Pahlawan dan garda terdepan dalam menghadapi corona tentu saja tenaga medis. Masyarakat tentu saja setuju dengan pendapat yang satu ini. Setuju? Namun, seorang dokter justru tidak menyetujui hal ini. Belum lama ini, curahan hati tenaga medis terkait ini pun akhirnya ramai tersebar dan dibicarakan di media sosial.
Adalah Dr Michelle Au, spesialis anestesi dari Rumah Sakit Emory St Joseph’s, Amerika Serikat (AS), yang memiliki cara pandang berbeda. Ia justru menganggap kalau garda terdepan dalam menghadapi wabah saat ini justru bukanlah tim medis. Isi hatinya pun ia tuangkan lewat unggahan video di akun Twitter pribadinya @AuforGA.
Curahan hati petugas medis
Masyarakat adalah garda terdepan
Menurutnya, petugas medis di sini berperan sebagai garis pertahanan terakhir dalam ‘peperangan melawan corona’. Tetap, baginya masyarakat luas yang justru menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi dunia ini.
Mewakili jajaran petugas medis yang lain, dirinya berharap agar ‘pertarungan’ melawan corona tidak sampai harus melibatkan pertahanan paling terakhir. Ia berharap agar semua lapisan masyarakat bersama-sama ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan agar tidak terjadi penyebaran yang lebih banyak.
“Kami (tenaga medis) bukan garda depan dalam pertarungan ini, kami sebagai tenaga medis berdiri di barisan belakang, kami adalah garis pertahanan terakhir dan selalu berharap pertarungannya tidak sampai ke kami,” ujar Michelle.
“Garda terdepan dalam penanganan wabah ini adalah kalian, seluruh lapisan masyarakat dengan tugasnya untuk menjaga agar kita semua terjaga dari pandemi ini,” tuturnya kembali.
Artikel Terkait : Sering tak terdeteksi, ini gejala Corona hari ke-1 sampai ke-17, wajib tahu!
Memohon masyarakat agar kooperatif
Michelle pun mengungkapkan bahwa tenaga medis tak bisa sendirian melawan pandemi ini. Sebagaimana masyarakat membutuhkan tenaga medis saat sakit, para medis pun membutuhkan masyarakat untuk upaya pencegahan pada diri sendiri maupun orang terdekat. Hal ini karena bagi Michelle, kesehatan masyarakat merupakan kunci untuk mencegah pandemi semakin berlarut.
“Kamu berjaga dengan cara menerapkan gaya hidup yang bersih. Berjagalah dengan cara mengisolasi diri ketika muncul gejala-gejala, dan semoga pada akhirnya tenaga medis bisa menambahkan vaksin sebagai salah satu upaya memenangkan pertarungan ini,” tuturnya.
Ia pun berterima kasih pada siapa pun yang sudah kooperatif dalam menghadapi pandemi ini dan menjaga diri agar tidak tertular.
“Terimakasih sudah berdiri di garda depan untuk kami semua. Kami sebagai barisan pertahanan terakhir sangat menghargai siapa pun yang kalian lakukan untuk membantu,
Semoga kita semua tetap aman dan saling jaga satu sama lain,” pungkasnya.
Artikel Terkait : Tidak menerapkan lockdown, ini 7 kebijakan pemerintah mencegah penyebaran Corona di Indoensia
Mereka yang telah kehilangan nyawa
Membantu menangani dan melakukan kontak langsung dengan pasien Covid-19, tentu saja membuat para petugas kesehatan rentan tertular virus. Tak hanya di Indonesia, di beberapa negara dengan prevalensi corona yang tinggi, total sekitar 100 orang lebih petugas medis telah gugur.
Melansir Newsweek, berikut ini data angka kematian tenaga medis pada April 2020, baik dokter maupun perawat.
- Italia sebanyak 66 orang
- China sebanyak 13 orang
- Inggris sebanyak 5 orang
- Perancis sebanyak 5 orang
- Spanyol sebanyak 5 orang
- Iran sebanyak 3 orang
- Amerika Serikat satu orang
- Yunani satu orang
- Polandia satu orang
- Pakistan satu orang.
Sementara di Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia menyebutkan kalau dokter yang telah gugur saat menjalankan tugasnya sejumlah 18 orang.
Untuk mencegah angka tersebut semakin melambung, berbagai upaya pencegahan seperti protokol yang sudah ditetapkan pemerintah maupun tenaga medis agar pandemi tidak semakin berlanjut tentu saja perlu dilakukan.
Sudahkah melakukannya dengan disiplin?
Baca Juga :
Viral dokter berusia 80 tahun lawan virus Corona, siapa saja yang berisiko?