Benarkah ada dampak buruk pil KB?
Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling sering digunakan setelah suntik KB. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, pengguna pil KB di Indonesia sebanyak 14%, dan suntik KB sebesar 32%.
Sayangnya, berbagai dampak buruk pil KB bagi kesehatan perempuan sering menjadi penyebab berhentinya program keluara berencana sebelum waktunya. Selain itu, anggapan bahwa KB hanya tugas perempuan, juga menambah beban mental pada ibu.
Artikel Terkait: Risiko Kesehatan Serius dan Efek Samping KB
Baru-baru ini, sebuah studi dilakukan untuk meneliti dampak pil KB terhadap kesehatan perempuan. Penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Fertility and Sterility terkait dengan dampak buruk pil KB.
Dampak buruk pil KB
Seperti dilaporkan oleh laman Science Alert, para peneliti mengambil subjek 340 orang perempuan sehat, dengan rentang usia 18-35 tahun.
Para subjek diberi pil plasebo (obat tanpa bahan kimia, yang digunakan sebagai sugesti semata) dan pil KB yang mengandung ethinylestradiol dan levonorgestrel dalam jangka waktu tiga bulan.
Sebelum diberikan pil KB, para subjek menjalani uji kesehatan terkait berat, tinggi badan, serta tekanan darah. Mereka juga menjalani tes kesehatan mental.
Pada akhir masa penelitian, mereka menjalani serangkaian tes yang sama. Sehingga peneliti bisa membandingkan hasilnya dengan tes yang pertama.
Para subjek yang diberikan pil KB melaporkan bahwa mereka memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang diberikan pil plasebo.
Hal ini membuat peneliti menyimpulkan bahwa, pil KB memengaruhi kualitas hidup perempuan yang mengkonsumsinya. Kendali diri dan tingkat energi si perempuan akan turut terpengaruh.
Namun demikian, ada beberapa kekurangan dalam penelitian yang masih terbilang kecil ini. Di antaranya:
- Hasil penelitian hanya bisa diterapkan pada objek yang mengonsumsi pil KB dengan kandungan ethinylestradiol dan levonogestrel
- Studi ini hanya melihat dampak pil KB setelah tiga bulan. Dibutuhkan pemantauan lebih lama untuk menghasilkan data yang lebih akurat tentang efek pil KB.
Meski dibilang penelitian ini hanya menampakkan hasil yang terlalu dini, namun perempuan yang sering mengalami masalah karena konsumsi pil KB kini bisa merasa yakin tentang efek samping pil KB secara ilmiah.
Niklas Zethraeus, salah satu peneliti dalam studi ini mengatakan, “Penurunan kualitas hidup yang ditemukan dalam penelitian ini harus menjadi bahan perhatian. Dan menjadi bahan pertimbangan saat memilih metode atau alat kontrasepsi.”
Kehamilan terjadi karena keterlibatan suami dan istri, karena itu dalam menjalani kontrasepsi, sudah seharusnya pihak lelaki pun turut andil.
Dampak negatif dari alat kontrasepsi pada perempuan semestinya menjadi perhatian, dan para suami harus lebih aktif lagi ambil bagian dalam pencegahan kehamilan.
Ada berbagai alat kontrasepsi untuk lelaki, seperti kondom. Bahkan suami bisa melakukan vasektomi jika memang benar-benar tidak ingin memiliki anak lagi.
Manfaat kontrasepsi untuk keluarga, menurut WHO.
1. Mencegah risiko kesehatan terkait kehamilan
Kemampuan seorang wanita untuk memilih kapan akan hamil dan memiliki anak akan berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya.
Kontrasepsi memungkinkan jarak kehamilan dan dapat menunda kehamilan pada wanita usia muda dengan peningkatan risiko masalah kesehatan dan kematian akibat persalinan dini. Alat kontrasepsi pun bisa mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, terutama pada wanita dengan usia tua yang mengalami peningkatan risiko kehamilan.
Kontrasepsi juga memungkinkan wanita yang ingin membatasi jumlah keluarga. Bukti menunjukkan, wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko lebih tinggi mengalami kematian. Dengan mengurangi angka kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga berencana juga mengurangi angka aborsi tidak aman.
2. Mengurangi kematian bayi
Kontrasepsi dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak pendek dan tidak tepat waktu, yang berkontribusi pada beberapa tingkat kematian bayi. Bayi dari ibu yang meninggal akibat melahirkan juga memiliki risiko kematian yang lebih besar dan kesehatan yang buruk.
3. Membantu mencegah HIV / AIDS
Kontrasepsi mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di antara wanita dengan HIV, sehingga lebih sedikit bayi dan anak yang terinfeksi HIV. Selain itu, kondom pria dan wanita memberikan perlindungan ganda terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan terhadap IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk HIV.
4. Mengurangi kehamilan remaja
Remaja hamil lebih cenderung mengandung bayi prematur atau berat badan kurang. Bayi yang lahir dari ibu remaja memiliki angka kematian neonatal yang lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil harus meninggalkan sekolah. Ini memiliki implikasi jangka panjang bagi mereka sebagai individu, keluarga, dan komunitas.
5. Memperlambat pertumbuhan populasi
Keluarga berencana adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan populasi yang tidak berkelanjutan dan dampak negatif yang dihasilkan pada ekonomi, lingkungan, dan upaya pembangunan nasional dan regional.
Semoga bermanfaat.