Choipan, salah satu kekayaan kuliner Nusantara yang populer di Indonesia. Begitu terkenalnya, choipan asli Singkawang pernah dimunculkan dalam film nasional.
Berasal dari Kota Singkawang yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, kuliner khas ini bisa ditemukan di kota yang terletak di ujung pantai barat Pulau Kalimantan tersebut.
Choipan yang bermula dari kehadiran komunitas Tionghoa menjadi salah satu andalan di kota satu ini. Hingga saat ini, choipan pun menjadi salah satu kuliner khas Nusantara yang begitu digemari.
Seperti apa sih choipan itu? Yuk, kita ketahui sejarah, asal-usul, seluk beluk dan resepnya.
Sejarah Choipan
Choipan berasal dari bahasa Hakka, “choi” yang berarti “sayur” dan “pan” yang berarti “kue”. Jadi, kudapan satu ini bisa disebut merupakan kue sayur.
Selain dijuluki Kota Seribu Klenteng atau kelenteng yaitu sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia, Kota Singkawang juga dijuluki Kota Amoi karena tempat itu menjadi gudangnya gadis peranakan Tionghoa. Budaya Tionghoa di Kota Singkawang sangat kuat.
Itu bisa dilihat dari kisah berabad-abad lalu. Sejak abad ke-7, orang Tionghoa mulai menetap di Kalimantan Barat. Perdagangan dan perang menjadi alasan terbesar, mengapa orang Tionghoa dari Tiongkok pindah ke Kalimantan Barat.
Letak Kalimantan Barat yang berada di rute perdagangan dari Tiongkok ke India, membuat tempat ini sering dilewati para pelaut. Zheng He atau Cheng Ho, penjelajah Tionghoa Muslim yang pernah berkunjung ke Nusantara.
Ada sebuah fakta menarik kalau anak buah Laksamana Cheng Ho yang memperkenalkan Islam ke Indonesia mencoba menetap dan berbaur dengan budaya setempat (tepatnya saat itu di Pontianak) pada 1463.
Dari Pontianak, orang-orang Tionghoa, yang sepertinya sebagiannya adalah anak buah Cheng Ho tersebar sampai ke Singkawang.
Konon anak buah Cheng Ho ini mendirikan sebuah klenteng kecil di daerah bernama Sempalung yang bisa ditemukan di desa kecil bernama Sei Raya di Singkawang.
Entah benar atau tidak keberadaannya, menurut beberapa sumber di klenteng itu kita bisa menemukan mata air dan tapak kaki yang diyakini milik sang laksamana besar tersebut.
Banyak daerah-daerah Indonesia memiliki kuliner khas yang memiliki pengaruh kuat dari orang-orang negeri Tiongkok dan peranakannya.
Di Singkawang yang kaya unsur Tionghoa-nya adalah bernama choipan atau juga biasa disebut chaikue merupakan jajanan terkenal bagi berbagai kalangan di Singkawang.
Artikel terkait: 11 Makanan Khas Kalimantan Bercita Rasa Gurih dan Manis yang Wajib Dicoba
Asal Mula Choipan
Seperti dibahas sebelumnya, kudapan khas asli Pontianak, Bangka Belitung, dan Singkawang ini terinspirasi dari khasanah kuliner Tiongkok. Makanan ringan bercitarasa asin ini juga dikenal dengan nama chai kwe.
Makanan ini diperkenalkan oleh penjual keliling keturunan Tionghoa dari suku Teochew (Tio Ciu) yang banyak mendiami Kalimantan Barat (Kalbar).
Mereka adalah perantauan China Daratan yang memperkenalkan hidangan kukus bernama ziao tje, yang lantas diadaptasi menjadi choi pan. Choipan berarti kue sayur.
Choi artinya sayuran, dan pan artinya kue. Choipan di Pontianak biasanya berbentuk panjang, berisi bengkoang dan ebi, serta ditaburi bawang putih goreng, sedangkan di Bangka Belitung berbentuk segitiga, berisi pepaya muda, dan tanpa bawang putih.
Jenis dumpling transparan ini populer di Pontianak. Kali ini tidak hanya diisi sayuran tetapi ditambah dengan daging ayam cincang. Rasanya lebih gurih mantap.
Di Kalimantan Barat, daerah Singkawang dan Pontianak, dumpling satu ini biasa menjadi menu untuk sarapan atau camilan karena harganya yang murah.
Sebab, dumpling ini dibuat segar dengan isian bengkuang dan kucai. Biasanya choipan dibuat segar, diisi dan dibentuk lalu dikukus saat dipesan karena harus dimakan segera saat hangat.
Biasanya, untuk mencicipi menu satu ini lebih pas disantap dengan cocolan saus cabe yang encer, pedas asam.
Artikel terkait: Tak Banyak yang Tahu, 7 Makanan Khas Betawi Ini Punya Cita Rasa Nikmat!
Terkenal Setelah Ada dalam Sebuah Film
Dalam film bergenre drama roman bercampur kuliner “Aruna & Lidahnya” (2018), choipan khas Singkawang muncul di sebuah adegan yang diperankan Dian Sastrowardoyo.
Di film yang diangkat dari novel karya Laksmi Pamuntjak dengan judul yang sama tersebut, Rai yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo berkunjung ke rumah makan di daerah Singkawang bersama Farish yang dibintangi Oka Antara.
Awalnya Farish mengajak Rai makan mie lempar atau mie loncat, salah satu kuliner khas Singkawang. Hanya saja Rai menolak dan memilih choipan.
Adegan tersebut didahului tangan ahli yang mengolah dumpling khas Singkawang tersebut. Kemudian, adonan diisi bermacam isian kemudian dikukus sambil disemprot air tawar.
Kedua tokoh itupun langung menyantap choipan matang yang mengkilap dengan olesan minyak bawang putih yang tersaji di depan mereka.
Artikel terkait: 11 Masakan Indonesia Terlezat dan Ternikmat
Resep Choipan
Hampir semua makanan Tionghoa di Pontianak dan Singkawang merupakan khas Tiociu dan Hakka (kelompok Tionghoa suku Han seperti Cheng Ho dan anak buahnya), dengan seringnya penggunaan bahan, seperti bengkoang, ebi dan cuka dalam lauk pauknya. Inilah yang menjadi bahan utama choipan.
Dengan beragam bentuknya, jajanan khas Singkawang ini memiliki ciri kulit yang kenyal, terbuat dari tepung beras dan tepung sagu, serta diisi oleh bengkoang yang dicampur ebi atau daun kucai.
Kulit choipan sangat tipis dan lembut, sehingga saat diambil menggunakan tangan bisa saja robek. Setelah dimasak dengan cara dikukus, choipan biasanya disajikan dengan siraman sambal cuka serta dimakan dengan bawang putih yang banyak.
Selain dibuat dengan cara dikukus, choipan juga bisa divariasikan dengan digoreng. Isian makanan ini juga dapat berupa keladi dan rebung.
Nah, buat Anda yang ingin mencoba membuat sendiri dumpling satu ini, mari kita ketahui caranya di sini!
Bahan-bahan untuk 26 buah choipan
Kulit:
Tepung beras – 100 gram
Tepung tapioka – 30 gram
Garam – 1/2 sdt
Air hangat – 200 ml
Minyak sayur – 1 sdm
Isian:
Bengkuang, serut kasar – 500 gram
Wortel, serut kasar – 1 buah
Bawang putih, cincang halus – 3 siung
Ebi, rendam air panas, cincang halus – 2 sdm
Lada bubuk – 1/2 sdt
Kaldu bubuk – 1/2 sdt
Garam – 1/2 sdt
Gula – 1/2 sdt
Minya bawang:
Bawang putih, cincang halus – 3 siung
Minyak goreng – secukupnya
Sambal:
Cabai rawit – 10 buah
Bawang putih – 1 siung
Air – 100 ml
Garam – secukupnya
Gula – secukupnya
Cuka – 1 sdt
Cara membuatnya:
1. Isian: Tumis bawang putih sampai harum, masukkan ebi, bengkuang dan wortel. Bumbui dengan garam dan lada, aduk rata, masak sampai sayuran setengah layu kemudian angkat.
2. Kulit: Campur tepung beras, tepung tapioka, garam, aduk rata. Tuangi dengan air sedikit-sedikit, aduk sampai rata kemudian masukkan minyak sayur, aduk rata.
Masak dengan api kecil sambil terus diaduk sampai adonan menjadi kalis dan tidak lengket. Matikan api.
3. Ambil sedikit adonan kulit, alasi dengan plastik kemudian gilas sampai tipis. Cetak adonan menggunakan ring bulat supaya rapi.
4. Ambil satu lembar kulit, kemudian beri isian secukupnya. Lipat jadi dua membentuk setengah lingkaran kemudian tekan bagian tepinya sampai menempel rapat. Tata di atas nampan yang ditaburi tepung supaya tidak lengket.
5. Panaskan kukusan, alasi dengan daun pisang yang sudah dioles tipis minyak goreng. Tata choipan di kukusan kemudian kukus selama 10 menit.
6. Minyak bawang: Tumis bawang putih cincang dengan minyak secukupnya, tumis sampai kecoklatan angkat.
7. Sambal: Blender halus, cabai, bawang putih dan air, tambahkan garam dan gula kemudian masak sampai air menyusut. Setelah air menyusut tambahkan cuka, aduk rata. Matikan api.
8. Siram choipan yang sudah matang dengan minyak bawang. Sajikan dengan sambal.
Itulah sejarah, asal mula dan resep choipan, salah satu kudapan khas Nusantara yang enak dan terkenal setelah berada di sebuah film.