Fatimah Az Zahra, sosok perempuan muslim yang tidak asing bagi kaum muslim di seluruh dunia. Putri bungsu dari baginda Nabi Muhammad Saw dengan Ibunda Siti Khadijah ini menjadi teladan bagi perempuan Islam. Inilah, kisah dari Putri Rasulullah SAW yang dirindukan surga.
Kisah Fatimah Az Zahra, Putri Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah yang Dirindukan Syurga
Siti Fatimah binti Muhammad dilahirkan pada 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum sang Ayahanda, Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul. Dia merupakan putri bungsu Nabi Muhammad dan Siti Khadijah. Kelahirannya disambut sangat gembira, bahkan Allah SWT pun menjanjikan surga untuknya.
Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim ;
سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
Artinya: “Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Aisyah.” (HR Muslim).
Fatimah mendapat julukan Az Zahrah karena dia tidak pernah haid bahkan saat melahirkan, masa nifasnya pun hanya sebentar. Dia pun mendapat julukan pemimpin para wanita-wanita penduduk syurga
Artikel terkait: Meneladani 6 Sifat Mulia Siti Khadijah, Istri Pertama Rasulullah SAW
Dalam kitab fataawa adz-Dzahiriyyah di kalangan Hanafiyyah disebutkan:
“Sesungguhnya Fatimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkan pun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan salat baginya, karenanya beliau diberi julukan Az-Zahra”.
Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ketika aku dalam perjalanan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga. Aku melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian, aku mendapatkan buahnya, lalu aku makan.
Buah itu menjadi nuthfah di sulbi-ku. Setelah aku sampai di bumi, aku berhubungan dengan Khadijah, kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu, setiap aku rindu aroma surga, aku menciumi Fatimah”. (Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra’: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156).
Berikut ini kisah Fatimah berdasarkan dari urutan usianya:
1. Fatimah Az Zahra Mendampingi Perjuangan Rasulullah Sejak Kecil
Sejak usia lima tahun, Fatimah sudah mendapat kebenaran wahyu dari Allah SWT dan sudah menjadi muslim termuda. Ia selalu menemani, membantu dan melindungi sang Ayah dalam dakwahnya menyebarkan agama Islam. Bahkan dikisahkan, Fatimah melihat `Uqbah ibn Abi Mu`ayt menaruh isi perut binatang di punggung Rasulullah saat sedang sujud.
Lalu, gadis yang masih sangat kecil itu berlari sambil menangis membersihkan kotoran dari punggung Rasulullah SAW. Kemudian, beliau pun berkata kepadanya, tidak perlu menangis karena Allah SWT akan memenangkan Islam dari musuhnya
Menginjak usia remaja, Fatimah dikenal dengan kesabarannya yang luar biasa. Sebab saat itu, ditengah tekanan Quraisy pada periode Mihna, ia kehilangan tiga saudaranya, dan harus melihat sang ayah terus disiksa. Kesabarannya menjadi karakter Fatimah bahkan setelah ia menikah dan hidup serba kekurangan bersama Ali
2. Fatimah Az Zahra Menyaksikan Kematian Sang Bunda
Di usia remajanya, Fatimah pun masih harus melihat orangtuanya terus disiksa bahkan diisolasi di Shi’b Abi Talib yang seperti penjara di tengah gurun pasir. Selama 3 tahun mereka hanya bisa makan daun-daunan bersama para muslim dalam penjara tersebut
Tepat di usianya 16 tahun, ia harus mengalami duka mendalam karena ibunya Siti Khadijah meninggal dunia setelah 2-3 bulan usai keluar dari penjara tersebut.
Artikel terkait ; Belajar Sifat Jujur dan Sederhana dari Kisah Nabi Zulkifli AS
3. Ditinggal Rasulullah SAW pergi Hijrah
Saat itu, Fatimah harus menyaksikan sang Ayah hijrah ke Madinah dan meninggalkan dirinya sendirian di Makkah. Hal ini, menjadi pertimbangan Nabi Muhammad, jika membawa Fatimah maka rombongan hijrahnya akan mudah diketahui oleh kaum Quraisy.
Kondisi itu pun akan berisiko buruk bagi keselamatan keduanya sehingga, Rasulullah SAW memutuskan hanya pergi hijrah bersama rombongannya tanpa Fatimah.
Tepat saat usianya 18 tahun, Fatimah pun memiliki ibu tiri saat Ayahnya menikah lagi. Saat itu pula, tawaran untuk menikah pun banyak dikirim ke Fatimah dari para sahabat Nabi Muhammad SAW. Namun pilihan Rasulullah SAW jatuh pada Ali bin Abi Thalib.
Ali Bin Abi Thalib melamar Fatimah dengan menjual baju zirahnya seharga 250 dirham. Uang tersebut pun yang dibelikan mas kawin dan keperluan pernikahan lainnya.
4. Perjalanan Pernikahan Fatimah Az Zahra
Setelah menikah, pasangan Ali dan Fatimah hidup seadanya dan penuh kesederhanaan. Bekerja sebagai penjual roti dan air serta pembuat roti. Karena kerasnya bekerja, suatu hari, Ali mengeluh punggungnya sakit, begitupun dengan sang istri, yang juga mengeluhkan tangannya sakit.
Kemudian, keduanya menemui Nabi Muhammad SAW untuk meminta seorang budak untuk membantu pekerjaan mereka sehari-hari, namun beliau menolak permintaan tersebut dan mendatangi rumah mereka. Ketika itu, Ali membukakan pintu untuk mertuanya sedangkan Fatimah masih di tempat tidur.
Nabi Muhammad SAW pun duduk diantara mereka dan menyarankan untuk membaca kalimat tasbih sebanyak 33 kali, takbir 34 kali setiap menjelang tidur. Nabi Muhammad SAW pun berkata, bahwa kebutuhan mereka akan terpenuhi atas izin Allah SWT.
Ali dan Fatimah pun melakukan saran dari Baginda Rasul, kemudian mereka merasakan kekuatan mereka meningkat atas izin Allah SWT hingga tak perlu lagi budak untuk membantu pekerjaan mereka.
Artikel terkait ; Sempurnakan Taubat dengan Shalat Sunnah Taubat, Ini Niat dan Tata Caranya
7. Meninggal di Usia Muda
Menjelang usianya yang ke-28 tahun, berbagai pengalaman hidup yang telah dilalui oleh Fatimah membuat dirinya menjadi pribadi yang dewasa, sabar dan bijak. Ia pun sempat bertengkar dengan Ali, karena suaminya ditawari menikah lagi dengan Juwayriyah binti Abu Jahal.
Namun Ali menolak, sehingga mereka pun kembali rukun. Pada usia ini pula, Fatimah harus menghadapi kehilangan lelaki tercintanya, yakni sang Ayahanda, Nabi Muhammad SAW.
Bahkan menjelang ajalnya, dikisahkan bahwa Rasul membisikkan kepada putrinya bahwa tidak lama dia akan meninggal dan putrinya tersebut akan menyusul tidak lama setelah dirinya.
Fatimah juga dijanjikan surga bersama Khadijah, Aisyah, dan Maryam. Saat itu pula, dirinya menyaksikan sang ayah berpulang. Setengah tahun kemudian, ia menyusul kepergian sang Ayah.
5. Pesan Fatimah Az Zahra Sebelum Meninggal pada Suaminya Ali bin Abi Thalib
Ia memiliki sifat yang sangat pemalu hingga permintaannya sebelum meninggal adalah dikubur pada malam hari. Seperti yang dikutip dari situs As-Sunna Foundation of America, bahwa sebelum meninggal Fatimah memberi amanah kepada suaminya ;
“Ketika kau menguburku maka tutuplah seluruh tubuhku dengan baik. Saya tidak ingin siapa saja melihat bagian tubuhku Selain itu, kuburkanlah pada malam hari karena aku malu karena kehadiran banyak orang.”
Tak hanya itu, ada permintaan paling utama kepada suaminya setelah ia meninggal, Fatimah ingin sang suami menikah lagi sehingga bisa meneruskan tugasnya terkait Islam dan mengasuh putra mereka.
Permintaan itu dipenuhi oleh Ali, sepeninggalan Fatimah, Ali bin Abi Thalib RA menikahi Umamah, anak perempuan dari salah seorang saudaranya yang begitu menyayangi putra-putranya, Hasan dan Husain.
Selain Hasan dan Husain, Fatimah dan Ali memiliki anak yakni Muhsin, Zaynab dan Ummu Kultsum. Fatimah meninggal di usia 29 tahun atau 6 bulan setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Dia dimakamkan pada Kamis 20 Ramadhan di pemakaman Jannat al-Baqee.
Artikel terkait ; 10 Manfaat Membaca Al-Quran yang Luar Biasa dan Perlu Diketahui
Itulah, kisah teladan Fatimah Az Zahra, perempuan muslim yang sudah sepatutnya menjadi role model bagi umat muslim. Keunggulan sifat dan karakter tersebut seolah melengkapi kecantikannya yang bersinar. Wajah Fatimah Az Zahra kerap digambarkan berkulit putih dengan pipi yang kemerahan.
Baca juga ;
6 Fakta Perjalanan Panjang Hari Kesaktian Pancasila, Si Kecil Perlu Tahu Sejarahnya
Memanjatkan Doa Minta Cepat Mati, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
Malaikat Pencabut Nyawa di Ajaran Agama Islam, Kristen, Hindu dan Buddha