Semakin banyak beredar berita hoax, kenali ciri-ciri berita bohong

Jika tidak mengenali ciri-ciri berita hoax, netizen akan mudah tertipu oleh kebohongan tersebut, bahkan ikut menyebarkan informasi palsu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Berita palsu atau berita bohong yang biasa disebut hoax adalah informasi bohong, namun dibuat seolah-olah benar adanya. Akhir-akhir ini dunia maya banyak dimunculkan hoax oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab. Menjelang Pilpres 2019, temuan hoax di internet semakin meningkat. Kebanyakan hoax yang ditemukan tersebut berkaitan dengan politik. Karena bahayanya, kita harus mengenali ciri-ciri berita hoax.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara memaparkan temuan hoax oleh Kominfo sejak Agustus 2018. Di bulan tersebut, total ada 25 hoax yang kemudian naik tiga kali lipat pada Desember jadi 75 hoax. Secara berturut-turut hoax meroket Januari (175 hoax), Februari (353 hoax), dan Maret (453 hoax). 

“Hoax itu makin ke sini makin banyak,” ungkapnya. 

“Yang paling banyak itu soal politik dan politik pun kebanyakan tentang pemilu, ya karena ada kaitannya akan pemilu,” tambahnya.

Jika tidak mengenali ciri-ciri berita hoax, netizen akan mudah tertipu oleh hoax tersebut, bahkan ikut menyebarkan informasi palsu. Hal ini tentunya akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah. Dilansir pada kompas.com, Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. 

Ciri-ciri berita hoax yang harus dikenali

1. Periksa fakta

Sebelum membaca berita, kita harus perhatikan dari mana berita itu berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selain itu juga harus diperhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

2. Cermati alamat situs

Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena itu, untuk informasi yang diperoleh dari website, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

3.  Cek keaslian foto

Seringkali para pembuat berita palsu mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. 

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

4. Hati-hati dengan judul provokatif

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Oleh karenanya, apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya sebagai pembaca, kita bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.

5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax

Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

Shutterstock

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bagaimana cara melaporkan berita atau informasi hoax

Jika menjumpai informasi hoax dan ingin mencegah agar informasi bohong tersebut tidak tersebar lebih luas, kita bisa melaporkannya melalui sarana yang tersedia di masing-masing media.

Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.

Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.

Jika menemukan konten negatif, masyarakat juga bisa mengadukannya ke Kementerian Komunikasi dan Informatika lewat e-mail ke aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoax.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menkominfo menyampaikan bahwa Kominfo siap menangkal hoax yang semakin akut penyebarannya saat ini, termasuk bersedia membantu para peserta politik yang diserang hoax.

 

Referensi: Kominfo

Baca juga:

Penulis

Kiki Pea