Indonesia berduka. Tujuh orang dokter yang selalu berada di garda terdepan dalam membantu mengobati pasien Covid-19 dinyatakan meninggal dunia. Kabar mengenai dokter meninggal karena Covid-19 ini juga dibenarkan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui unggahan di akun Instagram resminya, @ikatandokterindonesia.
Sampai berita ini diturunkan, dokter meninggal karena Covid-19 bertambah satu dokter dari enam yang sudah dikonfirmasi oleh PB IDI.
Sebelumnya, PB IDI telah mengunggah ucapan bela sungkawa atas gugurnya tujuh dokter yang membantu dalam penanganan penyebaran virus korona di Indonesia.
Dokter meninggal karena Covid-19 bertambah menjadi 7 orang
Pada Senin (23/3/2020) siang, dokter Darrell Fernando, Sp.OG baru saja memberitahu kabar duka terkait meninggalnya satu dokter lagi akibat Covid-19.
“Stay strong @nchlsmrco @nonznonz May Prof Bambangs legacy continue in both of you. Satu lagi dokter yang gugur dalam perang melawan Covid-19,” tulis dr. Darrell dalam unggahan Instagram Story miliknya, @darrellfernando.
Adalah Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna, MHSc. Guru Besar Epidemiologi FKM-UI, yang baru saja wafat hari ini Senin (23/3/2020) di RS Persahabatan, Jakarta.
Sedangkan enam dokter yang sudah lebih dulu berpulang dikutip dari akun Twitter IDI, ialah sebagai berikut:
1. dr. Hadio Ali SpS, IDI Cabang Jakarta Selatan
2. dr. Djoko Judodjoko, SpB, IDI Cabang Kota Bogor
3. dr. Laurentius P, SpKJ, IDI Cabang Jakarta Timur
4. dr. Adi Mirsaputra SpTHT, IDI Cabang Kota Bekasi
5. dr. Ucok Martin SpP, IDI Cabang Medan
6. dr. Toni Daniel Silitonga, IDI Cabang Bandung Barat
“IDI berduka cita yang amat dalam atas berpulangnya sejawat-sejawat anggota IDI sebagai korban Pandemi Covid-19,” tulis akun Instagram Ikatan Dokter Indonesia.
Kisah perjuangan dokter meninggal akibat Covid-19 di Indonesia
Perjuangan para dokter yang meninggal akibat Covid-19, tak hanya menimbulkan duka yang mendalam. Dedikasi 7 dokter ini tentu saja perlu di apresiasi dan berikan penghargaan tinggi. Perjuangan dalam merawat dan menyembuhkan pasien sangatlah berat. Apalagi mereka sudah bertaruh nyawa untuk berhadapan langsung dengan pandemi virus korona.
Pengabdian para dokter untuk masyarakat harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk semakin aware dengan menjaga diri di rumah saja. Seperti yang diungkapkan oleh putri dari mendiang Prof. Bambang, Leonita Triwachyuni.
Ia juga mengunggah rasa duka yang mendalam atas kepergian sang ayah. Dalam unggahannya, ia menceritakan bagaimana Prof. Bambang mulanya terjangkit Covid-19.
“Hari ini makna #dirumahhaja yang sebagian dari kalian abaikan dan jadikan lelucon menjadi air mata buat keluarga kami. Ya memang, ayah saya bisa dibilang bandel, disuruh jangan praktik bilangnya kasihan orang dari jauh.
Ternyata pasien yang dibilang kasihan itu adalah suspek Covid dengan rontgen paru-paru sudah putih semua. Pasien tersebut yang pulang paksa dari RS Bintaro karena ini dan itu,” cerita Leonita.
“Yang menyedihkan buat pasien suspek Covid adalah meninggal sendirian sesak sendirian. Mau minta tolong? Enggak ada perawat berjaga, ruangan isolasi tertutup, keluarga engga bisa lihat.
Tahu apa yang papa lakukan pas sesak tadi malam? Telepon anak dan menantunya, minta tolong.
Saya sampai menelpon RS untuk kasih tahu, karena keluarga engga bisa masuk. Jadi selama kalian punya hidup yang kalian hargai, punya keluarga yang kalian kasihi, yang masih hidup, Plis jangan menambah penyebaran virus.”
Melihat ungkapan duka yang diungkapkan putri Prof. Bambang, semoga kita bisa mengambil pelajaran untuk menghargai para tim medis yang sedang berjuang ya, Parents.
Dokter Djoko Judodjoko
Mengutip dari detik, dokter yang bertugas di Rumah Sakit Bogor Medical Center (BMC), Jawa Barat, yaitu dr. Djoko Judodjoko, diduga meninggal dunia akibat terinfeksi virus Covid-19, karena beliau memang menangani pasien Corona.
Melalui pesan berantai di grup Whatsapp, kabar meninggalnya Djoko dimulai. Diketahui, para dokter yang sering melakukan kontak dengan Djoko juga disebut sedang diisolasi di rumah sakit.
Menurut adik ipar dr. Djoko yang bernama Pandu Riono, beliau memang merupakan pasien suspect korona dan meninggal pada Sabtu (21/3) pukul 11.15 WIB di RSPAD Gatot Soebroto.
Sebelum meninggal, Djoko sempat mengalami gejala virus korona, yaitu sesak napas, demam, dan batuk. Sampai akhirnya dirawat di Rumah Sakit BMC.
“Sorenya hari Rabu, kok, dia merasa tiba-tiba nggak enak badan, batuk, sesak, demam gitu, terus kemudian dirawat di rumah sakit itu. Hari Kamis dia sudah diduga sebagai pasien korona dan diambil swab-nya diperiksa di Jakarta swab-nya.
Waktu itu udah mau dikirim ke rujukan, tapi penuh semua. Akhirnya baru Sabtu pagi dikirim ke rumah sakit RSPAD karena kan dia dokter militer,” kata Pandu kepada Detik.com.
dr. Toni Daniel Silitonga, IDI Cabang Bandung Barat
Kabar meninggalnya dr. Toni Daniel Silitonga juga membuat publik bersedih hati. Namun, PB IDI memastikan dr. Toni meninggal bukan karena virus korona. Disebutkan beliau meninggal akibat sakit jantung.
“Terkait postingan IDI perihal wafatnya sejawat-sejawat anggota IDI selama situasi Pandemi Covid-19 ini, adalah benar dr Toni Daniel silitonga dalam wafatnya bukan disebabkan langsung Covid-19,” kata Ketua Umum PB-IDI dr Daeng M Faqih seperti dikutip dalam postingan twitter resmi @PBIDI, Minggu (22/3/2020).
Meskipun begitu, dedikasinya untuk merawat pasien korona perlu kita apresiasi dan semoga beliau mendapat ketenangan disisi-Nya.
Sebagai masyarakat, apa yang bisa lakukan untuk mencegah ‘kepulangan’ para tenaga medis ini? Tentu saja bisa dimulai dengan cara sederhana dari diri sendiri. Berdiam diri di rumah untuk melakukan swakarantina. Sudahkah tindakan ini kita lakukan secara disiplin?
Segenap tim theAsianparents Indonesia ikut berduka cita atas Covid-19 kepergian 7 dokter meninggal karena Covid-19 ini.
***
Referensi: Instagram PB IDI, Instagram Leonita Triwachyuni
Baca juga
Bagaimana rasanya jadi pasien positif corona? 6 Orang ini bagikan kisahnya!