Film Bollywood memang terkenal dengan adegan tarian dan nyanyiannya. Namun, tak sedikit film produksi India tersebut yang memiliki pelajaran penting di balik ceritanya. Termasuk film India Gangubai Kathiawadi yang dibintangi oleh Alia Bhatt.
Seperti judulnya, film ini mengangkat kisah tentang Gangubai Kathiawadi, seorang aktivis sosial, pekerja seks, dan mucikari di Kamathipura, India.
Disutradarai oleh Sanjay Leela Bhansali, film ini menceritakan perjuangan perempuan di rumah bordil untuk mendapatkan hak-haknya sebagai manusia di masyarakat. Rilis di bioskop sejak Februari, film ini bisa Anda tonton sekarang di Netflix.
Dilansir dari Magdalene, berikut ini adalah beberapa pelajaran yang bisa diambil dari film Gangubai Kathiawadi.
Artikel terkait: 5 Film India tentang Kesehatan Mental, Belajar Peduli pada Kondisi Jiwa
4 Pelajaran yang Bisa Diambil dari Film Gangubai Kathiawadi
1. Perempuan Harus Saling Mendukung di Situasi Apapun
Sumber: IMDb
Kisah dalam film ini diawali dengan Gangga yang dijual oleh kekasihnya ke rumah bordil, Kamathipura. Perempuan yang bercita-cita sebagai bintang film itu harus menghadapi takdir buruk terpaksa menjadi pekerja seks, yang harus melayani pelanggan setiap hari tanpa libur.
Setelah melayani pelanggan pertamanya, dia yakin bahwa suatu hari dirinya dapat memimpin Kamathipura. Gangga kemudian mengganti namanya menjadi Gangu, sebagai identitas barunya yang telah meninggalkan sosok naif di masa lalu.
Bahkan, sejak saat itu dia menunjukkan kekuatannya, tidak takut lagi dengan ucapan dan perilaku Tante Sheela (Seema Pahwa)—mucikarinya saat itu, dan mendorong teman-teman pekerja seks di rumah bordil tersebut untuk berjuang bersama.
Sosok Pejuang Pemberdayaan Perempuan di Wilayah Prostitusi
Sumber: IMDb
Salah satu kalimat terkenal dari film Gangubai Kathiawadi adalah “Lima tahun lagi, aku akan membeli rumah bordil dan Sheela”, yang ternyata diwujudkan oleh Gangubai. Setelah Sheela meninggal, dia mengambil alih Kamathipura dan memberlakukan beberapa peraturan baru yang menguntungkan para pekerja seks.
Beberapa contohnya adalah memberikan hari libur bagi para pekerja seks dan menolak sejumlah klien yang memaksa berhubungan seksual jika pekerja seks enggan melakukannya.
2. Film India Gangubai Kathiawadi juga Mengangkat Isu Kemiskinan Struktural
Salah satu pekerja seks Kusum (Mitali Jagtap), memiliki anak bernama Roshni (Vrinda Duvani). Tidak ingin anaknya bernasib sama seperti dirinya, Kusum sampai mengurung anak 15 tahun itu dalam kandang binatang di atap rumah bordil. Hal itu agar dia tidak mencuri perhatian pelanggan dan mengiranya sebagai pekerja seks.
Tak tega melihat hal tersebut, Gangubai bahkan sampai berkorban perasaan dengan menikahkan laki-laki yang dicintainya, Afsaan (Shantanu Maheshwari), dengan Roshni. Dengan begitu, anak perempuan tersebut memiliki kehidupan lebih baik, meskipun harus menikah di usia muda.
Gangubai menyadari, Roshni masih suci dan memiliki harapan untuk membangun masa depan yang lebih baik. Sementara dirinya yang sudah memiliki reputasi buruk sebagai pekerja seks, pastinya akan sulit untuk menikah.
3. Menikah di Bawah Umur Dianggap Sebagai Jalan Keluar
Sumber: IMDb
Ternyata, menikahkah anak di bawah umur agar tidak dijerumuskan menjadi pekerja seks memang terjadi di dunia nyata di India. Seperti yang terjadi di Saraniya, sebuah desa yang terletak di Gujarat, India.
Perempuan di sana tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan, sehingga prostitusi adalah satu-satunya jalan untuk bertahan hidup. Anak perempuan berusia 10-12 tahun yang dipaksa menjadi pekerja seks untuk membantu perekonomian daerah tersebut sudah bukan hal aneh lagi.
Sumber: IMDb
Saat Mittal Patel, Sekretaris LSM Vicharta Samuday Samarthan Manch, mengunjungi Saraniya barulah mulai dikenalkan ide pernikahan yang bisa menjadi opsi untuk terhindari dari prostitusi. Itulah mengapa pernikahan massal mulai dinilai sebagai cara yang efektif di sejumlah pedesaan di India.
Meski Undang-Undang Pembatasan Perkawinan Anak yang disahkan pada 1978 sudah meningkatkan usia menikah anak perempuan menjadi 18 tahun, tetapi kenyataan di lapangan tidak seperti itu.
Masih banyak anak-anak tak mampu di India, yang masih berusia awal belasan tahun, dipaksa menikah untuk berlindung dari muncikari yang “memangsa” anak di bawah umur.
Artikel terkait: 8 Film India tentang Single Mom, Sulitnya Hidup Menjadikan Mereka Kuat
3. Gambaran Diskriminasi Anak Pekerja Seks dalam Film India Gangubai Kathiawadi
Sumber: IMDb
Suatu ketika, dalam film diceritakan Gangubai mendatangi sebuah sekolah dengan membawa biaya sekolah selama lima tahun.
Tujuannya adalah agar anak-anak pekerja seks di Kamathipura bisa bersekolah karena mereka juga berhak mengenyam pendidikan dan memiliki masa depan yang cerah.
Meskipun sempat ditolak oleh pastor dan para suster di sekolah tersebut, tetapi Gangubai yang tidak bisa menerima kata “tidak” terus bersikeras. Akhirnya anak-anak tersebut dibolehkan sekolah di sana.
Sumber: IMDb
Namun, apa yang terjadi? Di hari pertama bersekolah, mereka justru dipukul dan diusir oleh gurunya karena latar belakang anak-anak tersebut sebagai keturunan pekerja seks adalah sebuah hal yang kotor. Bahkan, tidak sedikit guru di sekolah guru yang menanyakan tarif ibunya sebagai pekerja seks kepada anak-anak.
Studi dari National Commision for Protection of Child Rights (NCPCR) menjelaskan bahwa tindakan diskriminasi seperti inilah yang membuat anak-anak pekerja seks memilih mengisolasi diri dari masyarakat dan memiliki ketakutan akan bernasib sama seperti ibunya.
Pelecehan terhadap anak-anak pekerja seks juga menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka putus sekolah. Padahal, pendidikan adalah pondasi utama untuk membangun kehidupan mereka menjadi lebih baik dan terbebas dari ruang lingkup prostitusi.
Artikel terkait: 10 Film India Romantis tentang Pernikahan, Tidak Semua Happy Ending
4. Singgung Kekejian dan Semakin Banyak Kasus Nekrofilia di India
Sumber: IMDb
Menurut Halodoc, nekrofilia adalah jenis penyimpangan seksual yang membuat pengidapnya menikmati berhubungan intim dengan mayat.
India, sebagai salah satu negara yang paling berbahaya di dunia bagi perempuan, mencatat semakin banyaknya kasus nekrofilia selama satu dekade terakhir.
Dalam satu adegan di film Gangubai Kathiawadi, saat Gangubai melihat sahabatnya Kamli (Indira Tiwari) meninggal, dia berkata “Ikat kakinya dengan kuat. Laki-laki tidak dapat dipercaya, sekalipun dengan mayat.”
Pelajaran yang bisa diambil dari kalimat tersebut adalah bahwa laki-laki merasa berkuasa atas tubuh perempuan, meskipun sudah meninggal.
Kasus Nekrofilia terjadi di Dunia Nyata di India
Sumber: IMDb
Kasus nekrofilia terbaru terjadi pada 5 Mei 2022 di Gujrat, Pakistan. Seorang laki-laki diketahui menggali makam remaja perempuan dan memerkosa tubuhnya.
Aksi itu diketahui saat kerabat mengunjungi makam untuk melakukan tradisi keagamaan. Mereka menemukan jasad sang remaja itu tergeletak sekitar 60 meter dari kuburan dan tubuhnya menunjukkan tanda-tanda pemerkosaan.
Sementara di India, pada 2018 seorang laki-laki di Gurugram mengaku memerkosa banyak jasad dari korban yang dibunuhnya, untuk memuaskan hasrat seksualnya. Pada 2015, tiga orang laki-laki di Uttar Pradesh mengeluarkan jenazah perempuan yang meninggal setelah melahirkan lalu diperkosa bersama-sama.
Sumber: IMDb
Sedihnya, di India aksi nekrofilia hanya tidak dilihat sebagai vandalisme, bukan serangan seksual terhadap seseorang karena mayat tidak lagi dilihat sebagai manusia. Jadi, tidak ada ketentuan pidana yang bisa mengkriminalisasi tindakan kejahatan tersebut, selama tidak ada pelanggaran yang dilakukan.
Itulah beberapa pelajaran yang bisa diambil dari film India Gangubai Kathiawadi. Jika Parents belum menonton film ini, mungkin bisa disaksikan bersama dengan teman-teman perempuan lainnya, ya. Akting Alia Bhatt di sini juga patut diacungi jempol. Selamat menonton!
Baca juga:
6 Film India Inspiratif untuk Ditonton Bersama Anak, No. 2 Bikin Banjir Airmata
15 Film India Terbaik Sepanjang Masa, Cocok Dinikmati Saat Akhir Pekan!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.