Pernahkah Bunda mendengar skoliosis dan mengetahui gejala skoliosis yang bisa terjadi pada anak?
Skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa terjadinya kelengkungan tulang belakang. Parents perlu waspada dan mengetahui gejala skoliosis, terutama yang bisa dialami anak-anak. Pasalnya, penyakit yang satu ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi bahkan kematian.
Seperti yang dipaparkan Dr. dr Ninis Sri Prasetyowati, Sp KFR, konsultan ahli dari klinik Skoliosis Care, skolisis bisa terjadi pada anak-anak, mulai dari 0-3 tahun hingga saat anak-anak tumbuh dewasa.
Namun, progresivitas skoliosis terjadi pada umur 10-18 tahun. Artinya, di masa tersebut pembengkokan tulang belakang bergerak secara cepat.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak mengalami skoliosis. Yaitu, faktor genetik, kelainan kongenital atau bawaan dari lahir, kelainan pembentukan tulang, atu kebiasaan membawa barang yang berat.
Selain itu, jenis kelamin ternyata ikut memengaruhi terjadinya kelainan pada tulang belakang. Di mana perempuan lebih berisiko mengalami skolisosis. Artinya, lengkungan tulang belakang pada anak perempuan cenderung memburuk ketimbang anak laki-laki.
Namun, Labana Simanihuruk, ahli fisiologi dan anatomi saat ditemui mengatakan bahwa gejala skoliosis, termasuk yang dialami anak memang jarang sekali disadari oleh penderitanya. Padahal gejala ini sebenarnya bisa dilihat secara fisik.
Oleh karena itulah penting dilakukan pemeriksaan secara berkala.
Bagaimana cara mengetahui gejala skoliosis pada anak?
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendeteksi gejala skoliosis pada anak. Mulai dari melihat apakah bahu anak asimetris atau tidak, melihat tonjolan tulang bahu, hingga memeriksa ada tidaknya lengkungan yang terlihat pada tulang pinggang dan pinggul.
Tidak mengherankan jika banyak orangtua yang baru mengetahui anaknya menderita skoliosis saat sedang menjahit baju. Sebab, saat diukur, bahunya tidak rata.
Meskipun pada awalnya skoliosis ini tidak terasa mengganggu atau menyakitkan, namun lama kelamaan bisa berbahaya karena kondisi tulang yang melengkung bisa merusak syaraf pada tubuh.
Bahkan dapat menekan organ-organ lain seperti paru-paru dan jantung, sehingga menyebabkan infeksi pernapasan dan gagal jantung. Hingga menyebabkan kematian.
Risiko ini tentu tidak bisa dianggap sepele karena seperti yang dijelaskan Labana Simanihuruk bahwa skoliosis akan bertambah 1 sampai 3 derajat setiap tahunnya.
Sudahkah Anda memeriksa anak untuk memastikan apakah gejala skoliosis ini dialami atau tidak?
Baca juga:
Akibat Tas Sekolah Terlalu Berat, Anak Ini Harus Menjalani Operasi Tulang
Skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa teradinya kelengkungan tulang belakang. Saat anak mengalami skoliosis parents harus waspada dan mengetahui tanda tanda skoliosis. Pasalanya penyakit satu ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi bahkan kematian yang bisa berujung pada kematian. Mari simak penejelasan gejala skoliosis selengkapnya berikut.
Penjelasan Penyakit Skoliosis Bisa Berbahaya
Hal ini diungkapkan oleh Dr. dr Ninis Sri Prasetyawati sebagai konsultan ahli dari klinik skoliosis care. Ia menjelaskan jika skoliosis bisa terjadi pada anak anak, mulai dari usia 0 hingga 3 tahun bahkan saat anak sudah tumbuh dewasa. Namun progresivitas skoliosis terajdi pada umur 10 hingga 18 tahun. Artinya di masa tersebut terjadi pembengkoan tulang belakang yang bergerak secara cepat.
Ada banyak sekali faktor yang penyebab sckoliosis pada anak anak. Faktor genetik ini antara lain kelainan kongential atau bawaan dari lahir, kelainan pembentukan tulang atau kebiasaan membawa barang yang berat. Selain itu jenis kelamin juga sangat memperngaruhi terjadinya kelainan pada tulang belakang. Dalam hal ini perempuan lebih beresiko mengalami scoliosis.
Beragam Tanda Jika Anak Mengalami Skoliosis
Ada beberapa gejala skoliosis yang bisa bunda deteksi pada anak. Sebagai orang tua Anda harus memperhatikan beberapa gejala yang mungkin saja timbul. Hal ini karena banyak orang tua yang barus menyadari anak mengalami skoliosis saat sedang mengukur baju, karena saat diukur bahnya tidak rata. Biasanya akan ditemukan benjulan pada area bahu dan bahu yang tidak simetris.
Anda tidak bisa menyepelekan skolisosis pada anak meskipun tidak menggangu.Lama kelamaan akan berbahaya karena kondisi tulang melengkung bisa merusak syaraf pada tubuh. Bahkan yang lebih parahnya lagi bisa menekan organ organ lain sepert paru paru atau jantung. Sehingga akan menyebabkan infeksi pernapasan dan gagal jantung hingga menyebabkan kematian.
Itulah penjelasan tentang scoliosis yang ternyata bisa membahayakan anak hingga dewasa. Sebagai orang tua penting bagi Anda untuk mengetahui beragam gejala yang ditimbulkan dan mencegah terjadinya tulang scoliosis jauh lebih parah. Dengan mengetahui gejala dan faktor penyebab, Anda bisa lebih berhati hati untuk merawat anak agar memiliki tulang yang sehat.