Sering dikatakan bahwa anak-anak merupakan pihak yang paling menderita saat orang tua mereka bercerai. Benarkah demikian? Apa sesungguhnya dampak perceraian untuk anak-anak.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Singapura, dampak perceraian cukup signifikan dan berlangsung lama. Ikuti persembahan kami berikut tentang pengaruh perceraian bagi kejiwaan anak-anak, dan saran kami untuk menghindarinya.
Dampak jangka panjang perceraian
Penelitian yang dilakukan NHS menyimpulkan bahwa dampak perceraian secara jangka panjang diantaranya adalah membuat anak menjadi lebih agresif, sedih terus menerus dan hampa.
Penelitian tersenut juga menyimpulkan bahwa perceraian mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan anak dan juga mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya.
Saat penelitian para peneliti mengajukan pertanyaan pada 1500 orang tentang pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa perceraian merupakan faktor yang memberikan nuansa kelam pada masa kanak-kanak seseorang, bersama dengan sejumlah faktor lain seperti kekerasan rumah tangga atau ketergantungan narkoba.
Profesor Mark Bellis, ketua tim peneliti mengatakan, “Kami terkejut mengetahui besarnya pengaruh peristiwa yang dialami pada masa kanak-kanak. Dan hal ini merupakan suatu catatan penting bagi permulaan hidup setiap manusia … Jika kita memahami mengapa berbagai masalah muncul, maka kita bisa mencegahnya sebelum terjadi.”
Memperkuat pondasi
Masa kanak-kanak merupakan pondasi bagi kehidupan seorang anak selanjutnya, dan pondasi yang tak stabil mengakibatkan berbagai masalah di masa depan, sebagaimana disimpulkan oleh para peneliti. Maka jika sebuah perceraian terjadi pada keluarga seseorang yang berusia sangat muda, hal ini akan dicatatnya dengan tinta merah di otak dan akan terus diingat sampai entah kapan.
Masa kanak-kanak yang semestinya dihabiskan dengan keceriaan berubah menjadi gelap gulita saat seorang anak dihadapkan pada kenyataan bahwa ayah dan ibunya berpisah.
Hasil penelitian tersebut sebaiknya menjadi bahan pertimbangan bagi para orang tua sebelum mereka ‘menghancurkan’ masa depan buah hati mereka sendiri. Menjaga langgengnya sebuah ikatan pernikahan adalah suatu keharusan dan solusi satu-satunya bagi masalah ini.
Menjelaskan perceraian pada anak
Terdapat beberapa cara untuk menjelaskan perceraian kepada si kecil. Dikutip The Indus Parent, berikut ini cara yang bisa dijelaskan ke anak tentang bagaimana menghadapi konsekuensi yang ditimbulkan perceraian pada anak.
Terangkan situasi kedua orangtua dengan kalimat sederhana
Bunda dan suami berusahalah jujur pada anak melalui kalimat sederhana yang bisa dimengerti olehnya. Katakan bahwa ayah dan ibunya kadang bertengkar seperti halnya ia bertengkar dengan temannya.
Beritahulah si kecil bahwa ayah dan ibu selalu menyayanginya dan sangat bahagia dengan keberadaannya. Kemudian jelaskan bahwa ayah dan ibu akan memiliki dua rumah, dan keduanya adalah rumah untuk sang anak.
Tegaskan bahwa dia bukan alasan orangtua bercerai
Memastikan bahwa s kecil memahami bahwa dia bukanlah alasan ayah dan ibunya tak bisa bersama lagi adalah hal yang paling penting. Hal ini untuk mencegah anak merasa bersalah dan merasa dirinya tak berharga karena permasalahan kedua orangtua dan perceraian tersebut.
Jangan bertengkar di depan anak
Saat perceraian sudah diambang mata, Anda dan pasangan cenderung lebih sering berdebat bahkan bertengkar. Usahakan agar anak tidak menyaksikan pertengkaran Anda.
Melihat kedua orangtua bertengkar akan berdampak buruk pada psikologis anak. Karenanya, pastikan bahwa anak Anda sedang berada di tempat lain atau sedang tertidur jika Anda dan pasangan mulai berargumen.
Bantu anak melampiaskan apa yang ia rasakan
Ketika si kecil mulai menunjukkan perilaku emosional, bicaralah dengannya dan tanyakan apakah dia merasa sedih atas sesuatu, atau apakah dia ingin menangis.
Membantu anak untuk mengungkapkan perasaan lewat tangisan bisa mengurangi ketegangan emosional yang ia alami. Karena jika terus dipendam, akibatnya bisa lebih buruk bagi anak. Jadi meski keadaan masih ada ketegangan, penting untuk selalu menjaga perasaan dan emosi anak.
Baca juga beberapa artikel menarik ini :