Apakah si kecil sering terbangun di malam hari dan susah tidur lagi? Ataukah dia sering tersedak atau batuk-batuk saat tidur hingga membuatnya terbangun? Salah satu gangguan tidur pada anak yang menyebabkan hal ini terjadi adalah sleep apnea obstruktif (OSA)
Meskipun pada umumnya gangguan tidur ini hanya dialami oleh orang dewasa. Namun kini, sleep apnea obstruktif semakin umum terjadi pada anak-anak.
Diagnosis dan perawatan dini gejala sleep apnea pada anak sangat penting untuk dilakukan. Hal ini demi mencegah komplikasi yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan perilakunya di masa depan.
Untuk itu, yuk kenali tanda-tanda sleep apnea obstruktif berikut ini!
Macam-macam gejala yang menunjukkan gangguan tidur pada anak
1. Tidur sambil berjalan
Sekitar 10% anak-anak setidaknya sekali antara usia 3 dan 10 tahun mengalami tidur sambil berjalan. Kebiasaan tak wajar ini biasanya memunjak ketika usia mereka beranjak di usia 5 tahun.
Tidur sambil berjalan seringkali dikaitkan dengan rasa kebingungan. Ketika hal ini terjadi, anak tampak seperti terbangun tetapi masih dalam keadaan tidak sadar dan bingung.
Meskipun penyebab tidur sambil berjalan ini belum diketahui secara jelas. Namun kadang-kadang hal ini disebabkan karena apnea tidur obstruktif.
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang cukup seruis yang dapat membuat jalan nafas seseorang terhenti sebagian atau berulang selama tidur. Hal ini dapat membuat anak terjaga dan meningkatkan kemungkinannya mengalami tidur sambil berjalan.
2. Menggertakkan gigi
Beberapa anak memiliki kebiasaan menggertakan gigi saat tidur. Hal ini bisa menjadi salah satu tanda sleep apnea pada anak.
Seperti yang kita ketahui, sleep apnea pada anak seringkali terjadi ketika jaringan lunak seperti amandel, gondok, langit-langit lunak, dan lidah menghalangi jalan nafas anak. Dengan mengepalkan dan menggertakan gigi, tubuh anak secara tidak sadar mempertahankan jalan napas agar dapat terus terbuka.
Artikel terkait: Bruxism, kebiasaan gemeretak gigi saat tidur. Apakah berbahaya?
3. Mengompol
Anak-anak memang sering mengompol di malam hari. Namun, waspadai bila anak di atas usia 5 tahun masih sering mengompol atau setidaknya mengompol 2 kali dalam seminggu secara rutin.
Sleep enuresis, demikian sebutannya, biasanya lebih banyak diderita anak laki-laki dan mungkin terdapat pada 3-30% anak berusia empat hingga 12 tahun. Meskipun mungkin disebabkan oleh infeksi, stres, kafein, atau kondisi medis lainnya, kondisi ini juga bisa menjadi tanda sleep apnea.
4. Berkeringat
Waspadai tanda sleep apnea bila anak tidak demam tetapi sering berkeringat setiap malam. Jika piyama, seprai, atau selimut anak selalu basah kuyup, hal ini bisa menjadi bukti bahwa anak Anda kesulitan bernapas saat tidur.
Sleep apnea sering dikaitkan dengan penurunan kadar oksigen, lonjakan tekanan darah dan detak jantung, dan ledakan hormon stres. Ketika ini sering terjadi dalam tidur anak-anak, keringat berlebih di malam hari juga dapat terjadi.
Artikel terkait: Mengapa bayi berkeringat saat tidur? Kenali penyebab dan cara mengatasinya berikut ini
5. Tidur gelisah
Ketika anak mengalami sleep apnea, ia akan kesulitan tidur dan gelisah di malam hari. Hal ini biasanya ditandai dengan posisi selimut yang tak beraturan dan menyerupai bola di pagi hari.
Sleep apnea juga bisa membuat anak tidur dalam posiis yang tidak biasa. Hal ini dikarenakan keinginan anak untuk menemukan gaya tidur yang nyaman dan tepat.
6. Mendengkur
Jangan pernah anggap remeh kebiasaan mendengkur yang terjadi pada anak-anak. Dalam aturan praktis, anak-anak tidak boleh mendengkur secara kronis. Sebab hal ini merupakan tanda bahwa adanya aliran udara abnormal melalui jalan napas atas yang memanjang dari hidung dan mulut ke paru-paru.
Dengkuran sesekali memang dapat terjadi ketika anak mengalami infeksi saluran pernapasan atas seperti pilek atau kelelahan. Namun dengkuran yang seringkali terjadi bisa jadi tanda adanya gangguan tidur sleep apnea obstruktif pada anak.
Mendengkur sering berjalan beriringan dengan sleep apnea obstruktif pada anak. Hal ini bisa disebabkan karena alergi, pembesaran amandel atau kelenjar gondok, dan masalah kesehatan lainnya.
7. Bernafas melalui mulut
Kebiasaan bernafas melalui mulut juga bisa menjadi salah satu tanda sleep apnea pada anak. Umumnya, manusia bernafas dari mulut. Namun bila pernafasan tertanggu manusia akan berusaha bernafas melalui mulut.
Kebiasaan ini dapat mengubah struktur wajah dalam jangka waktu panjang. Hal ini dikarenakan adanya kelemahan di lidah dan otot-otot lain dari orofaring (mulut dan tenggorokan).
Efek gangguan tidur pada anak
Ada beberapa efek yang diakibatkan karena gangguan tidur sleep apnea obstruktif pada anak:
a. Masalah pertumbuhan
Hormon pertumbuhan anak dilepaskan saat tidur. Hormon ini berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan normal dan sesuai kurva.
Namun sayangnya, gangguan tidur yang terjadi pada anak-anak sleep apnea membuat hormon pertumbuhan lebih sedikit untuk dilepaskan. Akibatnya, anak-anak tidak mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan maksimal mereka. Berat badan dan tinggi badan mereka pun menjadi kurang dari kurva pertumbuhan.
b. Tidur siang
Pada titik tertentu, umumnya anak-anak remaja telah berhenti tidur siang. Bila mereka melakukan hal ini kembali maka bisa dipertanyakan kualitas dan kuantitas tidur mereka di malam hari.
Sangat tidak biasa bagi anak yang lebih besar untuk membutuhkan tidur siang di siang hari, rasa kantuk di siang hari yang berlebihan di antara kelompok ini memerlukan evaluasi lebih lanjut. Bisa jadi hal ini merupakan efek dari sleep apnea.
c. ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah diagnosis yang cukup umum pada anak-anak, dan sleep apnea mungkin menjadi salah satu penyebab utama dari kondisi ini. Anak-anak dengan ADHD mengalami kesulitan membayar perhatian, perilaku hiperaktif, pelupa, kontrol impuls atau impulsif yang buruk, dan distractibilitas. Kondisi ini dapat mempengaruhi kinerja mereka di sekolah.
Yang menarik adalah anak-anak dengan masalah tidur memiliki respons yang paradoks. Alih-alih mengantuk seperti orang dewasa, mereka justru lebih hiperaktif. Hal ini dapat membantu mereka tetap terjaga.
Masalah yang berkaitan dengan konsentrasi dan perhatian adalah manifestasi umum dari gangguan tidur. Oleh karena itu, gejala yang menunjukkan ADHD juga harus diikuti dengan penilaian tidur yang cermat.
***
Semoga bermanfaat.
Referensi: Verywell Health, Mayo Clinic
Baca juga:
3 Masalah tidur pada balita, bagaimana cara tepat mengatasinya?