Mau Anak Tumbuh Mandiri dan Bahagia? Terapkan 6 Tips Parenting ala Denmark

Tak ada salahnya jika Parents mencoba menerapkannya di dalam keluarga.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Masyarakat Denmark dikenal sebagai orang yang tangguh dan bahagia. Hal ini tentu saja terkait dengan pola asuh yang yang mereka jalankan. Penasaran dengan cara parenting Denmark sehingga mereka tumbuh sebagai pribadi yang positif?

Sampai saat ini, Denmark memang masih dinobatkan sebagai negara dengan tingkat penduduk merasa paling bahagia.

Negara yang terletak di Eropa bagian utara ini selama bertahun-tahun memperoleh predikat sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia berdasarkan World Happiness Record (WHR) oleh PBB.

Ada beberapa kriteria yang diukur untuk menyandang predikat tersebut, yaitu pendapatan per kapita, harapan hidup, kebebasan memilih, dukungan sosial, level korupsi, kemurahan hati atau kedermawanan, tingkat kepercayaan dan pengaruh negatif seperti kekhawatiran, kesedihan atau kemarahan.

Dari fakta di atas, mungkin akan terbesit pertanyaan sebenarnya hal apa saja, sih, yang membuat orang Denmark tumbuh menjadi pribadi positif dan bahagia?

Faktanya, kondisi ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari pola asuh dan lingkungan di mana seseorang berada. Karena itu, yuk ,cermati bagaimana cara orangtua Denmark mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka.

6 Cara Parenting Denmark

Adalah Jessica Joelle Alexander, seorang ibu Amerika yang menikah dengan orang Denmark. Bersama Iben Dissing Sandahl, seorang psikoterapis Denmark, mereka bekerjasama menulis buku berjudul The Danish Way of Parenting.

Buku ini menjadi best seller dan telah membantu banyak orangtua untuk mempelajari bagaimana masyarakat Denmark membesarkan anak mereka menjadi pribadi yang mandiri dan bahagia.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menurut The Danish Way of Parenting, da 6 hal yang wajib diperhatikan dalam cara pengasuhan anak. Keenam hal itu kemudian disingkat dengan sebutan P-A-R-E-N-T. Berikut ini ulasannya.

1. P untuk Play (bermain)

Salah satu hal utama yang dilakukan orang tua Denmark adalah membiarkan anak-anak mereka bermain bebas. Alih-alih mengarahkan anak melakukan kegiatan sesuai keinginan Parents, biarkan mereka menikmati waktu bermain mereka sendiri.

Cobalah untuk membuat mereka keluar ke alam dan bereksplorasi dengan sekelompok anak-anak dari berbagai usia. Permainan yang dipimpin oleh anak akan membangun harga diri, dan mereka juga belajar banyak dari anak-anak lain.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Iben menyarankan untuk membawa anak-anak ke pantai dan membiarkan mereka menjelajah untuk melihat apa yang muncul secara alami. Dampingi mereka bereksplorasi.

Di sisi lain, terkadang orangtua mencoba mengintervensi ketika anak mereka bermain dengan anak lain yang mungkin tidak mereka sukai. Namun justru lebih baik jika membiarkan anak sendiri yang menyelesaikan persoalan mereka. Tentunya selama si kecil tidak terancam bahaya.

“Ketika Anda merasa diri bersiap untuk melangkah, ambil napas dan mundur. Anak-anak belajar keterampilan negosiasi dan cara menangani yang lebih baik dengan orang lain,” kata Jessica.

Artikel terkait: Evolving Parenting Ala Psikolog Natalia Indrasari

2. A untuk Authenticity (bersikap jujur)

Sejak kecil, anak perlu diajari untuk jujur pada diri sendiri dengan cara mengenali setiap emosi yang dirasakan. Kegagalan mengenali emosi menyebabkan orangtua sering mengalami kesulitan berurusan dengan anak ketika mereka marah, agresif atau cemas.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun sebelum bisa mengajari si kecil untuk mengenali beragam emosi, orangtua juga harus jujur pada diri sendiri terlebih dulu.

Misalnya jika Parents marah atau sedih atau kecewa, utarakan perasaan tersebut kepada anak. Tidak perlu disembunyikan. Namun tidak perlu diumbar berlebihan, seperti marah sambil melempar barang-barang.

Jujur dengan anak-anak adalah tentang memberi tahu mereka apa yang Anda pikirkan, baik atau buruk.

Contoh lain, ketika si kecil menghadiahi Anda sebuah lukisan, alih-alih memuji dengan mengatakan, “Kamu seniman yang luar biasa, Nak!” akan lebih baik untuk melakukan diskusi lebih lanjut dengan menanyakan mengapa mereka memilih warna-warna tertentu, misalnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. R untuk reframing (membingkai ulang situasi negatif)

Maksudnya, selalu berusaha melihat sisi positif ketika berada dalam situasi yang dirasa buruk. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga untuk mengajar anak-anak tentang kehidupan. Nyatanya, kehidupan tidak selalu berjalan sesuai harapan, tetapi akan selalu ada hal baik yang bisa dilakukan.

Misalnya, ketika si kecil berpikir ia buruk dalam permainan sepak bola, coba bicarakan momen seminggu lalu ketika mereka rasa mereka bermain dengan baik. 

Tujuannya adalah orangtua dapat membantu anak untuk fokus pada apa yang bisa anak lakukan, daripada apa yang tidak bisa mereka lakukan.

Artikel terkait:Apa itu Hyper Parenting dan Bagaimana Menghindarinya?

4. E untuk empathy (empati)

Semua orangtua tentu ingin membesarkan anak-anak yang memiliki rasa empati. Anak yang mampu menunjukkan rasa welas asih untuk diri mereka sendiri maupun untuk orang lain.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dalam cara parenting Denmark, anak diajari untuk menghormati dan mencoba untuk benar-benar memahami orang lain. 

Cara sederhana untuk melatih empati adalah dengan berbicara tentang ekspresi wajah. Perlihatkan kepada mereka gambar berbeda dari seseorang yang sedih, marah, bahagia, gugup, dan malu, dan tanyakan kepada si kecil menurut mereka mengapa orang itu merasa seperti itu.

5. N untuk no ultimatum 

Orangtua Denmark mendidik anak mereka tanpa memberikan ancaman. Alih-alih gaya pengasuhan yang otoriter, seperti memberi perintah “Kamu harus melakukannya sekarang juga!”

Pendekatan parenting ala Denmark mengesampingkan power sebagai orangtua dan lebih mengedepankan untuk menghargai pikiran dan perasaan anak. Jelaskan kepada si kecil mengapa mereka perlu melakukan A dan kenapa mereka tidak boleh melakukan B. Lalu beri mereka kepercayaan bahwa mereka mampu bertindak sesuai petunjuk yang sudah Parents berikan.

Sederhananya, buat si kecil paham tentang aturan yang Anda buat lalu ajak mereka bekerjasama.

6. T untuk togetherness (kebersamaan)

Kebiasaan keluarga Denmark yang patut dicontoh adalah kebersamaan mereka. Sesibuk apapun, coba sempatkan untuk menghabiskan waktu bersama. Tak harus berjam-jam, sebentar pun tak masalah asalkan berkualitas. Misalnya dengan makan malam bersama, atau sekadar ngobrol.

Biasanya orangtua Denmark secara teratur merencanakan waktu bersama dengan anak-anak mereka dan mendorong seluruh keluarga bekerja bersama, misalnya merencanakan kegiatan amal. Atau, sesederhana main game bareng. Intinya adalah melibatkan seluruh anggota keluarga dalam sebuah kegiatan untuk mempererat kebersamaan.

Bagaimana, tertarik untuk menerapkan cara parenting Denmark ini untuk keluarga Anda di rumah?

Baca juga:

6 Pola Pengasuhan Anak ala Orangtua Jepang, Benarkah Efektif?

Penulis

Titin Hatma