Menstruasi terjadi rutin setiap bulan pada perempuan, ada wanita yang sakit selama berhari hari selama darah menstruasi keluar. Adapula yang malah segar bugar dan bisa beraktifitas seperti biasa ketika sedang menjalaninya. Semua bergantung pada kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh masing-masing.
Selain menentukan masa subur atau tidaknya seorang wanita, kondisi darah menstruasi juga bisa menjadi penanda apakah Anda sehat atau tidak. Meski persoalan haid jarang dibicarakan, karena dianggap hal yang biasa bagi perempuan, ada baiknya Anda mengetahui kondisi kesehatan sendiri melalui darah menstruasi yang Anda keluarkan.
Melansir dari Scoopwhoop, berikut ini adalah panduan untuk mengetahui kondisi kesehatan sendiri berdasarkan darah menstruasi.
1. Darah menstruasi yang keluar hanya sedikit
Darah menstruasi yang keluar sedikit-sedikit menandakan ada ketidakseimbangan hormon dalam tubuh Anda. Selain itu, faktor stres, kurangnya nutrisi, serta masalah tiroid dan kelenjar pituitary juga bisa memengaruhi kondisi darah menstruasi yang keluar sedikit ini.
Sedikitnya darah menstruasi yang keluar juga bisa menandakan bahwa Anda terkena sindrom ovarium polikistik, kelainan auto imun, atau mullerian (kelainan pada hymen yang membuatnya menghambat aliran darah menstruasi). Meski demikian, jika Anda sedang memakai alat kontrasepsi, darah haid yang sedikit adalah normal.
Artikel Terkait: Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS), yang Membuat Wanita Sulit Hamil
2. Darah menstruasi keluar terlalu banyak
Darah menstruasi yang terlalu banyak keluar, bisa menyebabkan Anda terkena anemia. Juga bisa memicu timbulnya fibroid yang mengancam kesuburan Anda, pertumbuhan jaringan di dinding rahim, polip, tumor di rahim atau serviks, bahkan endometriosis.
Kondisi ini lazim dialami oleh wanita di atas usia 35 tahun. Jadi berhti-hatilah jika Anda berusia lebih dari 35 tahun dan sering mengalami menstruasi dengan darah yang keluar berlebihan.
3. Darah yang keluar setelah periode menstruasi selesai
Bila Anda mengeluarkan darah setelah periode menstruasi selesai, hal ini bisa menjadi tanda bahwa Anda mengalami infeksi vagina, polip serviks atau polip rahim, atau ketidakseimbangan hormon.
Bagi mereka yang sedang mengonsumsi pil KB, hal ini lazim terjadi. Namun jika Anda sedang tidak ber-KB, kemudian mengeluarkan darah padahal menstruasi sudah selesai, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
4. Sakit saat haid
Beberapa wanita mungkin mengalami kesakitan hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur saat haid. Ada pula yang mengalami kram, dan nyeri di perut ketika menstruasi. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh hormon prostaglandin, yang membuat terjadinya pembengkakan di dalam tubuh.
Namun, kram dan nyeri di perut bagian bawah bisa memicu penyakit serius seperti endometriosis. Yakni kondisi dimana jaringan di dalam rahim tumbuh di luar rahim (biasanya di area pelvis), dan ketika jaringan ini mulai luruh, darah tidak memiliki tempat untuk mengalir sehingga menyebabkan inflamasi dan sakit luar biasa.
5. Warna darah haid
Mengenali perbedaan warna darah Anda selama haid, bisa membantu Anda mengetahui kondisi kesehatan hormon Anda sendiri. Biasanya, para wanita akan mengalami 3 jenis warna darah selama periode haid mereka. Yakni sebagai berikut:
- Darah menstruasi berwarna seperti blueberry beku yang dihancurkan. Ini menandakan level estrogen yang lebih tinggi, biasanya terlihat di bagian siklus haid yang berat.
- Berwarna seperti selai stroberi. Warna darah menstruasi seperti ini, menandakan tingkat estrogen yang rendah. Yang bisa memicu kekeringan vagina, libido rendah, rambut rontok dan kelelahan.
- Darah menstruasi berwarna seperti jus cranberry. Warna ini menandakan siklus menstruasi Anda berjalan normal, namun kenormalan ini juga cenderung memicu PMS.
Artikel Terkait: Tips Membebaskan Diri Dari PMS (Pramenstruasi)
6. Frekuensi haid
Frekuensi haid yang Anda alami juga bisa memberikan Anda pertanda tentang kondisi kesehatan Anda. Menstruasi yang terlambat dan susah hamil menandakan hormon di tubuh Anda tidak seimbang. Dalam kasus ini, sebaiknya Anda segera berkonsultasi ke dokter.
***
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.