Sebuah kisah memilukan datang dari negeri tirai bambu. Seorang ibu dan ayah harus menghadapi sebuah dilema. Mereka dihadapkan dalam pilihan sulit, di mana harus memilih salah satu dari bayi kembar mereka yang akan bertahan hidup karena mengalami penyakit langka yang disebut Chronic Granulomatous Disease (CGD).
Sepasang bayi kembar yang berusia 10 bulan itu pun diperkirakan sulit bertahan hidup setelah usia mereka menginjak 2 tahun, tanpa pengobatan yang membutuhkan biaya cukup besar.
Bayi kembar dengan Chronic Granulomatous Disease alami sesak napas
Menurut sumber dari Shaoguan Daily, gejala penyakit ini mulai muncul ketika sebulan setelah bayi kembar ini lahir.
Awalnya, sang bayi tertua, Kang Kang mengalami kesulitan bernapas dan harus dirawat di rumah sakit melalui perawatan intensif. Segera setelah itu, bayi termuda Le Le juga mengalami masalah serupa dan harus dirawat di rumah sakit yang sama.
Bayi kembar itu akhirnya didiagnosis dengan Chronic Granulomatous Disease ketika mereka berusia 5 bulan.
Artikel terkait: Perjuangan bayi kembar terkecil, lahir prematur usia 23 minggu dengan berat 500 gram
Chronic Granulomatous Disease pada anak-anak
Chronic Granulomatous Disease atau penyakit granulomatosa kronis adalah jenis penyakit defisiensi imunitas primer, di mana suatu kelompok sel darah putih yang disebut neutrofil, gagal membentuk hidrogen peroksida yang diperlukan untuk melawan infeksi bakteri dan jamur di dalam tubuh.
Penyakit ini tergolong tidak menular dan disebabkan oleh faktor keturunan atau genetik. Mereka yang terkena penyakit ini akan mengalami serangan infeksi berulang karena penurunan kapasitas sistem kekebalan tubuh untuk melawan organisme penyebab penyakit.
Orangtua hanya mampu menanggung biaya untuk 1 anak
Sepasang bayi kembar ini memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup jika mereka menerima transplantasi sumsum. Sebenarnya, Program Donor Sumsum Cina sudah memberikan kabar gembira bahwa mereka telah menemukan donor yang cocok untuk Si Kembar.
Sayangnya, ini membutuhkan biaya yang terlalu besar untuk mereka bayar. Setiap transplantasi bisa menghabiskan biaya sekitar RMB 500.000 atau sekitar lebih dari 1 miliyar rupiah dan total biaya perawatan bisa meningkat hingga RMB 1 juta atau sekitar 2,1 miliyar rupiah.
Sejauh ini, orangtua sang bayi kembar telah menghabiskan sekitar RMB400,000 atau sekitar 854 juta rupiah untuk perawatan bayi mereka. Setelah meminjam uang dari teman dan kerabat, mereka tetap hanya punya cukup uang untuk menyelamatkan satu bayi saja.
Putus asa dan patah hati, mereka akhirnya membuat keputusan yang sulit. Mereka harus memilih salah satu dari bayi mereka untuk mendapatkan transplantasi dan diselamatkan.
Internet sebagai bala bantuan
Setelah melakukan tes dan menimbang-nimbang, akhirnya Kang Kang si bayi tertualah yang terpilih untuk diselamatkan.
Mengetahui apa yang terjadi, sang nenek sempat marah dan menentang gagasan untuk memilih di antara bayi-bayi tersebut.
Untungnya, berita ini sampai ke sebuah yayasan amal Cina, China Charities Aid Foundation for Children. Lembaga tersebut akhirnya memberikan bantuan pada mereka. Mereka membantu melalui sebuah kampanye penggalangan dana untuk menyelamatkan kedua bayi kembar itu.
Sang ayah, Deng mengatakan, “Tuhan tidak tidur. Ia menolong bayi kembarku. Tapi, mereka masih harus berjuang untuk bertahan hidup sampai hari transplantasi tiba,” ungkapnya seperti dikutip dari laman theAsianparent Singapura.
Semoga keluarga ini menerima bantuan yang dibutuhkannya. Kami juga berharap dan berdoa agar kedua saudara kembar itu segera sembuh, ya.