Fakta sperma sebagai penentu kehamilan pasangan memang benar adanya, namun sayangnya masih banyak mitos yang beredar seputar sperma dan membuat pria salah kaprah.
Salah satu contohnya adalah mitos sperma tidak mampu bertahan lama setelah ejakulasi. Padahal, lamanya sperma bertahan hidup tergantung pada tempat di mana sperma dikeluarkan.
Jika sperma dikeluarkan dalam vagina, maka ia bisa bertahan hidup sekitar tiga hingga lima hari. Namun, sperma akan mati dalam hitungan menit jika terlalu lama berada di tempat yang kering.
Tak hanya itu, ini deretan mitos lain mengenai sperma dan fakta dibaliknya yang sebaiknya diketahui suami:
Mitos fakta sperma 1: “Sperma yang menempel di kulit bisa sebabkan kehamilan”
Penting untuk diketahui, sel sperma hidup dalam air mani pria yang akan dikeluarkan saat pria berejakulasi. Setelah masuk ke dalam vagina, selanjutnya sperma akan memisahkan diri dan berenang menghampiri sel telur.
Fakta sperma lainnya adalah kemampuan sperma bertahan di luar tubuh hanya beberapa menit saja karena sperma menyukai tempat yang lembab. Durasi ini akan semakin singkat tergantung beragam faktor seperti cahaya, udara, lingkungan, serta seberapa cepat sperma mengering.
Sperma yang masih basah dan menempel pada kulit tidak serta-merta terserap ke pori-pori kulit hingga menyebabkan kehamilan. Intinya, kecil kemungkinan sperma untuk bertahan hidup lama di atas permukaan kulit.
Mitos fakta sperma 2: “Semakin kental tekstur sperma maka semakin subur
Faktanya, kekentalan air mani bukan tolak ukur pasti dalam menilai tingkat kesuburan sperma untuk membuahi. Sperma yang nantinya dihasilkan akan membutuhkan bantuan sistem reproduksi untuk mencapai sel telur.
Sperma yang masuk ke dalam vagina akan bersentuhan dengan lendir pada rahim. Lendir inilah yang bertugas melindungi sperma dari vagina yang asam, juga menolak sperma yang kualitasnya buruk untuk membuahi sel telur.
Dengan kata lain, bagaimana pun tekstur sperma sebenarnya akan tetap sama bagi sistem reproduksi wanita.
Mitos fakta sperma 3: “Menelan sperma bisa bikin hamil”
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kehamilan hanya bisa terjadi ketika sel telur dibuahi langsung oleh sperma melalui proses penetrasi. Artinya, sperma harus masuk terlebih dahulu ke dalam rahim melalui vagina, baru kemudian bertemu sel telur untuk menghasilkan pembuahan.
Sedangkan saat Bunda menelan sperma, alur sperma sejatinya sama seperti makanan di mana ia akan terlebih dulu melewati kerongkongan dan berakhir di sistem pencernaan.
Zat di dalam pencernaan akan membunuh sperma sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi tentunya kondisi ini tidak mungkin mengakibatkan kehamilan.
Mitos fakta sperma 4: “Cairan praejakulasi tidak akan bikin hamil”
Berbicara mengenai cairan praejakulasi, Bunda dan suami mungkin berpikir bahwa tidak ada sperma di dalamnya. Padahal, ada kemungkinan sperma masih tersisa di uretra yang merupakan saluran tempat air seni dan air mani dikeluarkan.
Dengan begitu, masih ada kemungkinan sperma akan terbawa bersama cairan praejakulasi saat dikeluarkan. Bedanya, jumlah sperma yang tercampur dengan cairan praejakulasi ini tidak sebanyak yang ada dalam cairan air mani.
Namun, para pakar kesehatan mengatakan bahwa sperma yang ada dalam cairan praejakulasi terbilang aktif dan sehat untuk melakukan pembuahan bersama sel telur. Jadi, bahkan sebelum pria benar-benar orgasme dan berejakulasi pun proses penetrasi tetap bisa menyebabkan kehamilan.
Mitos fakta sperma 5: “Setiap sel sperma pasti sehat”
Faktanya tidak demikian. Ibarat kondisi tubuh, sel sperma pun bisa mengalami sakit sewaktu-waktu sehingga tidak lancar saat ingin mencapai sel telur.
Ada saja kondisi sperma yang tidak prima misalnya bentuk kepala yang tidak sempurna, ekor yang aneh hingga bagian tubuhnya tidak lengkap. Nantinya, sistem reproduksi wanita yang akan menyaring sel sperma yang benar-benar prima untuk membuahi sel telur.
Referensi: Healthline, Integrisok
Baca juga :
Sperma Encer Sulit Bikin Hamil, Benarkah? Ini Penjelasan Dokter