Dikira demam biasa, bayi 4 bulan terserang Kawasaki, waspadai gejalanya

Penting untuk mengetahui gejala Penyakit Kawasaki agar bisa tepat ditangani sejak awal.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyakit Kawasaki memang termasuk virus yang cukup rentan menyerang anak-anak. Kasusnya pun tidak sedikit. Karena itu, gejala Penyakit Kawasaki juga perlu menjadi perhatian para orangtua.

Seperti yang baru-baru ini dialami seorang ibu asal Singapura, yang membuat postingan di akun Facebook untuk membangun kesadaran tentang gejala Penyakit Kawasaki pada bayi, setelah anaknya berusia 4 bulan terserang penyakit tersebut.

Berbagi informasi tentang gejala Penyakit Kawasaki pada bayi

Michaela Michael Swee, seorang ibu asal negeri Singa itu membagikan pengalaman tentang putrinya, Germaine yang berusia 4 bulan terserang Penyakit Kawasaki.

“Ketika Germaine hampir berusia 4 bulan, dia mengalami demam ringan 37,5 derajat pada 30 September 2018 lalu. Kami pikir, demam ringan pada bayi adalah hal yang normal terjadi,” tulisnya.

“Awalnya ia masih ceria, namun sampai hari ke-3 mengalami demam, dia mulai murung dan suhu tubuhnya mencapai 38,5 derajat Celcius. Pada saat itu dia mengalami gatal-gatal seperti ruam yang menyebar di satu sisi perut bagian bawah. Dia tantrum luar biasa.”

Merasa khawatir, orangtuanya membawa Germaine ke dokter anak. Di sana, bayi malang itu didagnosis dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan dokter hanya meresepkan antibiotik serta parasetamol.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun setelah seharian diberi obat dan menyekanya, kondisi Germaine tidak juga membaik.

“Meski telah menjalani pengobatan selama satu hari, demamnya tidak juga mereda dan bahkan mencapai 39,5 derajat dengan ruam yang terlihat semakin parah. Selain itu, ia mulai mengalami konjungtivitis, tangan bengkak dan bibir kemerahan. Asupan susunya turun drastis hingga hampir kurang dari 50 persen dari biasanya.”

Germaine dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat KK Women’s and Children’s Hospital Singapura. Dokter mencurigai bayi itu menderita campak atau gejala Penyakit Kawasaki.

Dokter sempat menduga Germaine terkena campak, itu sebabnya para tenaga medis langsung membawanya ke ruang isolasi. Beberapa tes darah juga dilakukan. Sampai akhirnya, para ahli menyimpulkan bahwa bayi itu memang telah terkena Penyakit Kawasaki.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gejala Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki adalah penyakit yang menyerang pembuluh darah. Kawasaki sering memengaruhi kulit, mulut, kelenjar getah bening, dan paling sering terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga infeksi virus menjadi pemicunya. Jika Parents  atau dokter bisa mendeteksi gejala Penyakit Kawasaki sejak dini, anak yang mengalami Penyakit Kawasaki bisa pulih sepenuhnya dalam beberapa hari.

Jika tidak ditangani, Kawasaki bisa menyebabkan komplikasi serius yang dapat  memengaruhi jantung. Penyakit Kawasaki bisa merusak arteri koroner, yang membawa darah ke otot jantung.

Dokter biasanya akan memantau masalah jantung sang anak selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah perawatan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun, perlu diketahui bahwa Penyakit Kawasaki tidak menular.

Gejala Penyakit Kawasaki meliputi:

  • Demam tinggi (antara 39-40 ° C), yang berlangsung setidaknya 5 hari  
  • Mata merah
  • Ruam di tubuh, terutama pada perut, dada, dan alat kelamin
  • Sakit tenggorokan dan iritasi
  • Bibir bengkak, merah, pecah-pecah
  • Lidah bengkak dengan lapisan putih dan benjolan merah besar, yang disebut dengan “strawberry tongue”
  • Bekas luka BCG mungkin akan menonjol
  • Kaki dan tangan bengkak, serta memerah
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher

Pengobatan Penyakit Kawasaki

Sebagian besar anak-anak yang menderita Kawasaki bisa membaik dan tidak memiliki masalah jangka panjang. Namun, tindakan deteksi dan perawatan dini sangat penting karena mempersingkat penyakit dan menurunkan kemungkinan masalah jantung.

Masalah jantung biasanya tidak akan berkembang jika Penyakit Kawasaki dirawat dalam waktu 10 hari sejak dimulainya gejala.

Diagnosis Kawasaki tidak langsung, dan tes tunggal mungkin tidak cukup. Jika dokter mencurigai Penyakit Kawasaki, mereka dapat melakukan tes untuk memantau fungsi jantung (seperti ekokardiogram). Mereka mungkin juga mengambil sampel darah dan urin untuk mengantisipasi kondisi lain.

Perawatan Kawasaki sendiri harus dimulai dalam 10 hari setelah demam terjadi, untuk menghindari komplikasi kardiovaskular.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Salah satu jenis perawatan yang dilakukan dengan pemberian dosis gamma globulin (antibodi murni) (IVIG), yang merupakan komponen darah untuk melawan infeksi.

Pengobatan lainnya juga bisa melibatkan pemberian aspirin untuk mengurangi risiko komplikasi jantung.

Artikel terkait: Kawasaki Disease; penyakit berbahaya yang dapat menyerang jantung anak

Dalam kasus Germaine, ia menerima transfusi IVIG pada hari ke-5 setelah terserang penyakit ini.

 

“Transfusi berlangsung selama 10 jam dengan pemantauan yang intens. Tetapi, saya sangat bersyukur gejalanya hilang secara bertahap dan dia tampak lebih ceria, juga tertidur nyenyak,” ungkap Michaela.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bayi itu keluar dari rumah sakit setelah ia membaik, yaitu selama 24 jam setelah transfusi. Namun, ia harus mengonsumsi aspirin dengan dosis rendah selama 3 bulan.

Pada Januari 2019 lalu, seorang ahli jantung memberi Michaela kabar baik bahwa Germaine tidak lagi membutuhkan aspirin.

Sang ibu pun sangat bersyukur bahwa bayinya sekarang baik-baik saja. “Ini mungkin terdengar seperti kisah sedih, tetapi saya bersyukur si kecil saya dirawat. Terima kasih Tuhan atas kesadaran dan “naluri ibu” yang saya miliki, untuk membawanya ke rumah sakit.” tulisnya.

 

Semoga bayi ini bahagia dan sehat selalu, dan ini bisa menjadi pelajaran juga informasi bermanfaat buat kita ya, Bunda.

Dilansir dari artikel Jaya di theAsianparent Singapura
Baca juga:

https://id.theasianparent.com/perjalanan-sindrom-kawasaki-baby-hayley

Penulis

Aulia Trisna