Salah satu praktek yang sudah turun temurun di Indonesia dan masih dilakukan sampai sekarang adalah cukur rambut bayi, terutama jika bayi sudah melewati usia 40 hari.
Banyak orang tua percaya bahwa dengan mencukur rambut bayi, maka bayi akan bersih, sehat dan rambut bayi akan tumbuh lagi dengan lebat. Bahkan ada yang mempercayai mitos bahwa mencukur rambut bayi adalah membuang sial.
Tapi seiring dengan berkembangnya informasi, lebih banyak orang tua yang melakukan proses cukur rambut bukan karena hal di atas, melainkan karena rambut anak terlihat memerah atau anak sering kegerahan.
Rambut yang dimiliki bayi ketika baru dilahirkan disebut dengan rambut velus yang memang merupakan rambut sementara. Rambut velus yang halus dan tipis itu akan rontok dengan sendirinya sebelum anak berusia satu tahun dan akan digantikan dengan rambut yang permanen.
Mitos cukur rambut
Jadi sebenarnya ritual cukur rambut bayi agar rambut bayi tumbuh lebih lebat adalah mitos belaka. Karena rambut yang tebal dan lebat pada bayi dipengaruhi oleh faktor genetika dan faktor luar lainnya.
1. Faktor genetika
Tiap anak akan membawa genetika dari orangtuanya, sehingga jika anak berambut tipis, maka kemungkinan besar hal itu keturunan dari ayah, ibu, kakek atau neneknya. Bukan hanya tebal atau tipisnya rambut, warna rambut pun akan dipengaruhi oleh genetika orang tua.
2. Faktor Luar
Faktor luar yang dimaksud adalah asupan gizi, hormon, penyakit, perawatan dan kebiasaan. Sebagai contoh jika anak kekurangan gizi, maka kemungkinan warna rambut berubah menjadi merah warnanya dan lebih mudah patah.
Lalu mengapa ada seorang anak yang lahir dengan rambut tebal bagus, tapi seiring berjalannya waktu rambutnya jadi lebih tipis? Kemungkinan besar perubahan ini dikarenakan hormon androgen.
Saat ia lahir, ia masih membawa hormon androgen dari ibunya. Seiring dengan pertumbuhan bayi, hormon androgen yang terbawa dari ibunya menghilang.
Sementara itu, bayi belum memproduksi hormon androgen sendiri. Oleh sebab itulah rambut yang lama akan rontok dan berganti dengan rambut baru yang merupakan rambut asli si bayi, yang kemungkinan lebih tipis.
Paparan sinar matahari, polusi yang mempengaruhi tekstur rambut, juga merupakan fakto luar yang mempengaruhi kondisi ketebalan rambut. Demikian juga penyakit seperti borok, ketombe, dan juga shampo yang tidak cocok, akan mempengaruhi kondisi ketebalan rambut bayi.
Perhatikan alergi pada anak dalam memilih shampo. Jangan memilih shampo bayi hanya karena produk tersebut mahal dan bermerk, atau karena shampo tersebut murah. Bahkan walaupun sudah memakai shampo hypoallergic yang telah tersedia bebas, si kecil tetap saja bisa alergi. Hal ini biasanya terjadi bila keluarga memiliki keturunan alergi.
Cara memilih shampo untuk bayi adalah dengan mencobakannya langsung kepada si buah hati. Jika terjadi gejala alergi seperti gatal, kerontokan, atau perubahan warna rambut, maka segera hentikan.
Baca juga : Manfaat Mencukur Rambut Bayi
Jadi apakah Anda ingin melakukan ‘ritual’ cukur rambut bayi? Mari berbagi pengalaman, apakah benar rambut si kecil jadi lebih tebal setelah dicukur?
Baca artikel menarik lainnya berikut ini:
- Mengapa Terdapat Tanda Lahir pada Bayi
- Aneka Istilah pada Produk Perawatan Kulit Bayi
- Jangan Sepelekan Alergi pada Anak
- Cara Mengetahui Resiko Alergi pada Bayi