Hati-hati, sering cemburu buta bisa jadi tanda gangguan jiwa!
Hati-hati cemburu buta yang berlebihan bisa menjadi tanda adanya gangguan jiwa bernama sindrom Othello.
Kata orang, cemburu itu tanda cinta. Tapi, kok, jadi menuding sana sini tanpa alasan? Wah, kalau ini sih, namanya cemburu buta.
Cemburu dalam batas wajar tentu tidak akan membawa malapetaka untuk hubungan Anda. Justru sebaliknya, cemburu bisa membawa hubungan yang semakin langgeng.
Sebenarnya, cemburu sama seperti emosi lainnya, seperti bahagia, sedih, dan kecewa. Dan emosi ini alamiah pada setiap manusia.
Artikel terkait: Cemburu tanda cinta? Jangan percaya sebelum tahu faktanya!
Reaksi biologis saat rasa cemburu muncul
Melansir dari laman Hellosehat, cemburu adalah insting yang dipicu oleh peningkatan aktivitas pada korteks cingulate anterior, yaitu bagian otak yang menciptakan rasa kesenangan. Tapi di area otak ini juga terkait dengan rasa dikhianati.
Saat cemburu dirasakan, secara biologis dapat menyebabkan lonjakan kadar hormon testosteron dan kortisol, yang memicu hasrat untuk mempertahankan pasangan setiap kali cemburu datang.
Kondisi ini juga bisa diperkuat dengan meningkatknya aktivitas septum lateral, yakni bagian otak yang berperan dalam mengendalikan emosi dan menjalin ikatan pada pasangan.
Jadi, cemburu sebenarnya berperan sebagai alarm yang mengingatkan Anda bahwa suatu hubungan dapat dibina dan dipertahankan. Tapi Anda perlu membedakan, cemburu yang sehat adalah ketika kita masih bisa berpikir secara logis, tidak mendramatisir dan tidak membesarkan masalah.
Nah, bila rasa cemburu membuat Anda jadi obsesif dan posesif, berhati-hatilah. Sebab ini bisa jadi pertanda cemburu yang tidak sehat.
Benarkah cemburu buta tanda gangguan jiwa?
Bagaimana jika cemburu membuat seseorang jadi posesif, obsesif, bahkan memicu tindak kekerasan? Ternyata, cemburu berlebihan bisa menjadi gejala seseorang mengidap gangguan jiwa yang disebut dengan sindrom Othello.
MedicineNet mengatakan, sindrom Othello ialah kondisi dimana seseorang berkhayal tentang perselingkuhan dari pasangannya, dan lebih sering menyerang pria dibandingkan wanita.
Gangguan ini dapat muncul dengan sendirinya atau dalam gejala skizofrenia paranoid, alkoholisme, atau kecanduan kokain. Sindrom ini bisa sangat berbahaya dan mengakibatkan gangguan di rumah tangga, mengancam jiwa seseorang, bahkan bunuh diri.
Sindrom Othello ini juga termasuk ke dalam gangguan jiwa yang terkait dengan delusi. Delusi terjadi saat otak merasakan atau memproses suatu hal yang tidak benar-benar terjadi.
Artinya, seseorang yang delusional tidak dapat membedakan mana kenyataan dan imajinasinya saja. Jadi, seorang dengan sindrom Othello sangat meyakini kalau pasangannya berselingkuh, sehingga terus menerus memendam rasa cemburu yang tidak wajar.
Artikel terkait: Ibu mertua sering cemburu pada Anda? Begini 4 cara meluluhkan hatinya
Sindrom Othello dipengaruhi oleh gangguan saraf
Sebenarnya, sindrom Othello jarang ditemukan, tapi kebanyakan diidap oleh pria di rentang usia 40-an. Sebuah penelitian juga menemukan bahwa sekitar 69,5% penderita sindrom Othello memiliki gangguan neurologis saraf yang mendasari perilakunya.
Beberapa penyakit neurologis yang sering dikaitkan dengan sindrom Othello adalah stroke, infeksi otak, trauma kepala, penyakit neurodegeneratif (kemunduran fungsi-fungsi saraf), tumor otak, hingga efek penggunaan obat-obatan terlarang, khususnya yang mengandung dopamin.
Kelainan otak yang biasanya terjadi pada sindrom Othello berasal dari bagian otak depan, yaitu sebagian besar mengatur perilaku sosial, penyelesaian masalah, serta fungsi motorik atau mengatur gerakan.
Tapi, tidak berarti orang-orang sehat yang tidak masuk karakteristik di atas tidak dapat mengalami Sindrom Othello.
Bila mencurigai pasangan sering kali cemburu buta yang berlebihan, jangan tunggu lama untuk membawanya ke psikolog atau psikiatri. Karena bila tak diatasi, sindrom ini bisa memicu kekerasan fisik bahkan tindak kriminal seperti pembunuhan.
Referensi: Hellosehat, MedicineNet
Baca juga:
Waspada! Ini 4 jenis gangguan bipolar yang bisa menyerang anak