Apakah Anda merasakan sakit yang teramat sangat secara fisik saat pertamakali menyusui? Hingga membuat Anda merasakan berbagai emosi negatif seperti stres dan frustasi? Kondisi ini dinamakan D-MER dan biasa terjadi pada ibu menyusui.
Seorang ibu bernama Tania mengungkapkan perasaannya saat mengalami kondisi tersebut.
“Dalam jangka waktu beberapa detik saat bayiku mulai menyusu, bersamaan dengan itu ASI-ku mulai keluar. Namun pada saat itu aku merasakan gelombang kesedihan dan kegelisahan melingkupi diriku. Perasaan tersebut hanya bertahan beberapa detik, tapi selama beberapa detik itu aku merasa ingin mati. Perasaan itu begitu kuat, dan aku sangat ingin menyakiti bayiku karena membuatku merasakan hal seperti itu.”
Apa yang diceritakan Tania memang mirip dengan gejala depresi, namun sesungguhnya apa yang ia alami bukan baby blues maupuan depresi pasca melahirkan, melainkan D-MER.
Apa itu D-MER?
D-MER (Dysphoric Milk Ejection Reflex) adalah suatu kondisi yang dialami ibu saat pertamakali menyusui, D-MER ditandai dengan munculnya perasaan negatif yang kuat secara mendadak yang terjadi sesaat sebelum ASI mengalir keluar (letdown reflex).
Dysphoria (disporia) didefinisikan sebagai suasana hati yang tidak nyaman, seperti kesedihan, perasaan depresi, gelisah, lekas marah, atau perasaan sangat lelah seperti kurang istirahat.
D-MER hanya berlangsung selama beberapa detik, atau beberapa menit sebelum ASI mengalir keluar saat letdown reflex (LDR). Dengan kata lain, ibu merasakan emosi negatif hanya sesaat sebelum ASI mengalir keluar dan bertahan hanya beberapa menit selama LDR.
D-MER baru ditemukan beberapa tahun lalu, istilah ini diciptakan oleh sebuah kelompok di Amerika Serikat yang beranggotakan pada ahli laktasi.
Awalnya mereka tidak bisa menemukan alasan mengapa beberapa ibu menyusui, mengalami perubahan emosi yang drastis dan tidak bisa dijelaskan saat sedang menyusui.
Jenis-jenis D-MER
Ada tiga gejala D-MER yang biasa dialami ibu saat pertamakali menyusui.
- Kesedihan
- Kegelisahan
- Gejolak emosi negatif yang kuat
Pengalaman D-MER masing-masing ibu berbeda, karena hal ini tergantung dimana dysphoria (gejolak emosi negatif) memengaruhi spektrum emosi ibu. Karenanya, kondisi ini bisa sangat bervariasi. Dari sekedar hanya mengalami homesick, hingga kemarahan besar.
Intensitas kondisi D-MER juga bervariasi, dari rendah, sedang, hingga parah. Hal ini dipengaruhi oleh seberapa banyak semburan ASI yang ia alami, dan seberapa lama kondisinya menghilang dengan sendirinya.
Masih belum diketahui mengapa beberapa ibu mengalami D-MER sedangkan ibu yang lain tidak. Tetapi para ahli menghubungkannya dengan hormon dopamin di dalam tubuh ibu.
Apa yang terjadi saat letdown reflex atau ASI menyembur
Ketika ASI mengalir dari payudara ibu, atau terjadi rangsangan yang membuat ASI menyembur, hormon prolaktin di dalam tubuh ibu meningkat. Bahkan sebelum ASI mulai mengalir keluar dari payudara ibu.
Dopamin dan D-MER
Sebuah zat kimia di dalam otak yang bernama dopamin, mengendalikan pengeluaran hormon prolaktin. Jadi, agar hormon prolaktin bisa meningkat, maka zat dopamin harus turun dalam jumlah drastis. Dan saat tingkat hormon prolaktin naik secara perlahan, dopamin akan kembali stabil.
Seperti diketahui, dopamin berfungsi untuk mengeluarkan perasaan bahagia dan emosi positif dalam diri seseorang. Sehingga saat dopamin ini turun, maka emosi negatiflah yang muncul.
Para ahli percaya bahwa faktor fisiologis (bukan psikologis, seperti depresi pasca-persalinan) yang berhubungan dengan kondisi ini ada kaitannya dengan turunnya kadar dopamin dalam tubuh secara cepat dan tiba-tiba sebelum ASI keluar. Begitu tingkat dopamin mulai membaik, disporia akan mulai menghilang.
Dopamin adalah hormon yang membuat perasaan seseorang jadi ‘merasa baik’ dan seperti endorfin di sekitar otak. Penurunan kadar dopamin secara cepat dan drastis dapat membuat seorang ibu mengalami D-MER.
Fakta lainnya
Hal yang perlu diketahui seputar D-Mer dan sering disalah pahami
- Reaksi ini bukanlah sebuah respon psikologis pada saat menyusui
- Rasa mual yang diakibatkan oleh gangguan fisik lainnya bukanlah penyebab utama terjadinya disporia
- Post Partum Depression (PPD) tidak sama dengan D-MER
- D-MER bukan disebabkan karena tidak suka menyusui
- Disporia bukanlah hambatan menyusui yang biasa terjadi pada beberapa ibu yang menyusui saat sedang hamil maupun balita yang sudah cukup dewasa untuk disapih. Tapi hanya terjadi pada ibu pada saat menyusui awal
Yang dirasakan ibu saat mengalami D-MER
- Perasaan hampa di perut
- Kegelisahan
- Kesedihan
- Ketakutan
- Gugup
- Cemas
- Gangguan emosional
- Sifat lekas marah
- Tak punya harapan
- Sesuatu di ulu hati
Cara menangani
Penanganan kasus D-MER berbeda-beda, tergantung pada seberapa parah tingkatnya yang dialami oleh si ibu.
1. D-MER ringan
Ibu dengan disporia ringan sering merasa jauh lebih mudah untuk mengelola gejala setelah mereka tahu persis apa yang mereka hadapi. Dengan kata lain, pendidikan tentang kondisi yang dialami dapat membantu ibu merasa lebih baik.
2. D-MER sedang
Para ibu sebaiknya memahami kondisi mereka sehingga bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari apa yang memicu kondisi (misalnya stres, kurang tidur, kafein) dan apa yang membantu meringankan perasaan (misalnya lebih banyak istirahat, minum lebih banyak air, olahraga).
3. D-MER parah
Wanita yang mengalami perasaan seperti depresi berat dan sifatnya sangat ekstrim yang diidentifikasikan sebagai D-MER harus segera menghubungi dokter tanpa penundaan. Seringkali, pengobatan dari dokter melibatkan obat berupa resep yang meningkatkan kadar dopamin.
Namun, solusi alami tertentu, seperti memakan plasentanya sendiri yang telah diubah sebagai kapsul, meminum vitamin B kompleks, atau ramuan Rhodiola (akar mawar atau akar root emas) sebagai suplemen juga dapat membantu.
Menjadikan plasenta sendiri sebagai kapsul memang belum lumrah di Indonesia sehingga seringkali dokter meresepkan obat lainnya yang lebih memungkinkan.
Baca: Adakah Manfaat Makan Ari-ari Bayi Setelah Melahirkan? Ini Hasil Penelitiannya
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, ada baiknya langsung konsultasikan ke dokter sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Memang, tak semua dokter maupun bidan akrab dengan ini, untuk itu, tak ada salahnya untuk mengedukasi diri sendiri dan pasangan agar dapat saling memberi dukungan saat kondisi D-MER ini terjadi.
Referensi: theAsianparent Singapura, D-Mer
Baca juga:
Bunda, kenali 4 tanda depresi paska melahirkan atau postpartum depression ini