Gejala penyakit yang mirip seringkali bisa membuat dokter salah mendiagnosis pasien. Malangnya, kasus ini dialami oleh bayi dari Veronica dan Scott Rafferty. Putri mereka, Amber, yang lahir prematur meninggal karena meningitis dalam kurun waktu tak lebih dari 24 jam setelah dipulangkan dari rumah sakit. Awalnya ia didiagnosis alami konstipasi. Apa saja ciri ciri meningitis pada bayi?
Kenyataan ini pun membuat Veronica dan Scott menduga pihak rumah sakit melakukan kelalaian yang menyebabkan bayinya meninggal pada Mei lalu.
Dikira hanya sembelit
Kisah tragis ini dimulai ketika Veronica memutuskan untuk datang Rumah Sakit Royal Hospital for Sick Children di Edinburgh setelah dia mengkhawatirkan kesehatan putrinya.
Namun, perempuan berusia 25 tahun itu akhirnya meninggalkan rumah sakit dengan perasaan lega setelah diberi tahu bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kondisi bayinya. Dokter mendiagnosis bayinya hanya mengalami sembelit.
Nyatanya, secara tragis di usia dua bulan, Amber meninggal akibat meningitis pada keesokan harinya. Sekarang Veronica dan suami Scott ingin meminta kejelasan dengan melakukan investigasi, seperti yang dilaporkan Daily Record.
Dalam laporan 10-halaman, NHS Lothian, Lembaga yang menangani Jasa Kesehatan untuk Komunitas, mengatakan mereka tidak mengidentifikasi adanya modifikasi perawatan yang dapat diharapkan untuk mencegah kematian Amber.
Tetapi laporan tersebut menyatakan bahwa tenaga medis telah melakukan penanganan pada Amber hingga akhirnya dirawat di unit gawat darurat. Namun saat itu Rumah Sakit memang tidak menemukan ciri ciri meningitis pada bayi Amber.
Veronica menceritakan awal kisah tragis ini, “Saya bangun dan Amber sedang tidur di keranjang bayinya, tetapi dia tidak bernapas. Saya telah diajarkan pertolongan pertama karena dia bayi prematur jadi saya mulai melakukan CPR.”
“Karena Amber masih terlihat lemas, kami memanggil ambulan. Dia dibawa dengan ambulan dan kami mengikuti di mobil polisi. Hari itu merupakan momen terburuk dalam hidup kami.”
Sang ayah, Scott, 33, menambahkan, “Ketika itu saya sedang bersiap-siap untuk pergi bekerja dan saya mendengar Veronica menjerit. Padahal sehari sebelumnya, kami diberitahu Amber alami sembelit tapi kini ia tidak berdaya. Dia mengalami meningitis dan pada tahap awal. Para tenaga medis saat itu bahkan tidak memutuskan agar anak kami menginap semalam untuk mendapatkan perawatan.”
“Jika memang anak kami dirawat saat itu, mungkin bayi perempuan kami masih hidup,” ujar Scott.
Sesampai di rumah sakit pihak emergency sudah berhasil menyadarkan Amber dan ia diberikan antibiotik dosis tinggi.
Dokter berjuang untuk menyelamatkannya tetapi pasangan itu diberitahu bahwa jantung Amber terlalu lemah untuk bertahan hidup.
“Saya tidak dapat memaksa diri agar anak kami terus mendapatkan batuan dari mesin bantu pernapasan. Tapi, kami merelakan kepergian Amber. Namun saya masih tidak percaya dia pergi meninggalkan kami selama-lamanya,” tukas Veronica.
Perjuangan Amber, bayi yang terlahir prematur
Amber lahir pada 16 Februari dengan usia 28 minggu dan saat itu beratnya tidak lebih dari 1,3 kg. Veronica mengatakan, “Dia sangat kecil ketika lahir. Tapi dia mampu bernapas sendiri dan dia tidak membutuhkan oksigen.”
“Dia adalah bayi pertama kami. Kehamilanku bagus, tapi saya memang menderita diabetes gestasional tapi saya merasa sehat. Tidak ada yang membuat saya khawatir. Namun, pada kehamilan 27 minggu dan lima hari, saya mengalami beberapa kali kontraksi.”
Veronica pun dirawat di rumah sakit, di mana ia mendapat pantauan, dan enam hari kemudian Amber lahir.
“Dia lahir sempurna. Namun ketika itu Amber harus menghabiskan waktu di unit neonatal. Dia seorang pejuang. Saya naik bus setiap hari untuk melihatnya dan merawatnya. Perkembangan Amber sangat baik dan berat badanya juga meningkat dari hari ke hari.
Amber diizinkan pulang pada 21 April lalu. Tapi, sembilan hari kemudian, Veronica melihat Amber kerap mengalami sembelit. Setelah dua hari, Veronika membawa Amber ke rumah sakit.
“Saya membawa Amber ke dokter pukul 8.30 pagi. Tetapi mereka memberi tahu bahwa jadwal praktik dokter pukul 11:40. Jika merasa ini darurat, saya disarankan untuk membawanya ke UGD. Dan saya pun melakukannya.”
Perawat yang menangani Amber saat itu merasa khawatir dengan detak jantung Amber yang cepat. Veronica telah mengklaim bahwa dokter di rumah sakit ketika itu tidak bisa mengakses catatan neonatal, dan dia harus menyampaikan riwayat medis putrinya secara verbal.
“Saya menjelaskan kepada dokter bahwa dia tidak sehat dan saya khawatir dia tidak buang air besar. Ketika itu, dokter menilai dan melihat sebuah titik di dadanya dan bertanya sudah berapa lama. Saya berkata saya tidak pernah melihatnya sebelumnya.
Kemudian mereka bilang Amber baik-baik saja. Saya percaya karena Amber juga mulai terlihat tenang. Dokter meyakinkan saya bahwa denyut jantungnya yang tinggi sebelumnya karena Amber gelisah.”
Namun, Veronica kemudian diberitahu oleh NHS Lothian bahwa dokter telah mendiskusikan kemungkinan Amber mengalami infeksi.
“Saya bukan dokter tetapi jika mereka mengatakan kepada saya bahwa kemungkinan ada infeksi, saya akan mengatakan saya ingin Amber menjalani tes dan pemeriksaan lanjut. Saya tidak tahu sampai semuanya terlambat.”
Ingin mengusut tuntas kasus kelalaian rumah sakit
“Kematian Amber telah membuat kami stres. Kami berusaha untuk mengatasinya tetapi kami tidak lagi tinggal di rumah yang sama. Ini telah menjadi mimpi buruk. Saya tidak bisa mengatakan dengan kata-kata betapa buruknya rasanya,” ungkap Veronica
Scott menambahkan bahwa ia dan Veronica telah menghubungi pengacara untuk mendiskusikan memulai tindakan hukum terhadap NHS Lothian.
“Itu sulit. Mereka mengatakan maaf kepada kami dan mereka setuju bahwa mereka dapat melakukan lebih banyak tetapi itu tidak cukup baik. NHS Lothian melakukan penyelidikan dan telah sampai pada kesimpulan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. Saya benar-benar tidak setuju. Saya hanya ingin menyelamatkan keluarga lain patah hati karena kehilangan anak karena kelalaian,” papar Scoot.
Tracey Gillies, direktur medis NHS Lothian, memberikan keterangan, “Kematian seorang anak adalah peristiwa tragis dan saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga Amber Rafferty.”
“Setelah penyelidikan, yang menyimpulkan bahwa perawatan tepat telah diberikan, anggota tim klinis senior kami bertemu dengan keluarga dan pertemuan tindak lanjut telah ditawarkan.”
Semoga tidak ada lagi bayi yang tidak tertolong akibat salah diagnosis dokter. Selain itu, orangtua juga perlu tahu gejala-gejala penyakit yang bisa menyerang bayi. Salah satunya mengenali ciri ciri meningitis pada bayi.
Ciri ciri meningitis pada bayi yang perlu diketahui
Perlu diketahui bahwa menginitis tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Anak bayi pun memiliki risiko yang sama. Oleh kerena itu, Parents perlu waspada dan mengetahui ciri ciri meningitis pada bayi.
Dikutip dari laman Kompas, penyebab meningitis bisa dilihat berdasarkan kelompok umur. Pada usia bayi baru lahir sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus grup B, Escherichia coli, Listeria monocytogenes. Sementara untuk bayi dan anak disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae tipe b.
Selain itu, ternyata bayi memiliki faktor risiko yang tinggi mengalami meningitis dibandingkan kelompok usia lainnya.
Adapun ciri-ciri meningitis pada bayi yang baru lahir dan balita adalah :
- Demam
- Sakit kepala, dan leher kaku
- Bayi atau batita tampak tidak aktif reaksinya
- Mudah rewel
- Muntah
- Nafsu makannya turun
- ada bayi muda, dokter mungkin mencari fontanel menonjol (soft spot di kepala bayi) atau refleks yang abnormal, yang juga bisa menjadi tanda-tanda meningitis.
Jika Parents menemukan beberapa ciri ciri meningitis pada bayi segeralah menghubungi dokter sehingga si kecil bisa segara mendapatkan perawatan yang diperlukan.
Baca juga:
Bayi baru lahir alami meningitis akibat pompa ASI yang terkontaminasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.