulang sebelum akhirnya dilakukan penambalan.
Artikel Terkait: 7 Tips Mengajak Anak Periksa Gigi ke Dokter, Usir Rasa Takutnya!
Bagaimana jika anak takut ke dokter gigi dan menolak dilakukan perawatan? Hal ini tentu sering terjadi pada anak-anak yang sebelumnya tidak pernah atau jarang ke dokter gigi.
Meski demikian, Anda harus tetap membawanya ke dokter gigi. Perawatan perlu segera dilakukan karena lubang gigi dapat semakin luas, memicu infeksi gigi yang dapat berulang, serta berdampak pada kurangnya asupan kalori anak akibat rasa sakit saat makan.
Cegah Gigi Anak Rusak, 5 Hal Ini Bisa Parents Lakukan
Berikut beberapa tips praktis bagi orang tua untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi pada anak.
-
Ajak anak rutin kontrol ke dokter gigi paling sedikit 6 bulan sekali
American Dental Association menyarankan kunjungan pertama ke dokter gigi adalah saat gigi susu pertama tumbuh atau selambat-lambatnya saat anak berusia satu tahun. Selanjutnya, dilakukan paling sedikit 6 bulan sekali. Kunjungan rutin ke dokter gigi ini penting agar lubang gigi sekecil apapun dapat segera ditangani. Untuk anak-anak dengan tingkat kebersihan rongga mulut (oral hygiene) yang kurang, disarankan rutin kontrol 3 bulan sekali.
-
Rajin menyikat gigi
Artikel Terkait: 4 Masalah Gigi Ini Sering Dialami Si Kecil, Ini yang Perlu Parents Perhatikan
Ingatkan anak untuk rutin menyikat gigi minimal 2 kali sehari, yakni setelah sarapan dan sebelum tidur. Untuk anak berusia di bawah 8 tahun, sebaiknya orang tua tetap mengawasi dan mengulangi sikat gigi setelah anak menyikat giginya sendiri.
-
Tidak minum susu saat tidur
Sebisa mungkin habiskan susu sebelum tidur, terutama bagi anak yang minum susu dengan botol dot. Setelah itu, gigi wajib disikat agar tidak terdapat sisa susu pada gigi saat anak tidur.
-
Biasakan pola makan yang sehat dan tinggi serat
Sesuai anjuran American Academy of Pediatrics, batasi konsumsi gula pada anak di atas 2 tahun sebanyak maksimal 6 sendok teh per hari. Untuk anak di bawah usia 2 tahun, sebisa mungkin hindari konsumsi makanan dan minuman manis.
-
Edukasi dan observasi
Sedini mungkin, orang tua perlu menjelaskan pada anak pentingnya menjaga kesehatan gigi. Anda bisa membacakan buku cerita soal kesehatan gigi, profesi dokte gigi atau dengan bermain peran sebagai dokter dan pasien gigi. Anda juga dapat melakukan observasi (pengamatan) rutin pada gigi anak sembari mengedukasi. Jadi, bila gigi anak bermasalah dapat segera ditemukan dan ditangani.
Setelah mengetahui apa saja penyebab dan cara mencegah gigi anak rusak, semoga kondisi kesehatan gigi si kecil tetap sehat, ya, Parents!
Baca Juga:
Jangan Keliru! Begini Cara Paling Aman Mencabut Gigi Anak di Rumah
Mau Pasang Kawat Gigi? Ini Manfaat dan Hal yang Perlu Diperhatikan
Berencana Pasang Gigi Palsu? Perhatikan Hal Penting Ini Lebih Dulu, Yuk!