Hanya segelintir manusia terpilih yang dipercaya Tuhan mengasuh anak berkebutuhan khusus, salah satunya Dewi Yull. Bukan hanya satu, Dewi dikaruniai 2 orang anak penyandang disabilitas. Curhat Dewi Yull belum lama ini sungguh menyentuh.
Bukan simpati, Dewi dicerca saat memiliki anak yang ternyata tidak sempurna. Terlebih, Dewi juga ditinggalkan oleh suami karena enggan dipologami.
Curhat Dewi Yull Menikah Tanpa Restu
Dinikahi Ray Sahetapy pada 1981 silam, Dewi Yull masih sangat belia dan baru berusia 20 tahun. Kala itu, mereka menikah dengan tentangan oleh keluarga besar terutama orang tuanya.
Bukan tanpa sebab, Dewi dan Ray saat itu berbeda keyakinan. Dewi kala itu adalah Muslim, sementara Ray adalah umat Nasrani.
Membina bahtera rumah tangga, mereka dikaruniai empat anak yaitu (Almarhumah) Gizca Puteri, Rama Putra, Panji Surya, dan si bungsu Mohammad Raya. Sayangnya dua di antaranya, Gizca dan Panji Surya kondisinya tuli dan bisu.
Bukannya empati, kondisi tersebut dicap kutukan oleh banyak pihak karena Dewi nekat menikah tanpa restu keluarga. Faktanya, Ray sebenarnya sudah menjadi mualaf saat memutuskan menikahi Dewi.
Dewi yang kala itu masih muda pun merasa tertekan dan berusaha untuk kuat menjalani pernikahan bersama Ray. Cercaan justeru datang dari keluarga yang seharusnya mendukung.
“Kebayang sih bingung (saat tahu anak didiagnosis mengalami tuli dan bisu), dengan segala kebodohan (masih berusia muda dan nikah) pada saat itu,” ujar Dewi.
“Karena aku enggak disetujui, mulailah ‘itu kutukan’, ‘itu karena tidak direstui orang tua’, padahal ibuku merestui sebelum meninggal, tapi ayahku enggak merestui. Keluarga besarku enggak dengan segala macam alasan,” ujar Dewi saat berbincang dengan Melaney Ricardo di channel YouTubenya, Selasa (25/7/2023).
“Padahal pada saat itu ayahnya anak-anak (Ray) sudah satu iman, tapi tidak boleh dipublikasi demi menjaga semua (keluarga),” sambungnya.
Artikel terkait: Curhat Citra Kirana Suaminya Punya Anak: “Kalau Benar, Aku Menerima“
Berjuang Ajarkan Anak Bicara
Dewi lalu mengisahkan bagaimana ia membesarkan dan mengajarkan anaknya bicara. Setiap hari, Dewi teguh mengajarkan anaknya untuk belajar mengucapkan kata demi kata.
“Jadi itu sudah berjalan latihan bicaranya sudah berjalan 5 tahun, itu ngajarin setiap hari satu kata satu hari satu jam, jadi untuk bicara paling susah itu kalimat huruf mati kan, kayak ‘L’ masih bisa, tapi kalau kayak konsonan ‘Ng’ itu kan susah,” ungkap Dewi Yull.
Hingga ada suatu momen ketika mendiang Gizca tengah malas latihan. Dewi lalu berusaha dan mendorong anaknya itu. Endingnya, Gizca marah dan melemparkan sebuah benda keras ke kepala Dewi.
Akibatnya, kepala Dewi sampai berdarah. Dengan berbesar hati, Dewi maklum dan akhirnya tak lagi memaksa sang anak.
“Dia malas, terus minta satu produk (suatu barang), saya bilang ‘ayo sudah pernah latihan, bisa, bisa’, begitu dia bisa, saya kasih, itu dia lempar (ke arah kepala Dewi Yull), ya capek, kita
Dewi lantas jadi mengingat bagaimana banyak orang terheran-heran ketika Gizca akhirnya bisa bicara layaknya orang normal.
“Itu orang tidak tahu, sampai Gizca bisa bicara, orang bilang ‘kok bisa bicara? Walaupun nggak sempurna’, itu berdarah-berdarah perjuangannya, emang beneran sampai berdarah,” tukas Dewi. Dengan banyaknya tekanan yang terus berseliweran, Dewi akhirnya belajar bahwa orang dekat bisa jadi lebih kejam.
“Jadi kebayang ‘wah ini-itu’, nah dari situ aku belajar, oh tekanan sosial itu lebih jahat ya, lebih kejam ya, itu ada keluarga besar yang ngomong, ‘dosa apa si Dewi sampai dikasih anak begitu’, itu baru satu. Terus saya bilang, ‘saya banyak dosa, karena saya manusia biasa, saya penuh dosa dan kelemahan,” ujar Dewi.
Artikel terkait: Curhat Inge Anugrah Soal Uang: “Penting Perempuan Bicara Keuangan Sebelum Menikah“
Sempat Merasa Lelah dan Ingin Menyerah
Belum berhenti, ujian datang lagi ketika anak sulungnya meninggal di usia 28 tahun. Kepedihan menyelimuti hidup Dewi yang harus merelakan kepergian sang anak tercinta.
Ia dikaruniai anak kedua yang kondisinya sempurna, lalu hadirlah anak ketiga dengan kondisi sama seperti anak sulungnya. Ia terpikir ingin menyerah, bahkan marah pada Tuhan.
“Aku mempertanyakan itu kepada Tuhan, ‘Ini anak laki-laki Tuhan, dia bakal jadi kepala keluarga, kenapa nggak Gizca aja? Aku capek, apa nggak cukup satu aja (yang mengalami tuli)? Jawablah pertanyaanku’,” ujar Dewi.
Sampai hati penyanyi senior ini terketuk ketika ia membaca satu ayat dalam Alquran. Ia menyadari kondisi anaknya adalah suratan takdir dari Tuhan yang terbaik.
“Terus aku doa dan baca Al-Qur’an, pas aku buka, pas banget kalimatnya, ‘Maka dari keduanya, keluarlah mutiara dan marjan’, itu surat Ar-Rahman. Di situ aku nangis, aku minta ampun, nggak akan pernah nanya lagi apapun yang Kau berikan dalam hidupku, aku sumpah kayak gitu,” tutupnya.
Setelahnya, Dewi merasa bersyukur. Ia kembali terkenang momen saat Gizca mengingatkan agar tidak menjadi orang yang tinggi hati.
“Jadi itu luar biasanya apa? Tuhan kasih aku suara, aku juara nyanyi, aku rekaman, dapat penghargaan segala macam. Gizca bilang ‘Ibu nggak boleh sombong, aku nggak bisa dengar suara ibu seperti apa’. Itu memukulku dan nggak akan lupa, ternyata itu rahasia Tuhan supaya aku tetap bisa berdiri sampai hari ini,” jelas Dewi.
“Karena Tuhan kasih pinjam suara ini, tapi ada yang Tuhan yang ambil kenikmatannya, anakku nggak bisa aku ninabobo kan dengan suaraku, dan itu pembelajaran yang dahsyat dari Tuhan,” pungkasnya.
Luar biasa ya kisah hidup Dewi Yull dalam membesarkan dua anaknya yang spesial. Semoga curhat Dewi Yull ini menjadi pengingat agar kita menjadi manusia yang selalu rendah hati dan bersyukur.
Baca juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.