Disiplin pada anak menjadi hal yang gampang susah untuk dilakukan ya, Parents. Bersikap terlalu lunak dikhawatirkan akan membuat si kecil menjadi keras kepala, namun disisi lain menerapkan disipin yang kerat akan menjadikan anak membangkang dan takut pada orangtuanya sendiri. Lalu, bagaimana ya Bun menerapkan disiplin pada anak tanpa membuat anak menjauh?
Disiplin pada anak? Begini caranya, Bun
Mendidik anak disiplin banyak manfaatnya untuk tumbuh kembang si kecil, diharapkan ia akan bersikap baik dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Bunda sebaiknya tak terlalu menurut pada anak, namun terlalu keras tak disarankan. Biarkan anak belajar dari konsekuensi atas apa yang ia lakukan.
Hal ini disebabkan, kadangkala penerapan disiplin identik dengan mencabut hak anak sehingga disiplin yang terlalu keras sebenarnya bukan metode terbaik untuk memberinya pelajaran hidup.
“Anak-anak tidak belajar ketika mereka merasa terancam,” demikian ungkap dr. Jane Nelsen, Ed.D., penulis seri Disiplin Positif.
Mendisiplinkan anak dengan kata-kata keras mungkin akan membuat si kecil mematuhi Anda sebagai orangtua, namun itu terjadi karena anak takut akan mendapat hukuman bukan mempelajari hal yang benar dan salah.
Untuk itu, kini para ahli menganjurkan agar orangtua membiarkan anak mengalami konsekuensi dari tindakan mereka. Sebagai contoh, anak menolak memakai jaket saat akan bepergian dengan sepeda motor maka konsekuensinya ia akan kedinginan sepanjang perjalanan.
Contoh sederhana di atas akan membuat anak lebih berhati-hati, sehingga kedepannya ia akan berpikir ulang akan apa yang dilakukannya di kemudian hari.
dr. Jane Nelsen juga berpikir demikian sampai anak-anaknya melakukan hal-hal yang sepertinya tidak memiliki konsekuensi alami. Ibu yang kerap mengomeli putri sampai 30 kali sebelum melakukan tugas-tugasnya? Atau penolakan anak untuk berjalan ke tempat penitipan anak ?
Faktanya, konsekuensi korektif yang ideal tidak menunjukkan hasil yang efektif setiap saat. Tetapi mereka akan efektif dalam lebih banyak situasi daripada yang saya sadari. Ikuti kiat-kiat ini untuk mendapatkan perilaku yang lebih baik sekarang dan di masa depan.
“Konsekuensi paling mungkin untuk mengajarkan pelajaran bermanfaat dalam hidup mereka,” jelas Dr. Nelsen.
“Anak Anda sudah merasa buruk ketika dia melakukan sesuatu yang salah,” kata Dr. Nelsen.
Jika Anda berkata, ‘saya bilang begitu,’ atau jika Anda memalukannya sesudahnya, Anda akan mengurangi potensi anak untuk belajar karena ia akan berhenti memproses pengalaman dan malah fokus pada kesalahan yang diperbuat,” sambungnya.
Vander Cheadle berusia 7 tahun dari Ferndale, Michigan, misalnya yang ingin membawa topeng ski superhero favoritnya ke perayaan perpustakaan kota namun mendapat tentangan dari ibu tirinya, Amanda Hanlin karena dianggap merupakan hal yang buruk.
“Aku mengingatkannya bahwa di luar hangat dan baik ayah maupun aku tahu jika dia menjadi panas. Tapi dia hanya berkata, ‘Jangan khawatir, aku akan mengurusnya.’. Yang terjadi selanjutnya sungguh tak terduga, Vander kehilangan topeng itu dan menyesal tidak mendengarkan perkataan ibunya.
“Tapi aku tahu dia tahu dia melakukan kesalahan dan sangat kecewa,” ujar Hanlin. Akhirnya, ia dan suaminya membantu Vander mencari dimana kiranya topeng itu dirasa jatuh. Namun, topeng itu tetap tidak ditemukan. Mereka pun setuju untuk mendatangi toko dan membeli topeng baru menggunakan uang saku yang ditabung Vander.
Dengan tetap tenang dan memilih kata-kata mereka dengan hati-hati, mereka membiarkan Vander untuk belajar bertanggung jawab akan apa yang telah ia perbuat.
Belajar dari kasus di atas, bisa disimpulkan bahwa penting bagi Parents mengajarkan konsekuensi dalam mendidik anak sehingga anak akan lebih berhati-hati dan mengetahui kebaikan dan keburukan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, bersihkan tumpahan bersama. “Jika dia menolak, letakkan tangan Anda dengan lembut di atasnya dan lakukan gerakan secara fisik dengannya,” saran Fran Walfish, Psy.D., penulis The Self-Aware Parent.
Jika dia berteriak tak terkendali, Anda bisa memeluknya di pangkuan Anda setelah setidaknya sebagian dari kekacauan dibersihkan. Ketika tangisannya berhenti dan Anda merasa otot-ototnya rileks, pujilah dia karena ia bisa bersikap tenang.
Referensi : Parents
Baca juga :
11 Kesalahan orangtua saat mendisiplinkan anak, Parents wajib tahu!