Untuk mendukung tata laksana pengobatan suatu penyakit tertentu, dokter akan menyarankan pemeriksaan dengan alat MRI. Sayangnya, banyak pasien takut untuk menggunakan alat ini karena berbagai alasan. Salah satu alasan pasien menolak MRI adalah ketakutan akan efek MRI terhadap kesehatan mereka.
Lalu, benarkah pemeriksaan MRI memiliki efek samping yang berbahaya bagi kesehatan tubuh? Simak penjelasan dokter berikut ini.
Sekilas tentang MRI
Dilansir dari Web MD, magnetic resonance imaging MRI) adalah tes yang menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk menggambarkan kondisi organ dalam tubuh Anda.
Dokter dapat menggunakan tes ini untuk mendiagnosis, atau melihat seberapa baik tubuh Anda merespons pengobatan. Tidak seperti sinar-X dan pemindaian komputer (CT), MRI tidak menggunakan radiasi pengion sinar-X yang dapat membahayakan kesehatan.
MRI dapat dilakukan di berbagai bagian tubuh Anda. Ini sangat berguna untuk melihat jaringan lunak dan sistem saraf.
Kapan seorang pasien harus melakukan MRI?
Ditemui dalam acara Media Briefing Peluncuran Produk MRI Terbaru dari Siemens Heathineers di Jakarta (23/07), drg. Susi Setiawaty, MARS, Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), menjelaskan tentang ketentuan pasien yang akan melakukan pemeriksaan MRI.
Dokter Susi menjelasakan bahwa tidak semua pasien itu perlu untuk melakukan MRI, tergantung dengan diagnosa pasien, dan apakah perlu adanya pemeriksaan penunjang. Dengan adanya MRI, penyakit pasien akan lebih cepat didiagnosa dan diagnosa dokter pun akan lebih kuat.
“Jadi bukan pasien yang mengajukan ingin melakukan MRI, tetapi pihak dokter yang memutuskan, perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan MRI sebagai pemeriksaan penunjang,” ungkapnya.
Adakah efek MRI yang membahayakan kesehatan pasien?
Susi mengatakan bahwa MRI sangat bermanfaat sebagai pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan ini tidak akan membahayakan kesehatan pasien, terlebih MRI tidak menggunkan sinar X.
“Efeknya nggak ada, itu justru sangat bermanfaat sebagai pemeriksaan penunjang, yang akan membantu dokter menegakan diagnosa yang tepat. “Saya juga seorang pasien yang rutin melakukan MRI, dan saya tidak merasakan efek negatif apapun,” tegasnya.
Meskipun tes MRI cukup aman, namun wanita hamil sebaiknya tidak melakukan pemeriksaan MRI selama trimester pertama kecuali mereka benar-benar membutuhkan tes ini.
Kapan MRI Harus Dilakukan
Perkembangan pemindaian MRI merupakan tonggak penting bagi dunia medis. Dokter, ilmuwan, dan peneliti sekarang dapat memeriksa bagian dalam tubuh manusia dengan sangat rinci menggunakan alat non-invasif. Berikut ini adalah contoh di mana pemindai MRI akan digunakan, menurut Medical News Today.
- kelainan otak dan sumsum tulang belakang
- tumor, kista, dan anomali lain di berbagai bagian tubuh
- skrining kanker payudara untuk wanita yang menghadapi risiko tinggi kanker payudara
- cedera atau kelainan sendi, seperti punggung dan lutut
- beberapa jenis masalah jantung
- penyakit hati dan organ perut lainnya
- evaluasi nyeri panggul pada wanita, dengan penyebab termasuk fibroid dan endometriosis
- diduga anomali uterus pada wanita yang menjalani evaluasi untuk infertilitas
Daftar tersebut tidak berarti lengkap. Penggunaan teknologi MRI selalu berkembang dalam cakupan dan penggunaan.
Jika Anda hamil, apakah membutuhkan MRI? Sayangnya, tidak ada jawaban sederhana. Beri tahu dokter tentang kehamilan sebelum pemindaian. Ada beberapa studi yang relatif sedikit tentang efek pemindaian MRI pada kehamilan.
Pemindaian MRI harus dibatasi selama trimester pertama kecuali hal tersebut dianggap penting. Pemindaian MRI selama trimester kedua dan ketiga aman pada 3,0 tesla (T) atau kurang. Tesla adalah pengukuran kekuatan magnet.
Pedoman tersebut juga menyatakan bahwa paparan MRI selama trimester pertama tidak terkait dengan konsekuensi jangka panjang dan tidak boleh menimbulkan masalah klinis.
Sangat jarang bahwa pasien akan mengalami efek samping dari pemindaian MRI. Namun, pewarna kontras dapat menyebabkan mual, sakit kepala, dan nyeri atau terbakar pada titik injeksi pada beberapa orang.
Alergi terhadap materi kontras juga jarang terlihat tetapi mungkin, dan dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit dan mata. Beri tahu teknisi jika ada reaksi negatif setelah MRI.
Orang-orang yang mengalami claustrophobia atau merasa tidak nyaman di ruang tertutup kadang-kadang mengungkapkan kesulitan dengan menjalani pemindaian MRI.
Semoga informasi di atas bermanfaat!
Baca juga:
Tes MRI buktikan kepala bayi berubah bentuk selama proses persalinan