Pandemi Virus Corona memang mengubah ritme dan pola hidup sebagian besar masyarakat. Jika sebelumnya banyak melakukan aktivitas yang dilakukan di luar rumah, kini lebih baik di rumah saja. Bekerja dan proses belajar pun dilaksanakan dari kediaman masing-masing. Sayangnya, kondisi ini tak berlaku bagi beberapa sektor, termasuk tengaa medis. Ada banyak cerita dokter melawan COVID-19 yang juga merupakan seorang ibu.
Adalah Mya Cubitt, salah seorang dokter sekaligus ibu yang kini tengah menjalankan tugasnya melawan corona di garda terdepan, membantu penyembuhan masyarakat yang diketahui telah positif virus COVID-19.
Perempuan ini menceritakan bagaimana rasanya menjadi dokter yang harus berinteraksi dengan pasien positif COVID-19. Meski berisiko, ia justru menegaskan kalau dirinya tidak khawatir saat pulang ke rumah dan bertemu dengan tiga orang anaknya seperti yang dikutip dari Kidspot.com.au.
Cerita dokter yang melawan COVID-19, bagaimana perasaan anak-anak tentang ibunya yang bekerja melawan virus corona di garda terdepan?
Mya adalah seorang dokter dari Victoria, Australia. Ia bertugas di unit gawat darurat. Tidak hanya merawat pasien biasa, ia juga harus berhadapan dengan pasien pengidap COVID-19.
“Mereka (anak-anak) sangat mengerti bahwa saya adalah seorang dokter dan saya harus mengurusi orang-orang yang sedang sakit.
Kebetulan saya membawa anak-anak untuk vaksin flu kemarin dan kami banyak bercerita mengenai bagaimana vaksin yang mereka dapatkan tersebut dapat membantu mengatasi penyebaran virus,” cerita Mya.
Mya juga mengungkapkan bahwa anak-anaknya tidak melihat pekerjaannya sebagai pekerjaan yang berbahaya, melainkan pekerjaan yang mulia.
“Saya merasa aman, saya punya tim yang sangat hebat dan orang-orang di sekeliling saya bekerja sangat keras untuk merawat para pasien. Anak-anak juga tidak berpikir bahwa keadaan saya di sini berbahaya, saya tidak takut dan mereka pun tidak takut,” ungkapnya.
Artikel terkait: 7 Pahlawan medis ini meninggal karena COVID-19, perjuangannya membuat haru
Siapkan anak menghadapi wabah virus
Ibu seorang putri dan dua orang putra kembar ini mengaku bahwa ia tidak membatasi penjelasannya mengenai virus tersebut sesuai usia anak. Ia memberikan informasi kepada anak-anaknya sama dengan informasi yang dia berikan kepada koleganya.
“Saya ingin mereka belajar, bukannya takut,” Mya menjelaskan.
Sebagai ibu dan juga seorang dokter, Mya mengajarkan anak-anaknya hal-hal yang mendasar. Ia meyakini bahwa mereka harus melaksanakan hal dasar dengan sebaik mungkin karena itu adalah hal yang paling penting.
“Sebagai contoh, anak laki-laki saya Sebastian sekarang selalu mengingatkan saya untuk mencuci tangan. Dia bilang ‘Mommy, ini adalah cara yang benar untuk mencuci tangan!’,” ia bercerita.
Mya juga mengajari anak-anak untuk menerapkan social distancing dengan benar, namun dengan cara yang mudah dimengerti oleh anak-anak.
Ketika ia dan keluarga pergi ke luar rumah, ia meminta anak-anaknya untuk merentangkan tangan dan berputar.
“Itu adalah jarak seberapa jauh anak-anak tidak boleh berdekatan dengan orang lain. Anak juga tidak boleh bersentuhan langsung orang lain” Ia menjelaskan kepada anak-anaknya.
Tidak khawatir membawa pulang virus ke rumah setelah melawan COVID-19
Ketika ditanya apakah Mya khawatir bisa membawa pulang virus ke rumah, ia menjawab bahwa dirinya tidak khawatir karena rumah sakit tempatnya bekerja menerapkan protokol kesehatan yang aman.
“Kami selalu memakai surgical mask sepanjang waktu dan rumah sakit menyediakan alat proteksi personal yang cukup berdasarkan jumlah pasien dan prosedur yang akan dilakukan.
Kami juga membawa pakaian kerja khusus tenaga medis di dalam kantung plastik yang tertutup rapat setiap harinya.”
Sebelum adanya penyebaran Virus Corona, Mya bercerita bahwa dirinya selalu senang ketika pulang ke rumah dan anak-anak memeluknya. “Kami tidak bisa melakukan hal itu lagi. Saya harus langsung mandi dan menaruh pakaian di tempat cucian,” katanya.
Keluarga Mya juga rajin membersihkan permukaan barang-barang dan memastikan tidak membawa apapun dari tempat kerjanya ke rumah. Tadinya ia memiliki asisten yang membantu membersihkan rumah setiap hari tetapi ia sudah memberhentikannya dan memutuskan untuk membersihkan rumah sendiri.
Artikel terkait: Medan siaga COVID-19, 5 rumah sakit di Medan tiadakan jam besuk pasien
Tidak pernah terpikir untuk berhenti bekerja, cerita dokter melawan COVID-19
Seringkali beban kerja yang terlalu berat dan tekanan dari berbagai pihak dapat memadamkan semangat seseorang untuk tetap bekerja. Namun hal ini tidak berlaku untuk Mya.
“Dalam pekerjaan ini, kami dituntut untuk memberikan pelayanan yang sifatnya gawat darurat. Bagi saya, dunia kerja dan rumah adalah dua hal berbeda yang saling melengkapi. Ketika saya stress menghadapi pekerjaan, di rumah saya dapat bersenang-senang bersama keluarga dan teman-teman,” ungkapnya.
Mya juga berkata bahwa ia sangat senang bermain bersama anak-anaknya. Keluarganya juga menikmati waktu-waktu bersama di rumah sekarang.
Baginya, wabah COVID-19 memang membawa banyak perubahan untuk dunia ini. Meskipun menakutkan dan ada banyak tantangan, tidak sedikit juga hal positif diantaranya. Ia berharap bahwa perubahan yang terjadi dapat membawa kebaikan untuk semuanya.
Sumber: Kidspot
Baca juga:
Mengenang Ketty Herawati Sultana, pahlawan medis yang meninggal karena COVID-19