Parents sudah nonton Film Gundala? Atau mungkin justru sudah niat ingin mengajak si kecil nonton bersama? Tapi tunggu dulu, sebelum menikmati aksi super hero rasa lokal ini, tak ada salahnya untuk ‘mengintip’ pandangan beberapa orangtua dan pandangan psikolog di bawah ini.
Pertanyaan para orangtua, apakah film Gundala aman ditonton bersama anak?
Pada dasarnya, film ini memang tidak ditujukan untuk anak-anak. Lha wong, ratingnya juga untuk anak 13 tahun, kok. Artinya, film ini idealnya memang ditonton buat anak remaja. Itupun harus dengan pendampingan orangtua.
Joko Anwar selaku sutradara sebenarnya juga sudah menegaskan hal ini. Namun, dalam wawancara dengan beberapa media, ia mengatakan kalau Film Gundala dikemas dengan adegan fighting dan berantem layaknya di komik sehingga bisa dinikmati oleh keluarga. Bahkan menurutnya anak-anak di bawah 13 tahun juga bisa menyaksikan asalkan didampingi.
“Jadi nggak ada darah. Kita buat (filmnya) friendly jadi tidak ada yang overly violence, karena kita mau kalau film ini bukan hanya buat orang dewasa. Jadi, (anak) di bawah usia 13 tahun bisa didampingi orangtua dan tetap bisa menikmati filmnya.” ujarnya saat diwawancara sejumlah media di konferensi pers premier film Gundala dii Epicentrum XXI, Jakarta, Rabu (29/8) lalu.
Baru empat hari tayang di bioskop, Film Gundala sudah berhasil meraih jumlah penonton sebanyak 705.117 orang. Informasi ini telah diunggah langsung oleh akun Instagram resmi @gundalaofficial .
Kembali ke pertanyaan sebelumnya, apakah film Gundala layak ditonton anak-anak? Berikut pandangan beberapa orangtua :
Maulita Iqtianty, Ibu dari satu orang anak (Digital Specialist)
“Film ini menurut saya cukup ‘dark’ untuk anak usia di bawah 13 tahun. Adegan kekerasan terhadap anak juga banyak di film ini walaupun memang sesuai dengan jalan ceritanya.
Tapi rasanya, nonton film superhero luar negeri juga banyak adegan kekerasan, ya. Dan anak-anak kita sering dibawa juga nonton filmnya. Mungkin karena ini tokoh superhero Indonesia, yang kadar kedekatannya lebih tinggi, makanya dipertanyakan.
Setiap keluarga punya batasan masing-masing. Saya nggak bisa bilang film ini cocok atau enggak untuk anak-anak. Yang tahu kecocokannya, ya orangtua masing-masing. Cara untuk tahunya gimana? Jangan baca review orang atau minta pendapat orang lain. Orangtua nonton dulu tanpa anak, kemudian baru diskusikan cocok nggak sih, buat anaknya?
Ribet? Ya iyalah, namanya juga mendidik anak di dunia nyata, kan nggak semudah timeline Instagramnya selebgram.”
Agstried Piether, ibu dari satu satu orang anak (Psikolog Anak Rumah Dandelion)
“Saya sih, nggak menyarankan, ya, kalau ditonton anak di bawah 13 tahun. Konfliknya terlalu kompleks. Adegan kekerasan dari awal sudah ada, dan muatan emosinya sudah tinggi. Lalu ketakutan Sancaka terhadap hujan dan petir juga dibuat seolah-oleh beralasan.
Saat Sancaka kecil, permasalahannya bisa sangat mengena pada anak, sih. Mungkin, kalau anak di atas 10 tahun dan anaknya cukup matang mungkin bisa handle. Tapi kematangan anak itu kan juga beda-beda.
Saya saja restless melihatnya. Berasa sekali Sancaka kecil kondisinya bukan sekadar bikin kita empati, tapi juga cemas. Kalau anak-anak nggak bisa handle dan orangtua juga nggak bisa bantu bisa jadi berdampak panjang.
Misalnya, separation anxiety masih bisa menetap sampai usia 9 tahunan. Kalau kebetulan yang nonton masih punya separation anxiety akan semakin cemas berpisah dengan orangtuanya. Trust issue dengan orang dewasa di sekitar dia. Anak bisa jadi lebih gampang cranky, nggak berani ke mana-mana sendiri.
Lalu kalau orangtua nggak paham bisa frustrasi, marah-marah ke anak, makin ke mana-mana. Tapi ini sisi negatif yang ekstrim, ya.
Situasi yang terjadi pada Sancaka itu kan bisa menimbulkan rasa cemas, dan cemas itu beda dengan takut. Kalau takut objeknya biasanya jelas. Misalnya, takut badut. Sementara cemas, nggak tahu apa tepatnya, tapi ini bikin rasa tidak nyaman. Emosi yang mirip takut tapi lebih kompleks.
Nah, kita tahu anak-anak yang belum remaja, di bawah 13 tahun, masih susah merespon emosi kompleks pada diri mereka. Contohnya, seperti Riley di Film Inside Out. Makanya sebisa mungkin cerita untuk anak itu konfliknya jelas, dan emosinya sederhana.
Emosi kompleks yang sulit dicerna itu manifestasinya bisa beda-beda pada anak. Bisa ke perilaku, misalnya dari nggak takut hujan jadi takut hujan. Dari nggak takut gelap jadi takut gelap. Bisa munculnya di mimpi buruk. Bisa di prestasi akademik. Macam-macam jadinya dampak yang bisa ditimbulkan.”
Adisty Titania, ibu dari satu orang anak (Editor)
“Awalnya sempat ragu mau ajak nonton anak yang usianya baru 9 tahun. Tapi sempat baca berita, Joko Anwar sendiri meng-klaim kalau film ini bisa ditonton buat anak-anak. Tanya temen yang sudah nonton, katanya juga nggak ‘serem’.
Kenyataannya? Anak saya bilang sih, serem. Ada beberapa scene yang menurutnya bikin ngeri dan bikin sedih. Di awal cerita, emang bikin sedih, sih. Memperlihatkan bagaimana beratnya hidup Sancaka kecil.
Memamg, sih, adegannya nggak macam Film The Raid. Nggak masuk kategori film gore yang visualnya banyak adegan berdarah-darah, menampilkan penyiksaan yang kejam dan memilukan. Tapi tetep aja ada adegan berantem dan kata-kata kasar yang dilontarin.
Kalau pun ajak anak, memang harus didampingi. Setelah nonton ajak ngobrol, tanya pendapatnya soal film tersebut. Faktanya, waktu nonton memang banyak banget sih, anak-anak yang nonton.
Mau ajak anak nonton, sebenernya balik lagi ke value orangtua masing-masing. Kalau memang strict, ya, sepertinya memang nggak akan mau ajak anak nonton film ini.”
Sazkia Ghazi, ibu dari satu orang anak (Penyiar B Radio)
“Pada dasarnya saya senang dengan film ini. Yaa, sebuah refreshment di dunia film Indonesia. Cerita, pemeran, scoring, buat saya sudah cukup untuk mengenalkan Jagad Bumi Langit. Nggak sabar banget nunggu lanjutan ceritanya.
Tapi kalau untuk anak-anak, sesuai ratingnya aja, menurut saya cocoknya memang untuk 13+. Dari mulai perkataan kasar yang keluar seperti “anjing” misalnya. Hingga violent act yang ditampilin.
Jadi ini kan ceritanya perjalanan Sancaka menjadi Gundala. Dan juga perjalanan banyak tokoh dari kecil hingga besar. Dan juga perjalanan banyak tokoh dari kecil hingga besar. Nah, ini yang jadi concern saya, karena terlihat bagaimana anak-anak ini tumbuh dengan kekerasan.
Misalnya saat adegan preman motong kuping Sancaka. Menurut saya, jadi nggak cocok aja sih ditonton anak-anak di bawah usia 13 tahun.
Menik usianya masih 8 tahun, walau saya mau banget ngenalin dia ke superhero Indonesia tapi waktunya masih panjang. Nanti saja, bisa ditonton di kemudian hari saat usianya sudah cocok.”
Banirestu, ibu dari tiga anak (Wartawan)
“Buat saya film ini nggak disarankan buat anak-anak, bahkan buat remaja. Sebagai ibu, ada adegan yang bikin saya nggak kasih ijin anak untuk lihat. Khususnya, pas anak-anak yatim yang balas dendam. Itu kan adegan kekerasannya terasa sekali.
Anak-anak itu kan masih ngena bahasa visual banget. Kalimat pesan moral yang ada di film juga belum masuk ke anak-anak. Contohnya seperti film Disney yang banyak mainin di visualnya, karena memang buat anak-anak.”
Sebelum nonton film Gundala, ratingnya harus menjadi pertimbangan orangtua
Kepada theAsianparent Indonesia, psikolog anak dan keluarga, Vera Itabiliana, Psi. menyatakan, apabila anak sering terpapar film yang ratingnya memang bukan khusus untuk anak-anak, tentu saja akan menimbukan dampak negatif.
Hal ini tidak terlepas karena anak-anak masih belum bisa membatasi mana yang sekadar khayalan dan kenyataan.
“Jadi anak-anak itu memang belum paham kalau film cuma sebatas karya fiksi. Nggak tau kalau itu tidak nyata. Jadi, kalau filmnya salah, banyak adegan kekerasan unsur seksualitas, anak bisa mendapatkan stimulasi yang salah. Risikonya anak bisa mendapatkan persepsi yang salah.”
“Belum lagi jika anaknya masih kecil, anak tentu belum bisa nikmatin filmnya. Saat nonton bisa cranky, bosan, hingga akhirnya ganggu orang lain.”
Oleh karena itulah Vera menyarankan agar orangtua lebih hati-hati dan memberikan tontonan dengan rating sesuai usia, seperti ‘Semua Umur’, atau di bawah 13 tahun.
“Baiknya cari tahu dulu film yang akan ditonton seperti apa. Bagaimana jalan ceritanya, cari rekomendasi,” tutupnya.
***
Jadi bagaimana, mau tetap ajak nonton anak nonton film Gundala?
Baca juga :
6 Film kartun yang aman ditonton anak balita, mana favorit si kecil?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.