Mengisahkan Orangtua dan Anak, Ini 3 Contoh Dongeng Anak Populer

Inilah dongeng anak populer yang bagus dibacakan untuk anak-anak di rumah. Dongeng yang mengandung pesan kehidupan bermakna.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dongeng anak populer adalah kisah-kisah yang sudah dikenal luas dan diceritakan dari masa ke masa. Kisah-kisah tersebut seperti namanya, populer dan seolah tak lekang oleh waktu.

Sejak cerita itu lahir, banyak orang terutama orangtua yang menceritakan kepada anak-anaknya. Psasalnya, dongeng anak populer ini penuh dengan makna dan pelajaran berharga.

Contohnya yaitu dongeng anak populer dari Jepang tentang kasih sayang seorang ibu. Lalu, ada juga dongeng tentang pelajaran dari seorang ayah yang bijak.

Penasaran seperti apa kisahnya? Yuk, langsung saja disimak. Parents juga bisa, lho, kembali menceritakan dongeng ini kepada buah hati tercinta. Berikut ini 3 contoh dongeng anak populer.

1. Ayah yang Bijaksana

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang suka sekali marah-marah. Setiap hari, ada saja hal yang membuatnya marah. Sedikit saja tidak sesuai dengan keinginannya, ia tak akan segan memarahi siapa pun yang membuatnya kesal.

Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku. Ia memerintahkan sang anak agar memasang sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali dia selesai marah-marah.

Pada hari pertama, anak itu telah memakukan empat puluh paku ke pagar belakang rumahnya. Wah, ternyata memang anak ini galak sekali. Sukanya marah-marah.

Artikel terkait: 20 Ide Nama Bayi Perempuan dan Laki-laki dari Tokoh Dongeng, Penasaran?

Akan tetapi, lama kelamaan anak itu pun sadar, kalau memaku pagar itu kegiatan yang melelahkan. Ia menyadari bahwa menahan rasa amarah lebih mudah dilakukan daripada harus repot-repot memaku pagar. Hari demi hari, jumlah paku di pagar pun berkurang. 

Akhirnya, tibalah hari di mana anak tersebut merasa benar-benar bisa mengendalikan amarahnya. Kali ini ia merasa tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dirinya merasa lebih terkendali dan bisa bersabar. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Lalu sang ayah menyarankan agar dia mencabut satu paku setiap hari, ketika dia merasa tenang dan tidak marah. 

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu pun akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya.

Ayah, lihatlah pagarnya telah bebas dari paku. Sekarang aku sudah jadi anak baik yang jarang marah-marah,” ujarnya.

Artikel terkait: Dongeng Sebagai Stimulasi untuk Dukung Si Buah Hati jadi Anak Unggul Indonesia

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kemudian, sang ayah menuntun anaknya ke pagar.

Hmm, baiklah. Aku lihat kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi sebelumnya, coba lihat dan perhatikan lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya,” terang sang ayah.

Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini dihati orang lain,” ujar sang ayah. 

Hari itu, sang anak mendapatkan pelajaran berharga dalam hidup, tentang menjaga lisan ketika marah. Dan bagaimana agar sabar dan mengendalikan emosi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nak, kamu mungkin pernah sengaja melukai seseorang, lalu mengobati lukanya. Kamu juga sudah meminta maaf. Tetapi, ketahuilah. Tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada, berbekas. Dan nak, luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka pada tubuh," pesan ayah untuk anaknya.

Sejak saat itu, sang anak tidak lagi menjadi pemarah. Ia bersyukur punya ayah yang bijaksana dan ia ingin menjadi seperti ayahnya.

2. Kasih Ibu, Dongeng Anak Populer dari Jepang

Konon di Jepang dahulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya, tujuannya supaya tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.

Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sepanjang perjalanan, diam-diam si ibu menggapai ranting pohon yang bisa diraihnya, lalu mematahkannya dan menebarkannya sepanjang jalan yang mereka lalui.

Artikel terkait: Rekomendasi 5 Dongeng untuk Bayi Dalam Kandungan yang Bisa Bunda Bacakan

Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih. Dirinya tak menyangka bisa tega membuang ibu sendiri.

Si ibu tampak tegar, sambil tersenyum ia berkata, "Aku sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu, supaya engkau tak tersesat di jalan pulang, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah.” 

Mendengar kata-kata itu, si anak menangis dengan kerasnya. Ia langsung memeluk ibunya dan menggendong sang ibu kembali ke rumah. Ia pun merawat sang ibu sampai akhir hayatnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Dongeng Si Lancang

Dongeng anak populer selanjutnya adalah dongeng Si Lancang. Dongeng ini berasal dari daerah Riau, Sumatera. Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah seorang pemuda bernama si Lancang. Si Lancang hidup bersama sang ibu yang sudah lansia. Mereka berdua tinggal di sebuah rumah kecil yang sudah tidak layak huni.

Merasa sudah tidak tahan lagi hidup susah di tempat tinggal yang reyot, Si Lancang memutuskan untuk meninggalkan sang Ibu untuk merantau. Ia ingin mencari uang banyak.

Meski berat melepas kepergian anaknya, sang ibu akhirnya membiarkan Si Lancang mengejar keinginannya. Si Lancang pun pergi meninggalkan ibunya sendirian. 

Singkat cerita, kerja keras mengantar Si Lancang menjadi orang yang sukses. Ia menjadi pedagang yang kaya raya. Si Lancang memiliki puluhan kapal dagang dan anak buah yang banyak sekali. Tak hanya itu, Si Lancang juga memiliki seorang istri yang cantik jelita. 

Suatu ketika, Si Lancang membawa serta istri dan anak buahnya dalam sebuah pelayaran dagang ke tanah Sumatera, yang kala itu disebut Andalas. Saat berlayar di Sungai Kampar, kapal Si Lancang singgah di sebuah kampung yang tak lain adalah kampung halamannya sendiri. 

Kabar kedatangan Si Lancang pedagang kaya dengan cepat menyebar di kampung tersebut, hingga sampai di telinga sang ibunda. Betapa girang hati sang ibu mengetahui anaknya yang lama merantau kembali pulang. Ia lantas menghampiri Si Lancang sembari memanggil-manggil namanya. 

Namun, tak dinyana, Si Lancang malah berpura-pura tidak mengenal ibunya. Tak hanya itu, Si Lancang bahkan mengusir sang ibu.

“Dusta! Aku tidak mengenalnya, dia bukan ibuku, suruh dia pergi!” teriak Si Lancang sembari tak sudi menatap wajah sang ibu. 

Rupanya, Si Lancang tak mau mengakui ibunya lantaran malu, karena sang ibu sudah tua renta dan miskin.

Mendapati jawaban tak terduga dari anak kesayangannya, sang Ibu bak disambar petir. Dengan hati hancur berkeping-keping, sang ibu kembali ke gubuknya yang sudah hampir roboh. Ia lantas memutar-mutar lesung sembari mengipasinya dengan nyiru.

Ia pun memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa. 

“Oh Tuhan, Si Lancang yang kulahirkan dari rahimku dan kubesarkan dengan air susuku tidak mau mengakuiku sebagai ibunya. Tuhan, kiranya Engkau menunjukkan kekuasaan-Mu,” kata sang ibu.

Seketika, cuaca memburuk. Turun hujan lebat yang menghancurkan kapal Si Lancang. Barang dagangan kain sutra yang ada di kapal tersebut terbang terbawa angin dan jatuh dalam keadaan terlipat-lipat. 

Tempat jatuhnya kain sutra itu di kawasan Kampar Kiri dikenal dengan nama Negeri Lipat Kain. Sementara itu, sebuah gong yang ada di kapal tersebut juga terlempar dan jatuh di gubuk sang ibu di daerah Air Tiris Kampar, dan kemudian menjadi Sungai Ogong di Kampar Kanan.

Kemudian, sebuah tembikar yang ada di kapal Si Lancang pecah dan melayang lalu jatuh di Danau Si Lancang menjadi Pasubilah. Konon, tiang bendera kapal Si Lancang akan muncul sekali-kali ke permukaan danau, menjadi pertanda akan datangnya banjir di Sungai Kampar.

Menurut dongeng anak populer ini, banjir tersebut adalah air mata Si Lancang yang menyesali perbuatannya lantaran sudah durhaka kepada ibundanya.

***

Itulah 3 contoh dongeng anak populer. Semoga buah hati Parents bisa mendapat pelajaran yang bermakna setelah mendengar dongeng itu, ya.

Baca juga:

id.theasianparent.com/podcast-dongeng

id.theasianparent.com/film-disney-tentang-moral-anak

id.theasianparent.com/nama-bayi-dari-karakter-barbie