Kedatangan David Beckham ke Indonesia ternyata memang memiliki misi tersendiri, salah satunya sebagai Duta Unicef, organisasi PBB, bertujuan untuk kampanyekan pesan anti-bullying.
Seperti yang diberitakan oleh Detik Sport, pesepakbola legendaris ini datang ke Semarang dan mengunjungi SMPN 17 untuk menemui seorang anak remaja bernama Sri Pundati atau yang kerap disapa Sripun.
Sripun kampanyekan anti-bullying di Instagram David Beckham
Sripun merupakan salah seorang wajah anak remaja Indonesia yang sempat menjadi korban bullying secara verbal. Kedatangan David Beckham ke Indonesia ini pun untuk memberikan dukungan pada remaja seperti Sripun agar bisa lebih ‘bersuara’ jika menjadi korban bullying.
Salah satu bentuk dukungan Beckham terhadap Sripun dilakukannya dengan memberikan izin pada remaja asal Tembalang ini untuk menggunakan Instagram-nya.
Sripun kemudian memanfaatkannya dengan memberikan beberapa pesan anti-bullying. Salah satunya lewat cara yang cukup sederhana, yaitu memanggil nama teman dengan nama sebenarnya. Bukan dengan sebutan atau panggilan tertentu yang sebenarnya tanpa disadari bisa menyakiti.
Salah satu misi David Beckham ke Indonesia: saatnya remaja menjadi agen perubahan
Tidak hanya Sripun, saat remaja David Beckham pun sempat menjadi korban bullying. Tidak salah jika kedatangan David Beckham ke Indonesia akhirnya memberikan misi yang terkait dengan bullying.
Dikutip dari laman Tribun, lewat video yang dilis di lama resmi UNICEF, suami Victoria Beckham ini menceritakan kisah remajanya. Di mana ketika remaja ia sudah fokus dengan sepakbola sehingga sehari-harinya hanya dihabiskan untuk bermain sepakbola saja. Berbeda dari remaja kebanyakan, yang sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya, Beckam justru sebaliknya.
“Aku hanya fokus dengan sepakbola dan tidak ingin pergi keluar bersama teman-temanku. (Temanku) anak-anak yang keren.”
Mantan kapten Timnas Inggris ini juga mengingatkan pada semua anak, jika menjadi korban bullying, tidak perlu ragu untuk memberitahukan pada guru dan orangtua. Hal ini bisa mencegah tindak bullying terus berlanjut.
“Ketika aku di-bully, aku tidak memberitahu siapa pun yang mana itu adalah hal yang salah. Seharusnya aku memberitahu guru-guruku dan orangtuaku tapi aku takut, jadi aku tidak memberitahu siapa pun,” ujar Beckham.
Dengan kedatangan David Beckham ke Indonesia dan bertemu dengan Sripun, ia berharap agar gadis remaja ini bisa menjadi agen perubahan dan memberikan inspirasi bagi remaja lainnya.
“Seorang remaja. Seorang inspirasi. Seorang agen perubahan. Saya sangat senang bahwa kalian semua punya kesempatan bertemu Sripun yang berusia 15 tahun ini dengan saya, untuk melihat perjuangan luar biasa darinya mengatasi kekerasan di sekolah,” tulis Beckham di akunnya.
“Dia pernah mengalami bullying di sekolahnya dan merasa dikucilkan teman-temannya, tapi telah memfokuskan diri untuk mendukung orang lain melewati masa-masa sulit. Dia dinominasikan oleh rekan-rekannya untuk jadi agen perubahan dan sekarang menginspirasi yang lain untuk berhenti mem-bully, sehingga para pelajar bisa merasa aman belajar.”
Baca juga : Siapa aku? Memahami Perkembangan Usia Remaja
Mengapa tindak bullying rentan dialami anak remaja?
Terkait dengan usia remaja, Psikolog Spesialis Perkembangan Anak, Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi mengatakan bahwa fase perkembangan anak memang punya tantangan masing-masing. Termasuk menghadapi anak-anak yang mulai masuk pada usia pra-remaja.
“Saat anak masuk usia pra-remaja, mereka ini sudah memiliki keinginan sendiri. Berbeda dari anak balita, yang memang mudah mengikuti keinginan orangtuanya.”
Tidak mengherankan jika akhirnya ada banyak tantangan yang akan Parents hadapi saat anak memasuki fase ini, salah satunya adalah mendampingi anak remaja saat dirinya mengalami, peer pressure, termasuk risiko adanya bullying. Perlu digaris bawahi bahwa tindak bullying tidak hanya bisa dilakukan dan dialami anak-anak yang memasuki fase pra-remaja dan remaja saja.
Namun, salah satu masalah yang perlu diperhatikan saat anak memasuki usia pra-remaja adalah adanya tekanan teman sebaya menjadi problem tersendiri yang harus diperhatikan.
Psikolog anak dan remaja ini menyarankan ketika anak mengalami peer presure, baik di lingkungan sekolah atau lingkungan pertemanannya lainya, Parents perlu mendengarkan lebih dulu keluh kesah anak. Jangan sampai memberikan respon yang bisa dianggap oleh anak bahwa apa yang ia alami tidaklah penting.
“Jadi jangan bilang, ‘Ah sudah, lupakan saja. Hal seperti itu, kok, dipikirin’. Dalam hal ini orangtua tidak bisa meremehkan atau mengecilkan perasaan anak. Jangan sepelekan apa yang dirasakan anak. Coba untuk memahami dan berada dalam posisi mereka,” tegasnya.
Selanjutnya ajak anak berdiskusi untuk mencari jalan keluar, Parents pun perlu terus memantau kondisi anak.
“Memang tidak semua anak bisa mudah bercerita, jika seperti itu lebih baik kita dahulukan dengan sharing apa yang sudah kita lewati. Kemudian, baru kita pancing untuk mengetahui perasaan dan emosinya dan biarkan anak untuk bisa mencari solusi dengan pemikirannya sendiri”.
Baca juga:
Mengapa Remaja Suka Memberontak?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.