Mengenal Eritroblastosis Fetalis, Kelainan Darah yang Membahayakan Janin

Berbahayakah kondisi ini bagi bayi?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cinta bisa dihambat oleh perbedaan agama, kelas sosial, dan batas geografi. Tapi, pernahkah Anda mendengar cinta yang terhambat perbedaan golongan darah? Ketika dua orang dengan golongan darah yang memiliki rhesus berbeda menikah, ada hal yang mereka harus pertimbangkan: risiko bayi mereka mengalami eritroblastosis fetalis.

Eritroblastosis Fetalis, Kelainan Darah yang Mengancam Nyawa Janin

Di tubuh manusia dewasa terdapat triliunan sel darah merah yang juga disebut eritrosit. Sel darah ini bertugas membawa oksigen, zat besi, dan nutrien lain ke bagian-bagian tubuh.

Ketika seorang perempuan mengandung, ada peluang anak yang ia kandung memiliki golongan darah yang berbeda. Perbedaan golongan darah ini bisa menyebabkan satu kondisi yang disebut eritroblastosis fetalis, yakni kondisi ketika sel darah putih ibu menganggap sel darah merah bayi sebagai benda asing yang harus dilawan.

Kasus eritroblastosis fetalis sangat bisa diatasi dan sudah jarang terjadi. Jika seorang ibu mengalami kondisi ini, semakin cepat diketahui, semakin besar peluang ibu dan anak lahir sehat. Sebaliknya, eritroblastosis fetalis yang tidak ditangani bisa mengancam nyawa bayi.

Ciri Bayi yang Lahir Eritroblastosis Fetalis

Bayi yang mengalami eritroblastosis fetalis selama di kandungan akan lahir dengan keadaan bengkak, pucat, atau kuning. Gejala lainnya adalah ukuran liver atau limpa yang lebih besar daripada umumnya dan bayi lahir dengan anemia (kekurangan sel darah merah).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Eritroblastosis fetalis selama hamil bisa menyebabkan bayi lahir dengan kondisi hidrops fetalis, yakni kondisi ketika cairan terkumpul di organ tubuh yang tak seharusnya. Misalnya di organ seperti perut, jantung, dan paru-paru.

Artikel terkait: Ini risiko bayi lahir dari ibu golongan darah O, Bumil wajib tahu!

Apa yang Menyebabkan Eritroblastosis Fetalis?

Ada dua penyebab utama eritroblastosis fetalis, yakni (1) inkompabilitas rhesus (ketidakcocokan rhesus) dan (2) inkompabilitas ABO. Kedua kasus ini terkait dengan masalah golongan darah.

Seperti diketahui, ada 4 jenis golongan darah, yakni A, B, O, dan AB. Masing-masing golongan darah itu terbagi lagi menjadi 2, yakni rhesus negatif (Rh -) dan rhesus positif (Rh +).

Jika Anda bergolongan darah A rhesus +, artinya di permukaan sel darah merah Anda terdapat (1) antigen A dan (2) antigen jenis Rh.  Antigen adalah subtansi yang memicu respon kekebalan di tubuh kita.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika Anda memiliki golongan darah AB negatif, artinya Anda memiliki antigen A dan B di permukaan sel darah merah, tapi tidak mempunyai antigen jenis Rh.

Apa Itu Inkompatibilitas Rhesus?

Inkompatibilitas rhesus terjadi ketika ibu dengan rhesus negatif menikah dengan ayah dengan rhesus positif, kemudian mengandung bayi dengan rhesus positif.

Ibu Rh + menikah dengan Ayah Rh + → Bayi Rh +

Dalam kasus demikian, antigen Rh bayi akan dianggap oleh tubuh ibu (yang tidak memiliki antigen Rh) sebagai benda asing yang mengancam, digolongkan serupa dengan virus atau bakteri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sel darah putih ibu kemudian menyerang sel darah merah bayi (yang mengandung antigen Rh) sebagai mekanisme pertahanan. Sel darah merah bayi menjadi rusak dan bayi terancam kekurangan sel darah merah.

Mekanisme ini akan terus berulang jika ibu mengandung bayi dengan rhesus negatif lagi.

Apa Itu Inkompabilitas ABO?

Ketidakcocokan golongan darah lain yang bisa menyebabkan imunitas ibu menyerang bayi adalah inkompatibiltas ABO. Kasus ini terjadi apabila golongan darah ibu berbeda dengan bayi. 

Inkompabilitas ABO bisa terjadi pada

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Ibu bergolongan darah A, bayi bergolongan darah B atau O
  • Ibu bergolongan darah B, bayi bergolongan darah A atau O
  • Ibu bergolongan darah O, bayi bergolongan darah A atau B

Namun, ketidakcocokan golongan darah di atas baru menyebabkan eritroblastosis fetalis jika bayi membawa salah satu antigen berikut.

  • Kell
  • Duffy
  • Kidd
  • Lutheran
  • Diego
  • Xg
  • P
  • Ee
  • Cc
  • MNSs

Inkompabilitas ABO tidak akan muncul jika ibu atau bayi atau keduanya bergolongan darah AB.

Artikel terkait: Bumil wajib tahu, Ini 5 risiko jika golongan darah ibu berbeda dengan bayi

Bagaimana Cara Mendiagnosis Eritroblastosis Fetalis?

Untuk mendeteksi apakah ibu mengidap eritroblastosis fetalis, dokter akan melakukan tes darah rutin setiap 2 atau 4 minggu sekali untuk mengetahui apakah Anda memiliki antibodi anti-Rh.

Sementara pada janin, tes darah jarang dilakukan karena sulit dan berisiko.

Jika level antibodi Anda meningkat, dokter akan menyarankan tes untuk mendeteksi tekanan darah otak janin. Jika tekanan darah otak janin tidak normal, ada indikasi Anda mengalami eritroblastosis fetalis.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Inkompatibilitas Rhesus

Jika ibu rhesus negatif, ayah perlu melakukan pengecekan rhesus. Jika rhesus ayah juga negatif, peluang eritroblastosis fetalis nol. Jika rhesus ayah positif, perlu dilakukan pengecekan lebih lanjut.

Inkompabilitas ABO

Jika ibu tidak mengalami eritroblastosis fetalis tapi bayi terlahir kuning, kemungkinan bayi mengalami inkompabilitas ABO. Tes ini umumnya dilakukan jika ibu bergolongan darah O.

Bagaimana Mengobati Eritroblastosis Fetalis?

Pertama, dengan memberi transfusi darah intrauterin (transfusi ke dalam rahim) kepada janin untuk mengatasi anemianya. Jika jantung dan paru-paru bayi sudah berkembang sempurna, dokter akan menyarankan untuk segera melahirkan.

Eritroblastosis fetalis bisa dicegah dengan melakukan perawatan RhoGAM atau Rh immunoglobulin. Obat ini disuntikkan ke tubuh ibu pada usia kehamilan 28 minggu.

Suntikan diulangi lagi kepada ibu 72 jam setelah melahirkan untuk mengantisipasi jika ada sisa-sisa plasenta yang tertinggal di rahim.

Pilihan pengobatan untuk bayi baru lahir dengan kondisi tersebut meliputi:

  • transfusi darah
  • cairan intravena (IV)
  • mengatasi masalah pernapasan
  • Imunoglobulin IV (IVIG)

Tujuan terapi antibodi IVIG adalah untuk mengurangi pemecahan sel darah merah dan kadar bilirubin yang bersirkulasi.

Terkadang, transfusi tukar diperlukan. Jenis transfusi ini melibatkan penggantian sejumlah kecil darah dengan darah yang berbeda. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keberadaan dan jumlah sel darah merah serta menurunkan kadar bilirubin.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi pada Janin

Komplikasi yang dialami janin dapat berupa:

  • anemia ringan sampai berat
  • peningkatan kadar bilirubin
  • penyakit kuning
  • anemia berat di samping pembesaran hati dan limpa

Hidrops fetalis adalah komplikasi parah lainnya yang menyebabkan cairan menumpuk di jaringan dan organ janin akibat gagal jantung. Ini adalah kondisi yang mengancam jiwa.

Komplikasi pada bayi baru lahir mungkin termasuk:

  • tingkat bilirubin yang sangat tinggi, dengan penyakit kuning yang menyertainya
  • anemia
  • pembesaran hati

Penumpukan bilirubin di otak dapat menyebabkan komplikasi yang disebut kernikterus, yang menyebabkan kejang, kerusakan otak, tuli, atau kematian.

Artikel terkait: Panduan Menghitung Gerakan Janin Menggunakan Fitur Kick Counter theAsianparent

Patofisiologi Eritroblastosis Fetalis

Sel darah merah janin (red blood cells) biasanya bergerak melintasi plasenta ke sirkulasi ibu selama kehamilan. Gerakan paling besar pada saat melahirkan atau terminasi kehamilan. Pergerakan volume besar (misalnya, 10 hingga 150 mL) dianggap sebagai perdarahan fetomaternal yang signifikan; dapat terjadi setelah trauma dan kadang-kadang setelah melahirkan atau terminasi kehamilan. 

Pada perempuan yang memiliki darah Rh-negatif dan yang sedang mengandung janin dengan darah Rh-positif, sel darah merah janin merangsang produksi antibodi ibu terhadap antigen Rh. Semakin besar perdarahan fetomaternal, semakin banyak antibodi yang diproduksi. Mekanismenya sama ketika sistem antigen lain terlibat; namun, ketidakcocokan antibodi Kell juga secara langsung menekan produksi sel darah merah di sumsum tulang.

Penyebab lain dari produksi antibodi anti-Rh ibu termasuk injeksi dengan jarum yang terkontaminasi dengan darah Rh-positif dan transfusi darah Rh-positif yang tidak disengaja.

Tidak ada komplikasi yang berkembang selama awal kehamilan yang terlihat; namun pada kehamilan berikutnya, antibodi ibu melewati plasenta dan memecahkan sel darah merah janin, sehingga bisa menyebabkan anemia, hipoalbuminemia, dan kemungkinan gagal jantung atau kematian janin. 

Anemia merangsang sumsum tulang janin untuk memproduksi dan melepaskan sel darah merah yang belum matang (eritroblas) ke dalam sirkulasi perifer janin (eritroblastosis fetalis). Hemolisis menghasilkan peningkatan kadar bilirubin tidak langsung pada neonatus, menyebabkan kernikterus. Biasanya isoimunisasi tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil.

Cara Mencegah Terjadinya Eritroblastosis Fetalis

Pencegahan yang bisa dilakukan adalah pemberian globulin imun Rho(D) atau imunoglobulin Rh (Rhig), juga dikenal sebagai RhoGAM. Ini dapat membantu mencegah sensitisasi Rh.

Obat ini dapat mencegah ibu hamil mengembangkan antibodi Rh-positif. Namun, ini tidak akan membantu perempuan yang telah menjalani sensitisasi Rh.

Perempuan dengan risiko sensitisasi Rh harus menerima dosis RhoGAM pada waktu tertentu selama kehamilan dan setelah melahirkan, yaitu pada waktu-waktu berikut:

  • Pada usia kehamilan 28 minggu
  • Dalam waktu 72 jam setelah terminasi kehamilan
  • Setelah setiap episode perdarahan vagina
  • Setelah amniosentesis atau pengambilan sampel vilus korionik

Persalinan harus se-atraumatik mungkin. Pengangkatan plasenta secara manual harus dihindari karena dapat memaksa sel-sel janin masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.

Sensitisasi ibu dan produksi antibodi akibat inkompatibilitas Rh dapat dicegah dengan memberikan globulin imun Rho(D) pada ibu tersebut. Sediaan ini mengandung titer antibodi anti-Rh yang tinggi, yang menetralkan sel darah merah janin Rh-positif. 

Karena transfer fetomaternal dan kemungkinan sensitisasi paling besar pada saat terminasi kehamilan, preparat diberikan dalam waktu 72 jam setelah terminasi setiap kehamilan, baik melalui persalinan, aborsi, atau pengobatan kehamilan ektopik. Dosis standar adalah 300 mcg IM. 

Tes roset dapat digunakan untuk menyingkirkan perdarahan fetomaternal yang signifikan, dan jika hasilnya positif, tes Kleihauer-Betke (elusi asam) dapat mengukur jumlah darah janin dalam sirkulasi ibu. Jika hasil tes menunjukkan perdarahan fetomaternal masif (> 30 mL darah lengkap), diperlukan suntikan tambahan (300 mcg untuk setiap 30 mL darah lengkap janin, hingga 5 dosis dalam 24 jam).

Jika diberikan hanya setelah melahirkan atau terminasi kehamilan, pengobatan terkadang tidak efektif karena sensitisasi dapat terjadi lebih awal selama kehamilan. Oleh karena itu, pada sekitar 28 minggu, semua ibu hamil dengan darah Rh-negatif dan tidak diketahui sensitisasi sebelumnya diberikan dosis globulin imun Rho(D). Beberapa ahli merekomendasikan dosis kedua jika persalinan belum terjadi hingga 40 minggu.

Rho(D) immune globulin juga harus diberikan setelah setiap episode perdarahan vagina dan setelah amniosentesis atau pengambilan sampel chorionic villus.

Antibodi anti-Rh bertahan selama > 3 bulan setelah satu dosis.

 ***

Artikel telah diupdate oleh: Fadhila Afifah

 

Baca juga:

Bumil wajib tahu, Ini 5 risiko jika golongan darah ibu berbeda dengan bayi