Demam berdarah pada anak tentu saja menjadi salah satu hal yang paling mengkhawatirkan bagi orangtua. Pasalnya, penyakit yang ditularkan lewat gigitan nyamuk ini bisa berisiko merenggut nyawa.
Sekadar me-rewind peristiwa beberapa tahun lalu lalu, saat anak saya terkena DBD untuk kedua kalinya. Ketika itu, daya tahan tubuhnya sangat lemah lantaran baru saja operasi usus buntu. Akibatnya, kondisi DBD yang dialaminya pun sangat buruk hingga berujung harus dirawat di ICU selama 5 hari.
Sedih, bingung, khawatir. Mungkin kata ini bisa menggambarkan perasaan saya ketika itu. Kejadian ini pun menjadi salah satu mimpi buruk sepanjang hidup. Melihat tubuh anak saya barbaring lemah tak berdaya.
Iya, demam berdarah pada anak memang sebuah peristiwa yang tidak pernah ingin dirasakan para orangtua.
Sayangnya, beberapa hari terakhir kasus demam berdarah pada anak justru tengah melonjak tajam. Fakta ini tentu saja membuat semua orang khawatir, khususnya para orangtua karena was-was akan menimpa sang buah hati.
Untuk menekan lonjakan angka demam berdarah pada anak, Dinas kesehatan (Dinkes) pun mengeluarkan berbagai cara untuk mencegah kasus ini semakin banyak. Salah caranya, dengan melakukan fogging atau pengasapan.
Meskipun begitu, cara ini memang sering kali dianggap kurang efektif memberantas nyamuk pembawa virus dengue, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Meski sudah dilakukan fogging, sering kali tidak membuat nyamuk ini mati dan terus berkembang di sekitar rumah.
Dikutip dari laman Kompas.com, tahun 2012 sebuah artikel jurnal yang dipublikasikan menerangkan bahwa para peneliti menemukan perubahan aktivitas nyamuk setelah melakukan pengamatan di Desa Pa’lanassang, Makassar.
Peneliti menyebutkan bahwa penelitian sebelumnya yang dilakukan di Malaya Peninsula menunjukkan nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus mengisap darah dari senja hingga dini hari.
Namum nyatanya, penelitian terbaru membuktikan bahwa aktivitas nyamuk menghisap dara yang paling tinggi dilakukan pada petang hari, mulai jam 17.00 -18.00 WIB. Peneliti juga menyebutkan bahwa penelitian ini juga menggunakan umpan orang dalam (UOD) maupun umpan orang luar (UOL)
Penelitian yang dipimpin oleh Dr Syahribulan itu juga menemukan waktu aktivitas terendah. “Aktivitas Ae. aegypti dan Ae. albopictus terendah terjadi pada pukul 12.00-14.00 WITA,” tulis para peneliti. “Baik nyamuk Ae. aegypti maupun Ae. albopictus ditemukan menghisap darah pada malam hari pukul 18.00-20.00 WITA,” paparnya kepada Kompas.com.
Tak hanya itu, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa setiap jenis nyamuk memiliki tempat yang berbeda saat menghisap darah manusia.
Ternyata nyamuk Ae.aegypti lebih banyak mengisap darah di dalam rumah, sementara Ae.albopictus di luar rumah.
Memang, penelitian masih terus dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti perbedaan waktu aktivitas mengisap darah kedua nyamuk ini. Namun, dari penelitian yang telah dilakukan bisa diperkirakan bahwa hal ini dipengaruhi oleh sebagian penduduk.
“Dalam hal ini adalah ibu rumah tangga yang melakukan aktivitas misalnya: mencuci, dan beristirahat di luar rumah hingga sore hari,” terang peneliti.
Para peneliti akhirnya menyarankan agar dinas terkait serta tim juru pemantau jentik nyamuk terus mengevaluasi kembali program pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Serta memberikan informasi terkait dengan perubahan waktu aktivitas menghisap darah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus untuk mengantisipasi risiko penularan demam berdarah.
Harapannya, demam berdarah pada anak pun bisa dicegah.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah demam berdarah pada anak?
1. Pastikan rumah dalam kondisi bersih
Coba perhatikan, bagaimana kondisi rumah? Apakah banyak barang atau baju yang bertumpuk di setiap sudut rumah? Salah satu upaya mencegah demam berdarah adalah dengan memastikan rumah bersih.
Selain itu, perhatikan juga apakah ada genangan air di vas bunga atau wadah lain yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang.
2. Gunakan kasa nyamuk
Cegah masuknya nyamuk dengan menggunakan kasa nyamuk di setiap jendela atau pintu rumah.
3. Jadwal ulang kegiatan di luar ruangan
Baiknya, hindari berada di luar ruangan pada waktu di mana nyamuk DBD sedang aktif.
4. Pastikan anak mengenakan pakaian yang bisa melindungi kulit
Saat beraktivitas di area atau lingkungan yang berisiko banyak nyamuk, pastikan anak mengenakan baju lengan panjang, celana panjang, kaus kaki dan sepatu.
5. Jangan lupa imunisasi
Tahukah Parents bahwa saat ini sudah ada vaksin untuk demam berdarah? Namun vaksin ini memang baju ditujukan untuk anak usia 9 hingga 16 tahun.
Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro SpA(K) sebagai Peneliti Utama saat melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin DBD, telah membuktikan kalau vaksin ini efektif mengurangi risiko penularan DBD hingga 65,6 persen.
6. Gunakan obat nyamuk, atau lotion
Cara pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan obat nyamuk dan lotion. Namun, perhatikan juga penggunaannya, jangan sampai berlebihan dan pilih produk yang terbaik.
Baca juga:
Waspada Penularan DBD pada Anak Saat Mudik, Cek Gejala hingga Cara Mencegahnya!