Parents, pernahkah melihat balita Anda menyakiti diri sendiri? Misalnya, kebiasaan anak memukul kepala sendiri atau membenturkannya ke dinding maupun lantai sambil menangis, menjambak rambutnya sendiri, tantrum, mencakari pipinya, hingga memukul-mukulkan tangannya ke anggota tubuhnya sendiri hingga kesakitan.
via GIPHY
Beberapa ahli memang menghubungkan kebiasaan anak memukul kepala sendiri sebagai tanda autisme pada anak. Namun, beberapa pendapat menyatakan bahwa perilaku tersebut disebabkan oleh adanya infeksi telinga maupun alergi.
Namun, jangan khawatir! Beberapa ahli juga memiliki pendapat bahwa menyakiti diri sendiri adalah perilaku yang masih wajar, terutama di saat anak sangat emosional maupun marah. Ketika marah, ia masih bingung untuk mengungkapkan perasaannya, apalagi kosakatanya masih sangat terbatas.
Artikel terkait: Penyebab dan cara mengatasi anak tantrum.
Seperti halnya orang dewasa, anak pun kadang mengalami tekanan mental yang berat pada levelnya. Sehingga, kebiasaan menyakiti dirinya sendiri tersebut merupakan tanda bahwa balita juga merasakan tekanan psikologis itu lebih menyakitkan dari sakit fisik.
Simak beberapa fakta tentang anak yang menyakiti diri sendiri berikut:
Kebiasaan anak memukul kepala sendiri #1: Gerakan yang anak lakukan cenderung dinamis dan cepat
via GIPHY
Balita mampu mengguncangkan kepalanya hingga 60-80 kali per menit saat tantrum terjadi. Hal ini biasanya disertai dengan tangisan maupun teriakan putus asa darinya.
Kebiasaan anak memukul kepala sendiri #2: Membuat tubuh lebih rileks
Peneliti menyatakan bahwa balita mengeluarkan neurotransmitters saat mengguncang maupun membenturkan kepalanya. Zat tersebut dapat membuat perasaannya lebih tenang dan santai.
Kebiasaan anak memukul kepala sendiri #3: Mengalami kebuntuan bahasa dan berekspresi
Balita mengguncangkan kepalanya karena ia tak tahu caranya berkomunikasi. Keterbatasan bahasa membuat ia sering tak tahu cara menyampaikan maksudnya. Ia akan langsung kesal ketika orang dewasa gagal menangkap maksudnya.
Kebiasaan anak memukul kepala sendiri #4: Mencari perhatian
Menyakiti diri sendiri pada balita kadang jadi salah satu cara untuk mendapatkan perhatian orang tuanya. Apalagi setelah ia merasa bahwa menangis maupun berteriak saja tidak cukup untuk mendapatkan perhatian orang tuanya.
Kebiasaan anak memukul kepala sendiri #5: Tak selalu normal
Walau banyak yang menyatakan bahwa menyakiti diri sendiri masih masuk dalam kategori normal, dalam beberapa kasus, hal itu bisa jadi tanda bahwa ada masalah dalam perkembangannya. Gejalanya perlu diteliti lebih jauh lagi oleh psikolog maupun dokter anak.
Kebiasaan anak memukul kepala sendiri #6: Disengaja
Sekitar 10-20% bayi dan balita membenturkan kepalanya sendiri dengan sengaja karena ingin mencapai tujuan tertentu. Beberapanya lagi memang tak memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri agar tak lukai diri sendiri.
Kebiasaan anak menyakiti diri sendiri #7: Balita lelaki lebih sering melakukannya
via GIPHY
Perbandingan balita lelaki dan perempuan yang menyakiti dirinya sendiri adalah 3:1. Dengan kata lain, balita lelaki memiliki potensi lebih besar untuk menyakiti diri sendiri daripada balita perempuan.
Kebiasaan anak menyakiti diri sendiri #8: Batasan usia normal dalam menyakiti diri sendiri
Usia anak yang suka menyakiti dirinya rata-rata berkisar antara 16 bulan sampai 2 tahun. Rata-rata, anak usia 3 tahun mulai meninggalkan kebiasaan menyakiti dirinya sendiri. Segera konsultasikan ke dokter anak jika anak masih sering mengamuk dengan menyakiti dirinya sendiri saat usianya 3 tahun ke atas.
Jika anak memiliki kecenderungan untuk menyakiti dirinya sendiri, maka ia perlu mendapat pendampingan khusus terutama ketika ia sedang melakukan hal tersebut. Karena, luka yang ia dapat akan berakibat fatal untuknya.
Sebelum memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter maupun psikolog mengenai kebiasaan menyakiti diri sendiri ini, ada baiknya Parents telah memiliki jurnal khusus yang mencatat penyebab, durasi, dan hal apa yang anak lakukan saat ia mengamuk.
Jika kebiasaan menyakiti diri tersebut berlanjut hingga usia di atas 3 tahun lebih, maka terapi dan kasih sayang orang terdekat adalah solusinya. Karena, jika kebiasaan tersebut berlanjut sampai ia dewasa, maka ia kemungkinan menderita gejala penyakit mental yang membahayakan dirinya sendiri.
Baca juga:
Anak Mengamuk di Tempat Umum
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.