Sebagai seorang warga DKI Jakarta seharunya sudah tak asing lagi dengan Salak Condet. Selain Elang bondol, salah satu fakta Salak Condet adalah buah ini merupakan maskot Ibu Kota DKI Jakarta.
Semakin berjalannua hari, dua maskot tersebut seperti dilupakan oleh masyarakat Jakarta di tengah hingar-bingarnya lampu kota dan kemegahan gedung pencakar langit.
Bahkan tak sedikit orang, salah kaprah dengan mengira maskot DKI Jakarta yaitu Monas. Oleh karena itu, berikut ini adalah ulasan mengenai beberapa fakta Salak Condet sebagai maskot resmi Ibu Kota DKI Jakarta.
1. Sejarah Salak Condet
Dari namanya saja sudah bisa ditebak bahwa buah satu ini berasal dari kawasan Condet, Jakarta Timur. Keberadaan buah ini memang tak lepas dari kawasan Condet yang berasal dari kata Ci Ondet yang merupakan anak Sungai Ciliwung.
Lokasinya yang berada di daerah aliran sungai membuat tanahnya subur dan cocok untuk berkebun serta bertani.
Seperti yang dikutip dari laman indonesia.go.id, bahwa suburnya lahan Condet membuat Willem Vincent Helvetius van Riemsdjik jatuh hati.
Willem Helevetius merupakan tuan tanah sekaligus putra Gubernur Jenderal Jeremies van Riemsdjik yang membeli Condet dari Jacobus Johannes Craan pada tahun 1770 silam.
Kemudian, Helvetius mengembangkan Condet menjadi kawasan pertanian dan peternakan. Selain menghasilkan beras, kawasan ini juga memproduksi tanaman buah berkualitas seperti salak, duku, durian, gandaria, nangka, dan mangga.
Karena pemberian pupuk organik dari kotoran sapi, kerbau, dan kambing menjadikan kualitas serta rasa buah-buahan asal Condet terkenal di kalangan elite Belanda.
Lalu, setelah kemerdekaan, Condet pun terus tumbuh menjadi kawasan penghasil buah terutama salak dan duku yang dikelola oleh masyarakat asli Jakarta yaitu Betawi. Bahkan hasil bumi dari Condet ini bersama produk buah nusantara lainnya disuguhkan kepada para tamu di era Presiden Sukarno.
Maka, Gubernur Ali Sadikin menetapkan Condet sebagai cagar buah-buahan. Pada puncak kejayaannya tahun 1970-an, produksi Salak Condet mencapai 285,7 ton dari dua kali masa panen terutama di bulan Desember.
Panen sebesar itu didapat dari 1.656.600 rumpun pohon salak yang tumbuh di atas lahan seluas total 300 hektare. Buah warna cokelat dengan kulit bersisik serta sedikit duri tipis dijual penduduk ke sentra buah Pasar Minggu yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari Condet.
Buah-buahan tersebut pun dibawa melewati aliran Sungai Ciliwung dengan perahu dari bambu.
Artikel terkait: Viral! Sejarah dan Fakta Alat Musik Geomungo yang Dimainkan Jisoo Blackpink
2. Durasi Berbuah Salak Condet
Tahukah Parents bahwa Salak Condet juga merupakan jenis buah yang berbuah dalam durasi tahunan? Seperti yang diperjelas oleh Kepala UPK Badan Air Jakarta, Yayat Supriatna, mengatakan bahwa bibit-bibit salak condet mulai berbuah dua tahun setelah penanaman.
Penanaman Salak Condet tersebut, ujar Yahya, juga bisa meminimalisir erosi. Sebab, pohon salak condet mempunyai akar serabut yang mengcengkeram permukaan tanah.
“Akar serabur itu ada di permukaan dan dia bisa mencengkeram permukaan tanah sehingga tidak mudah longsor,” ucap Yahya.
3. Salak Condet juga Merupakan Bagian dari Sajian Istana
Selain memiliki sejarah yang cukup panjang, dan berbuah tahunan, ternyata Salak Condet juga merupakan salah satu bagian dari sajian Istana.
Seperti yang dikatakan Murhasim, tokoh masyarakat di daerah Balekambang Condet bahwa sejak dahulu secara turun-temurun keluarganya berkebun salak dan dukuh khas Condet.
Menurut dia, Salak Condet dapat menjadi maskot karena pada zamannya, tanaman bernama latin Salacca Edulis Cognita itu dianggap mewah dan memang sangat terkenal di Ibu Kota.
“Ya terkenal. Pejabat, Gubernur DKI, itu favorit nya makan dukuh Condet dan salak Condet. Itu pun jadi sajian Istana,” ujar Murhasim di rumahnya RT 05 RW 05, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Pria berusia 60 tahun tersebut mengutarakan bahwa dulu kebun Salak miliknya sangat luas. Semua pohon yang ada sudah tumbuh secara alami. Keluarganya hanya tinggal merawat dan memanen hasil yang ada.
“Dulu itu istilahnya perkebunan milik para wali. Saya punya pohon dulu. Tumbuh alami sendiri. Kakek saya usianya 110 tahun. Bapak 90 tahun. Terbiasa berkebun salak sejak saya kecil,” tambah Murhasim.
Artikel terkait: 6 Fakta Banjir Pakistan Terbesar Sepanjang Sejarah, Korban Ribuan Orang
4. Sudah Tergerus Tebalnya Beton
Lantas bagaimana bisa melihat kebun Salak Condet di Jakarta yang gemerlap ini? Dapat dilihat di tengah himpitan permukiman warga di Jalan Kayu Manis, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, 3.500 pohon salak berdiri berjajar. Duri khas pohon berdarah palem itu mencuat menjadi pelindung buah-buah yang ‘ditelurkannya’.
Kebun Salak Condet ini memiliki luas tiga hektare 450 meter persegi itu adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah naungan Sudin Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan (KPKP).
Faktanya memang cukup sulit menemukan kebun Salak milik Pemprov DKI Jakarta itu. Tidak ada satu pun plang ataupun penunjuk jalan untuk sampai ke sana.
Lalu bagi warga luar sendiri untuk memahami petunjuk yang diberikan penduduk setempat pun rasanya sulit dicerna.
5. Semakin Langka di Pasaran
Kini, salah satu fakta Salak Condet juga tak bisa dipungkiri bahwa buah satu ini menuju kelangkaan.
Hal tersebut dibenarkan oleh pegiat wisata Jakarta, Ira Lathief. “Salak Condet sudah langka,” kata pendiri Wisata Kreatif Jakarta itu kepada awak media di tahun 2020.
Ira mengatakan, Salak Condet saat ini tidak bisa ditemui di pasar-pasar Jakarta. Akan tetapi, salak condet masih bisa ditemui di Cagar Buah Condet, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Menurut laman resmi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Pusat, cagar tersebut memiliki luas 3,5 hektar.
Lalu, masyarakat juga bisa melihat buah dengan nama latin Salacca edulis Cognita itu secara gratis.
“Itu Cagar Buah Condet menjadi satu-satunya kawasan tersisa yang ada buah salak condet,” kata Ira Lathief.
Ira menambahkan, banyak orang Jakarta yang belum tahu Cagar Buah Condet. Maka dari itu, dia bersama Wisata Kreatif Jakarta terus berupaya mengenalkan Cagar Buah Condet kepada masyarakat.
Itu dia beberapa fakta mengenai maskot DKI Jakarta, Parents. Semoga bermanfaat!
Baca juga:
7 Fakta Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang “Dicuri” di Film Mencuri Raden Saleh
7 Manfaat Salak untuk Anak, Bikin Mata Sehat dan Tingkatkan Daya Ingat
12 Manfaat Buah Salak, Jaga Kesehatan Tulang hingga Gula Darah