Masturbasi merupakan aktivitas seksual untuk mendapatkan rangsangan yang dilakukan diri sendiri. Meskipun aktivitas ini normal, namun perlu diketahui bahwa akan ada dampak masturbasi khususnya jika dilakukan secara berlebihan.
Mendengar kata mastrurbasi, apa sih, yang terbersit dalam benar parents? Merangsang alat kelaminnya untuk kesenangan seksual? Atau sebuah upaya untuk mendapatkan orgasme.
Faktanya, mastrubasi ini memang normal dilakukan baik lelaki ataupun perempuan. Seseorang bermasturbasi tentu saja dilandasi beragam alasan. Termasuk untuk mendapat kesenangan, kenikmatan, dan melepas ketegangan. Ada yang melakukannya sendirian, tapi ada pula yang masturbasi bersama pasangan.
Meskipun tidak berbahaya, faktanya beberapa orang mungkin saja merasakan dampak negatif akibat melakukan masturbasi. Terlebih lagi jika dilakukan secara berlebihan. Apa saja, sih?
Artikel terkait: Masturbasi saat hamil, baik atau buruk untuk janin? Begini penjelasannya!
5 Dampak Masturbasi yang Wajib Parents Ketahui
Umumnya dampak masturbasi ini lebih sering dialami pria dibandingkan wanita. Mengingat, beberapa penelitian mengatakan kalau pria memang lebih sering melakukannya ketimbang wanita.
1. Infeksi
Jika seseorang terlalu keras melakukannya, salah satu yang kerap dirasakan saat masturbasi adalah radang kulit atau terjadinya infeksi. Hal ini memang disebabkan karena gerakan masturbasi yang terlalu sering. Tak hanya pada penis, iritasi juga bisa terjadi pada tangan yang digunakan. Namun, kondisi ini biasanya akan sembuh dalam beberapa hari.
Jika pria sering melakukan masturbasi dalam waktu singkat, mereka mungkin akan mengalami sedikit pembengkakan pada penis yang disebut edema. Pembengkakan ini juga biasanya akan hilang dalam beberapa hari.
Efek samping potensial lainnya termasuk:
2. Perasaan bersalah
Faktanya, saat melakukan masturbasi, tidak sedikit yang akhirnya menimbulkan perasaan bersalah. Beberapa orang yang khawatir bahwa masturbasi bertentangan dengan kepercayaan agama, spiritual, atau budaya, sehingga mereka muncullah perasaan ini.
Untuk menghilangkan perasaan bersalah, bisa dilakukan dengan cara membicarakannya pada orang yang Anda percaya, termasuk ahli kesehatan, atau terapis di bidang kesehatan seksual. Cara ini dipercaya bisa membantu seseorang untuk memindahkan perasaan bersalah atau malu masa lalu yang berhubungan dengan masturbasi.
Artikel terkait: Ssst… Ini Lho 5 panduan masturbasi untuk para wanita yang patut dicoba
3. Sensitivitas seksual menurun
Jika pria sering melakukan masturbasi yang agresif pada penis mereka, salah satu risiko yang bisa terjadi adalah penurunan sensasi seksual. Seorang pria dapat menyelesaikan ini dari waktu ke waktu dengan perubahan teknik.
Stimulasi yang ditingkatkan, seperti menggunakan vibrator, dapat meningkatkan gairah dan fungsi seksual secara keseluruhan pada pria dan wanita. Wanita yang menggunakan vibrator telah melaporkan peningkatan fungsi seksual dan pelumasan, sementara pria mengalami peningkatan fungsi ereksi.
Oleh karena itu, frekuensi masturbasi tentu saja perlu dikontrol untuk bisa memertahankan rasa sensitif terhadap sentuhan orang lain.
4. Memicu Stres atau depresi
Hati-hati, seringnya melakukan masturbasi justri bisa berisiko sebabkan seseorang mengalami depresi. Nyata, ketika seseorang terbiasa melakukan masturbasi hal ini bisa memunculkan kecanduan. Ketika tidak melakukannya, maka bisa berisiko timbulnya rasa stres atau depresi.
Selain itu, penelitian yang diterbitkan di The American Journal of Psychiatry mengatakan risiko depresi meningkat jika pria kecanduan masturbasi. Kondisi psikologis bisa memburuk karena rasa bersalah yang muncul usai masturbasi.
5. Berisiko sebabkan kanker prostat
Pernah mendengar anggapan yang mengatakan bahwa masturbasi bisa mencegah kanker prostat? Sebenarnya, terkait hal ini memang masih menimbulkan pro kontra. Pasalnya, sampai sekarang masih belum ada penelitian yang menyebutkan kalau masturbasi dengan penurunan risiko kanker prostat.
Untuk memastikan dan mendapat kesimpulan, tentu saja masih diperlukan proses penelitian yang cukup panjang.
Sebuah studi tahun 2003 menunjukkan bahwa pria yang mengalami ejakulasi lebih dari lima kali setiap minggu selama usia 20-an mereka sepertiga lebih kecil untuk mengembangkan kanker prostat yang agresif daripada mereka yang jarang melakukan ejakulasi.
Para peneliti berspekulasi bahwa pengurangan risiko itu berkaitan dengan seringnya ejakulasi karena bisa mencegah penumpukan gen penyebab kanker di kelenjar prostat.
Studi lainnya yang dilakukan tahun 2016 juga menyatakan bahwa pria yang mengalami ejakulasi 21 kali per bulan atau lebih memiliki risiko lebih rendah terkena kanker prostat.
Sebaliknya, sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa aktivitas seksual yang sering terjadi pada pria berusia 20-an dan 30-an meningkatkan risiko kanker prostat, terutama jika ia melakukan masturbasi secara teratur.
Dampak Kecanduan Masturbasi
Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa individu dapat melakukan masturbasi lebih dari yang mereka inginkan, yang dapat:
- Menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan, sekolah, atau acara sosial penting lainnya
- Mengganggu fungsi atau aktivitas sehari-hari
- Memengaruhi tanggung jawab dan hubungan mereka
- Berfungsi sebagai pelarian dari masalah hubungan atau menggantikan pengalaman kehidupan nyata
- Seseorang yang berpikir mereka mungkin akan terkena dampak buruk dari praktik masturbasi mereka harus berbicara dengan seorang profesional kesehatan.
Untuk mencegah dampak masturbasi negatif ini, sangat disarankan untuk melakukan menyarankan terapi untuk menentukan cara-cara mereka dapat mengatur perilaku seksual. Berkonsultasi dengan terapis seks juga dapat membantu mengatasi strategi untuk masturbasi yang berlebihan.
Referensi: Medical News Today
Baca juga:
99 gaya bercinta ala Kamasutra, Bunda dan Ayah wajib coba setiap posisi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.